Pura yang sangat sakral berada di tengah-tengah hutan lebat Taman Nasional Bali Barat. Lokasi pura ini sangat tersembunyi. Untuk sampai ke pura yang sangat bagus ini, para pengunjung harus melewati jalanan sempit yang membelah hutan belantara Taman Nasional Bali Barat. Jalannya hanya cukup dilintasi 1 mobil saja. Bila berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan maka harus sama-sama berhenti dan saling minggir hingga sebagia badan mobil harus keluar dari jalan aspal. Jalan aspalnya dalam kondisi yang masih bagus dan halus, karena telah mengalami peningkatan kualitas dengan di aspal. Jalanan hutan belantara menuju Pura Segara Rupek ini cukup jauh. Jaraknya mencapai 15KM dari jalan utama nasional Gilimanuk - Singaraja. Saat malam hari usai sembahyang di Pura Segara Rupek akan melewati jalanan hutan yang benar-benar gelap gulita, tanpa penerangan apapun juga kecuali lampu kendaraan bermotor yang kita naiki. Dalam kondisi gelap gulita itu, bila beruntung akan bertemu dengan kawanan rusa liar, banteng bali asli, ular piton, binturong, landak, trenggiling, luwak, babi hutan, dan aneka satwa liar lain yang sudah langka. Di areal puranya sendiri juga banyak satwa liar bebas berkeliaran. Selain kawanan monyet juga ada sekelompok babi hutan yang mondar mandir di area parkiran mobil. Ada juga burung-burung liar termasuk jalak Bali yang merupakan satwa endemik Taman Nasional Bali Barat. Puranya cukup besar, anggun, menjulang tinggi di tengah rimbunnya pohon hutan. Bangunan puranya juga dihiasi aneka ukiran yang sangat indah dan detil. Ada beberapa pelinggih suci utama di dalam areal suci pura. Pura ini bebas didatangi oleh semua umat Hindu untuk bersembahyang memuja keagungan Hyang Widhi. Bisa sembahyang kapan saya setiap saat. Dan bisa menginap di areal khusus di luar pura bila datangnya kemalaman. Sesuai namanya, pura ini berada persis di tepi pantai yang landai. Pantainya menghadap ke selat Bali dan berpasir putih serta bersih dengan air laut yang jernih. Karena itu dari pantai di samping pura ini, bisa langsung melihat pula Jawa. Juga bisa dilihat aktivitas kapal-kapal ferry menyeberangi selat Bali mondar-mandir dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang di Jawa Timur. Juga terihat indahnya gemerlap lampu di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Ketapang saat malam hari. Dari pantai di samping Pura Segara Rupek ini, saat cuaca cerah juga bisa melihat tingginya Gunung Raung di wilayah Banyuwangi Jawa timur, juga bisa melihat indahnya matahari...
Read moreTak banyak yang tahu, ujung terjauh Bali di bagian barat bukanlah di Gilimanuk, melainkan di Segara Rupek. Dalam peta Pulau Bali, lokasi Segara Rupek ini tepat berada di ujung hidung Pulau Bali. Ini termasuk wilayah Kabupaten Buleleng. Dari sinilah sesungguhnya jarak dekat antara Bali dengan Jawa dan di sinilah secara historis menurut sumber-sumber susastra-babad, kisah pemisahan Bali dengan Jawa dimulai, sehingga Bali menjadi satu pulau yang utuh dan unik.
Subscribe Youtube Channel Ngurah Surya Kusuma @NgurahSuryaKusuma
Bisa dimengerti apabila tak banyak orang tahu betapa penting dan strategis keberadaan Segara Rupek bagi Bali. Untuk mencapai Segara Rupek relatif tidak mudah, bila hendak menempuh jalan darat satu-satunya jalan yang bisa ditempuh mesti melewati jalan menuju ke Pura Prapat Agung dan dari lokasi Pura Prapat Agung ini masih harus dilanjutkan lagi menempuh perjalanan darat sekitar 5 km menelusuri hutan lindung Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
Kondisi sarana, prasarana dan infrastruktur yang belum memadai demikian kiranya turut pula mempengaruhi Segara Rupek tidak mendapat perhatian semestinya, baik dari kalangan tokoh masyarakat Bali, bahkan juga dari kalangan pemimpin di Bali. Di Segara Rupek hingga kini belum ada pelinggih sebagai tonggak atas suratan sejarah, padahal lokasi ini jelas-jelas menjadi babakan dan tonggak penting dalam sejarah Bali.
Berdasarkan sumber susastra maupun berdasarkan keyakinan spiritual, saya menemukan bahwa lokasi Segara Rupek sudah sepatutnya diperhatikan sekaligus di-upahayu. Yang ada sejauh ini masih kurang layak. Menurut lontar Babad Arya Bang Pinatih, Empu Sidi Mantra beryoga semadi memohon kerahayuan seisi jagat kehadapan Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Baruna Geni, Danghyang Sidimantra dititahkan untuk menggoreskan tongkat beliau tiga kali ke tanah, tepat di daerah ceking geting. Akibat goresan itu air laut pun terguncang, bergerak membelah bumi maka daratan Bali dan tanah Jawa yang semula satu itu pun terpisah oleh lautan, lautan itu dinamakan Selat Bali.
Guna lebih mempertebal rasa bakti sesuai dengan sumber susastra, dan ikut juga mayadnya ngastitiang kerahayuan jagat Bali, bahkan seluruh wilayah Indonesia maka: ngatahun awehana uti; nista, madya, utama ayu jawa pulina mwang banten bali pulina suci linggih dewa, paripurna nusantara. Artinya: setahun sekali dilakukan upacara pakelem, banten dirgayusa bumi, tawur gentuh pada hari Anggara...
Read moreExplore hidden temples on the coast of the national park, on the north west tip of Bali. Beautiful white sand beaches, stunning wildlife and you can practically touch Java! A national park guide will join you at the entrance gate a few hundred yards off the main Gilimanuk-Seririt road and negotiate a price depending on how much time you want to spend there. You can go for a couple of hours or all day - take a sarong (for the temples), trainers (trekking) and swimming costume. There is a 200k IDR national park fee per person, paid to the ranger office...
Read more