Gunung Wukir temple, or Canggal temple, or also known as Shivalinga is a Shivaite Hindu temple dated from early 8th century, located in Canggal hamlet, Kadiluwih village, Salam subdistrict, Magelang Regency, Central Java, Indonesia.
The temple dates to the year 732, making it the first structure attributed to the ancient Mataram kingdom, which ruled Central Java from 732 to around the middle of the tenth century.
Because of its relatively remote location, the temple site rarely appears on the itineraries of foreign tourists. But it possesses some historical importance owed to its links with the formation of the Central Javanese Mataram kingdom.
The temple is located on Wukir hill, which the locals refer to as Gunung Wukir ("Mount Wukir", or "carved hill" in Javanese), on the western slopes of Mount Merapi volcano. The hill is located approximately 4 kilometres southeast from the town of Muntilan. Gunung Wukir temple can be reached by following the direction to the Ngluwar subdistrict by turning west from the Semen intersection, on Yogyakarta-Magelang main road. The Kadiluwih hamlet in Canggal, is connected to the Ngluwar road by a small walking trail that leads up to the hill plateau, approximately 300 meters above sea level.
This temple is the oldest surviving temple in Southern Central Java, connected to the Canggal inscription discovered within the temple ruins in 1879.
According to the inscription, the temple was founded during the reign of King Sanjaya from the Mataram Kingdom, in 654 Saka (732 CE).
This inscription contains a lot of information related to Medang Kingdom or Hindu Mataram. Based on this inscription, Gunung Wukir temple might originally...
Read moreGunung Wukir adalah sebuah nama bukit yang terkenal dalam sejarah kuno Indonesia. Di dekat bukit Wukir inilah ditemukan prasasti tertua di Jawa tengah, yaitu Prasasti Canggal, yang berangka tahun 732 M. Prasasti itu berasal dari masa pemerintahan Raja Sanjaya, yakni salah satu raja dari Dinasti Sailendra yang beraliran agama Hindu. Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, banyak dihasilkan bangunan berupa candi, salah satunya adalah candi yang berada di atas puncak bukit datar yang bernama Candi Gunung Wukir. Keberadaan dari candi ini dihubungkan dengan temuan Prasasti Canggal, sehingga diperkirakan oleh para ahli sejarah bahwa Candi Gunune Wukir termasuk candi tertua di Jawa Tengah.
Kompleks percandian Gunung Wukir adalah kelompok bangunan candi yang terdiri atas satu candi induk dan di depannya ada tiga buah candi perwara. Kelompok candi berada pada suatu halaman candi yang dikelilingi oleh pagar tembok yang terbuat dari batu bata. Pada keempat sudut dan pertengahan tiap-tiap sisi terdapat lingga-lingga patok (tiang-tiang batu kecil), dan periuk-periuk kecil dari tanah, yang berfungsi sama dengan candi-candi sudut dan kelir pada kompleks percandian Prambanan. Candi induk saat ini hanya tinggal bagian kaki dan batur candi, yang di atasnya terdapat sebuah lapik besar, yang semula terpelosok ke dalam sumuran candi, tetapi sekarang telah diletakkan kembali ke tempat asalnya. Pintu masuk candi terletak di sebelah timur, berupa sebuah pintu yang berhiaskan kala makara. Ambang atasnya telah ditemukan di sebuah desa terdekat, dan telah dipasang kembali. Pada tahun 1937 M - 1939 M, dilakukan penggalian di halaman candi, dan berhasil menemukan sebuah makara yang indah. Di hadapan dengan pintu masuk candi induk terletak tiga buah candi perwara yang berjajar dari utara ke selatan. Pola percandian, yaitu candi induk yang dihadapkan dengan tiga candi perwara, merupakan pola umum yang dijumpai pada candi-candi di Jawa Tengah. Candi perwara yang paling utara sebagian besar telah dibangun kembali pada tahun 1938 - 1939, tetapi candi yang berdiri tegak jumlahnya sedikit. Bangunan candi perwara hanya tinggal bagian kaki, batur dan sebuah pagar langkan di atasnya, serta sebuah pintu gerbang yang sederhana. Diperkirakan bagian atas candi perwara tersebut berkonstruksi kayu, dan hal ini didukung oleh data lubang-lubang segi empat pada batu-batu lantai, yang kemungkinan dipakai untuk menegakkan tiang- tiang kayu. Pada halaman candi ditemukan sejumlah batu-batu candi dan beberapa arca, yang kemungkinan sebagian berasal dari tempat lain. Sekitar 150 m di sebelah selatan kelompok candi, ditemukan sebuah pondasi candi kecil dengan sebuah sumuran. Menurut keterangan penduduk setempat, pada tahun 1879 di lokasi tersebut telah ditemukan prasasti berangka tahun 732 M, dan diberi nama Prasasti Canggal, sesuai dengan nama desa penemuannya yang terletak di kaki bukit. Prasasti itu menceritakan tentang Raja Sanjaya yang telah mendirikan sebuah punden lingga. Dugaan ini dikuatkan dengan adanya lapik besar di candi induk dalam kelompok besar tadi, dan di duga punden lingga yang dimaksud di dalam Prasasti Canggal adalah lingga di dalam candi induk Gunung Wukir. (Renville Siagian, Candi Sebagai Warisan Seni Budaya Indonesia, Yayasan Cempaka Kencana,...
Read moreThe temple is well hidden, as if there was a secret kept away from public. You need to pass through the local village, rice field (it was dry season, I didn't see locals cultivating any fields) and forest. Make sure you wear comfortable shoes n bring food n drinks especially drinks, but please keep the sanctuary clean. Most locals still need to be educated on the garbage stuff.
The temple is so simple. It's not as massive n extraordinary as Borobudur Temple. Yet, looking as the ruins, it tells huge history did happen here.
It's perfect spot to be away from crowds n find yourself lost in purity n calmness. Spend your quality time for "me-time" with The Supreme...
Read more