Ada satu yang masih kita alami, saya baca dr website tentang Pak Harto, mengulas masalah Kesehatan Anak dan Ibu. Dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada 1984, Posyandu dulu pernah menjadi kebanggaan rakyat. Setiap bulannya, rakyat berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan kesehatan di Posyandu—yang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat—memberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, Posyandu juga memberi vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita. Posyandu juga menjadi media deteksi dini kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan balita.
Gebrakan Pak Harto lewat Posyandu memang menunjukkan hasil signifikan. Survei Demogarafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228 kasus pada 2007. Angka kematian bayi menurun dari 70 kematian per 1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi 34 pada 2007. Demikian pula angka kematian balita, yang menurun dari 69 kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada 2007. Prestasi tersebut bahkan membuat Honduras mengadopsi konsep Posyandu dan malah mengembangkannya lebih baik daripada Indonesia saat ini.
Hari ini, Posyandu memang tampak tak begitu efektif daripada sebelumnya. Perkembangannya sepertinya mengalami perlambatan.
Ke
Selama kepemimpinan Pak Harto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit menular, dan memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung Karno berkembang pesat di era Pak Harto. Melalui program Inpres Sarana Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit Puskesmas, 20.477 unit Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk dokter di daerah terpencil pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis, Pak Harto mengupayakan penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal yang dikenal dengan program dokter Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter PTT dan 800 dokter gigi PTT. Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB) sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter, karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan (crash program pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu menjadi pusat penyebaran informasi betapa pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah persalinan. Posyandu mengajarkan warga bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan...
Read moreMuseum HM Soeharto merupakan museum interaktif yang mengisahkan perjalanan hidup, perjuangan dan visi Pak Harto. Museum ini berdiri di atas tanah milik Soeharto yang terletak di Kemusuk Lor, Argomulyo, Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berjarak sekitar 10 km dari Kota Yogyakarta, museum ini mudah diakses melalui Jalan Wates atau Jalan Godean.
Museum ini didirikan oleh keluarga besar HM Soeharto, diprakarsai oleh adiknya, Probosutedjo, dan diresmikan pada 8 Juni 2013. Museum ini memiliki luas 3.620 meter persegi dan berisi koleksi benda-benda kenangan Soeharto, mulai dari masa dinas militernya hingga masa jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Beberapa fasilitas yang tersedia di museum ini antara lain:
Fasilitas Joglo atau Pendopo: bangunan khas Jawa yang berfungsi sebagai tempat pertunjukan seni dan budaya Gedung Atmosudiro atau Ruang Diorama: berisi diorama, video dan pengetahuan mengenai biografi Pak Harto Gedung Notosudiro: rumah tradisional Jawa yang digunakan sebagai tempat persinggahan bagi tamu dan keluarga Petilasan: tempat kelahiran Soeharto yang memiliki nilai historis tinggi Galeri: menampilkan gambar dan foto mengenai HM Soeharto dan benda-benda peninggalan serta artefak yang berkaitan dengan perjuangan dan karirnya sebagai presiden RI.
Museum ini sangat penting dalam memahami sejarah Indonesia, terutama masa kepemimpinan HM Soeharto. Melalui museum ini, masyarakat dapat belajar dan memahami perjuangan serta prestasi beliau dalam membangun dan memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, museum ini sangat direkomendasikan sebagai bahan pelajaran dan edukasi singkat bagi anak-anak sekolah. Apalagi, lokasinya strategis dan tiket...
Read moreLokasi mudah dicapai meskipun masuk kampung,. Hal tersebut dikarenakan jalan menuju lokasi sudah beraspal dan papan penunjuk arah terdapat di sepanjang jalan menuju lokasi. Tempat parkir luas dan memadai. Terdapat toko kelontong dan oleh-oleh di sekitar tempat parkir. Toilet juga tersedia dan cukup nyaman digunakan. Sebetulnya, luas museum tidaklah seberapa, namun sudah mencakup keseluruhan informasi yang ingin diberikan mengenai kiprah Pak Harto. Banyak berupa tulisan dan foto. Kesan modern juga ditampilkan di museum ini dan bisa dilihat sejak awal masuk ruang pamer. Di depan pendopo, terdapat patung Pak Harto dengan seragam milter tampak menyambut pengunjung. Pendopo di lokasi ini bisa digunakan untuk keperluan pengunjung misalnya, beristirahat setelah berkeliling atau mengobrol bersama teman sambil berdiskusi. Pemandu juga tersedia di sini. Tidak dikenakan harga tiket dan waktu buka mulai pukul 8 pagi sampai 4 sore pada hari kerja. Apabila membawa rombongan, disarankan untuk konfirmasi terlebih dahulu kepada pengelola. Di sini, terdapat satu ruangan yang tidak boleh dikunjungi dikarenakan masih digunakan oleh keluarga untuk berkumpul pada saat berkunjung ke sini. Di sisi belakang terdapat sumur yang dulu juga digunakan oleh Pak Harto. Sampai sekarang airnya masih ada dan bisa digunakan. Waktu selama satu jam merupakan waktu yang pas untuk berkeliling...
Read more