I recommend you to travel here by manual motorcycle not matic, because the path are so damn high and precipitous. I'm not suggest you to bring car here, because when it gets noon, the crowd will come and we found cases at our way back at the last trip there : cars were not strong enough to climb! Their clucthes were burned, the smells was so strong. Okay. That's the things what you should give extra attention to travel here, it relates to our safety. Enough with the scary stories. When you travel here, you will see nice relaxed view along the way, because we will pass by kemuning (huge tea plantation). And after you arrived, the smells of bakso pentol kuah (cheapy meat ball soup) which is sooo damn good welcome you here. Just pay 7k/person and give a voluntary tips for temple treatment (we gave 10k for 2 person) and we will get a chess board motif cloth which is identical with hinduism culture (fyi cetho temple is a hindu temple and most of the natives are hindus as well). Prepare your physical condition here, bcause there a lot stairs to climb haha! And there also candi kethek and puri sarasvati but you have to pay 5k more per person. This site is also the best camp or departure point for mountain climbers who will climb mount lawu via cetho. But I still recommend this site tho, gorgeous scenery will calm and relax...
Read moreCandi di atas awan yang menajubkan , Nama Candi Cetho sudah terkenal hingga ke berbagai pelosok. Hal ini terbukti dengan banyaknya komunitas dan para wisatawan yang datang ke kawasan ini. Banyak candi yang bahkan tak dikenal oleh wisatawan lokal, padahal seperti contohnya Candi Cetho ini menyimpan pesona yang cukup menarik bagi siapapun yang datang kesana.
Sejarah Singkat Candi Pada tahun 1842 Van de Vles membuat sebuah catatan ilmiah mengenai Candi Cetho. Kemudian, A.J Bernet Kemppes melakukan penelitian terhadap apa yang disampaikan oleh Van de Vlies, Kemudian pada tahun 1928, Dinas Purbakala Hindia Belanda menemukan candi ini dengan keadaan terpendam. Kemudian, pemerintahan Hindia Beanda menyuruh seseorang untuk menelitinya kembali.
Saat ditemukan, candi ini berbentuk sebuah reruntuhan dengan 14 teras yang memanjang dari barat ke Timur. Struktur yang bertingkat di duga kuat merupakan kultur budaya Nusantara dengan Hinduismenya.
Pemugaran Candi pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh Sudjono Humardani yang dahulu menjabat sebagai asisten Suharto. Sudjono mengubah total struktur asli Candi meskipun konsep punden berundak masih tetap dipertahankan.
Lokasi Candi Cetho berada di lereng Gunung Lawu Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Dengan ketinggian 1496mdpl, Menuju ke kawasan ini pun bisa dibilang susah-susah gampang. Wisatawan yang berasal dari Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta bisa menuju kearah Solo. Dari sini wisatawan menuju kearah karanganyar yang menjadi tempat berdirinya Candi.
Saat tiba di terminal Karangpandan, wisatawan akan dihadapkan pada dua jalur. Jika, wisatawan belok ke kanan, atau mengikuti jalur aspal maka, wisatawan akan pergi mengunjungi Tawangmangu. Menuju ke Candi Cetho wisatawan hanya perlu berjalan lurus ke arah kebun teh kemuning.
Ikuti saja jalan dan petunjuk yang ada di kawasan ini. Setelah melewati jembatan, jalanan mulai menanjak dan juga berliku. Hanya saja, wisatawan tidak perlu khawatir karena, kondisi jalan begitu ramah untuk kendaraan wisatawan semua.
Ikuti saja jalur lurus dan jangan belok ke kanan atau ke kiri. Karena, bila wisatawan belok ke kiri, maka jalanan akan berputar. Lebih baik, wisatawan menempuh jalur menuju Tahura dan alas karet. Wisatawan bisa memanfaatkan kawasan ini untuk beristirahat dan mengambil beberapa sudut wisata alas karet yang mengesankan.
Setelah melanjutkan perjalanan, wisatawan akan tiba di terminal Ngargoyoso, terminal ini digunakan sebagai terminal terakhir bagi wisatawan yang memutuskan untuk naik transportasi umum. Ambil jalur lurus menuju kearah kemuning.
Wisatawan bisa berhenti sejenak di beberapa restoran dan rumah makan yang tersedia di antara jalanan ini. Warung-warung kecil yang berada di sekitar. Bisa juga beristirahat sejenak sebelum wisatawan melakukan perjalanan yang bakal melelahkan dan juga menantang.
Adapun Track yang harus dilalui oleh kendaraan bermotor begitu menggemaskan. Tanjakan tinggi dengan samping kanan adalah jurang menjadi sebuah pemandangan yang bisa membuat jantung wisatawan berdetak kencang.
Tanjakan ini membuat wisatawan harus mengecek benar-benar kondisi kendaraan. Jadi, pastikan benar kondisinya dalam keadaan prima.
Harga tiket masuk untuk kawasan ini cukup murah, hanya dengan membayar tiket sebesar 7 ribu rupiah saja untuk wisatawan dalam negeri. Untuk wisatawan luar negeri harus membayar sebesar 25 ribu rupiah. Wisatawan akan mendapatkan kain Poleng. Kain ini berfungsi untuk menghormati kesucian candi Cetho. Dimana, candi ini juga dipakai untuk sarana peribadatan.
Terimakasih untuk Bapak Cipto yang sudah menemani selama di sana ,dengan sovenier ceto yang khas dan warungnya yang menyediakan sajian sajian yang dibutuhkan
Salam Taklim "Sabdopalon Noyogenggong"
Bawa turun sampah...
Read moreCeto (Indonesian: Candi Ceto) is a fifteenth-century Javanese-Hindu temple that is located on the western slope of Mount Lawu (elev. 1495 m above sea level) on the border between Central and East Java provinces.
Cetho is one of several temples built on the northwest slopes of Mount Lawu in the fifteenth century. By this time, Javanese religion and art had diverged from Indian precepts that had been so influential on temples styles during the 8-10th century. This area was the last significant area of temple building in Java before the island's courts were converted to Islam in the 16th century. The temples' distinctiveness and the lack of records of Javanese ceremonies and beliefs of the era make it difficult for historians to interpret the significance of these...
Read more