Visited Masjid Baiturrahim in Ulee Lheue, Aceh just before Zuhur prayer, and wowâit was super hot! The sun was blazing, and I could feel the heat bouncing off the pavement, but honestly, it didnât take away from how beautiful and peaceful this place felt.
This mosque is famous for surviving the 2004 tsunami when everything around it was destroyed. Standing there, knowing what the mosque had been through, gave me goosebumps. Despite the heat, I took my time to appreciate the architecture and the calm atmosphere. Inside, it was cooler and quietâsuch a nice break from the heat outside.
Iâm really happy I made the visit. Even though I was sweating buckets, the experience was still worth it. The spiritual vibe, the strong historical presence, and the simplicity of the mosque all made it so special. Thereâs something about being in a place with that much history and faith that just fills you with peace.
If youâre in Aceh, donât skip this mosqueâeven if itâs hot out! Bring an umbrella or just brave the sun like I didâyou wonât regret it. Alhamdulillah for this meaningful stop...
   Read moreAdem dan bersejarah.. salah satu mesjid yg tinggal pada saat tsunami melanda aceh, yang telah merenggut korban ribuan
Masjid Baiturrahim adalah salah satu masjid bersejarah di provinsi Aceh, Indonesia. Masjid yang berlokasi di Ulee Lheue, kecamatan Meuraksa, Banda Aceh ini merupakan peninggalan Sultan Aceh pada abad ke-17. Masa itu masjid tersebut bernama Masjid Jamiâ Ulee Lheu. Pada 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar Belanda, semua jamaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee Lheue. Dan sejak saat itu namanya menjadi Masjid Baiturrahim.[1]
ïżŒ
Masjid Baiturrahim (difoto pada tahun 1929).
ïżŒ
Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Sejak berdirinya hingga sekarang masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya masjid dibangun dengan rekonstruksi seutuhnya terbuat dari kayu, dengan bentuk sederhana dan letaknya berada di samping lokasi masjid yang sekarang. Karena terbuat dari kayu, bangunan masjid tidak bertahan lama karena lapuk sehingga harus dirobohkan. Pada 1922 masjid dibangun dengan material permanen oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Namun masjid ini tidak menggunakan material besi atau tulang penyangga melainkan hanya susunan batu bata dan semen saja.[1] Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1983 Banda Aceh pernah diguncang gempa dahsyat dan meruntuhkan kubah masjid. Setelah itu masyarakat membangun kembali masjid namun tidak lagi memasang kubah, hanya atap biasa. Sepuluh tahun kemudian, dilakukanlah renovasi besar-besaran terhadap bangunan masjid, hanya dengan menyisakan bangunan asli di bagian depan pascagempa 1983. Selebihnya 60 persen merupakan bangunan baru. Sampai sekarang bangunan asli masjid masih terlihat kokoh di bagian depannya.[1] Pada 26 Desember 2004, gempa bumi yang disusul terjangan tsunami meratakan seluruh bangunan di sekitar masjid dan satu-satunya bangunan yang tersisa dan selamat adalah Masjid Baiturrahim.[2]Â Kondisi masjid yang terbuat dari batu bata tersebut hanya rusak sekitar dua puluh persen saja sehingga masyarakat Aceh sangat mengagumi masjid ini sebagai simbol...
   Read moreMasjid Baiturrahim adalah salah satu masjid bersejarah di provinsi Aceh, Indonesia. Masjid yang berlokasi di Ulee Lheue, kecamatan Meuraksa, Banda Aceh ini merupakan peninggalan Sultan Aceh pada abad ke-17. Masa itu masjid tersebut bernama Masjid Jamiâ Ulee Lheu. Pada 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar Belanda, semua jamaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee Lheue. Dan sejak saat itu namanya menjadi Masjid Baiturrahim.[1]
ïżŒ
Masjid Baiturrahim (difoto pada tahun 1929).
ïżŒ
Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Sejak berdirinya hingga sekarang masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya masjid dibangun dengan rekonstruksi seutuhnya terbuat dari kayu, dengan bentuk sederhana dan letaknya berada di samping lokasi masjid yang sekarang. Karena terbuat dari kayu, bangunan masjid tidak bertahan lama karena lapuk sehingga harus dirobohkan. Pada 1922 masjid dibangun dengan material permanen oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan gaya arsitektur Eropa. Namun masjid ini tidak menggunakan material besi atau tulang penyangga melainkan hanya susunan batu bata dan semen saja.[1] Berdasarkan catatan sejarah, pada tahun 1983 Banda Aceh pernah diguncang gempa dahsyat dan meruntuhkan kubah masjid. Setelah itu masyarakat membangun kembali masjid namun tidak lagi memasang kubah, hanya atap biasa. Sepuluh tahun kemudian, dilakukanlah renovasi besar-besaran terhadap bangunan masjid, hanya dengan menyisakan bangunan asli di bagian depan pascagempa 1983. Selebihnya 60 persen merupakan bangunan baru. Sampai sekarang bangunan asli masjid masih terlihat kokoh di bagian depannya.[1] Pada 26 Desember 2004, gempa bumi yang disusul terjangan tsunami meratakan seluruh bangunan di sekitar masjid dan satu-satunya bangunan yang tersisa dan selamat adalah Masjid Baiturrahim.[2]Â Kondisi masjid yang terbuat dari batu bata tersebut hanya rusak sekitar dua puluh persen saja sehingga masyarakat Aceh sangat mengagumi masjid ini sebagai simbol...
   Read more