Kalau ada masjid di suatu daerah yang ratusan jamaahnya 24 jam nonstop selalu siap menunggu imam, barangkali hanya ada di Masjid Agung Payaman, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Masjid Agung yang berlokasi di pinggiran Jalan Raya Secang, Magelang ini tidak memiliki nama khusus. Sehingga sampai kini pun, meski masjid ini cukup terkenal di Jawa Tengah, kita tidak menemukan papan nama di depan bangunannya seperti halnya masjid-masjid atau bangunan yang lain. Entah sejak kapan dan siapa yang pertama kali menyebut masjid ini sebagai Masjid Agung. Hanya saja yang kami tahu dari orang-orang tua dulu, di daerah Magelang ini dulunya hanya ada dua kiai yang cukup kesohor, yaitu Kiai Haji Syirod dan Kiai Haji Dahlar. Kiai Syirod adalah orang yang memangku (mengurus) masjid ini. Sedangkan, Kiai Dahlar adalah kakek Mbah Mad Watucongol Magelang yang terkenal itu,” jelas H. Mudris (53 tahun), takmir Masjid Agung Payaman.
Sejak kapan masjid ini didirikan, tidak ada catatan yang dapat dijadikan acuan faktual. “Hanya, menurut cerita turun-temurun, masjid ini pertama kali dipugar oleh Kiai Ibrahim. Sehingga dialah yang di¬anggap sebagai pendiri masjid ini,” tambahnya.
Di zaman sekarang ini, yang namanya pengajian umum di masjid, musholah atau bahkan di lapangan yang disampaikan dalam bentuk – :amah, sudah memasyarakat sampai ke pelosok dusun. Tetapi konon, : a ia masa penjajahan, yang namanya pengajian umum adalah kegiatan i r.gka dan tentu prestasi tersendiri. Konon, di masjid inilah pada iahunl930-an pengajian umum atau yang disebut majelis taklim per- ;jia kali diselenggarakan.
“Hal itu dapat terselenggara berkat hubungan yang erat antara Kiai – :rod dan Kanjeng Bupati Magelang saat itu, R. Danuningrat,” ungkap iciah seorang sesepuh masyarakat setempat.
Malah dahulu ketika usai Clash E, penyerahan tentara sekutu dari : aerah Kedu ke wilayah Semarang dilakukan di halaman masjid ini. Dan, di masa revolusi fisik Laskar Hizbullah juga selalu singgah di ~3sjid ini untuk meminta doa restu kepada Kiai Syirod. “Entah benar ? tau tidak, bambu runcing yang dibuat oleh Mbah Kiai Subki Parakan ang sangat terkenal itu, konon asal mulanya dari sini,” tambah H. Mudris lagi.
Seperti dituturkan sesepuh desa, pada masa Clash H, masjid ini sering menjadi tempat transit Laskar Hizbullah. Konon, Panglima Besar Jenderal Soedirman juga pernah transit di masjid ini ketika akan merebut kota Ambarawa. “Masjid ini juga sering didatangi pejabat negara untuk bermujahadah atau bertukar pikiran mengenai masalah-masalah ke¬negaraan. Yang pernah ke sini antara lain K.H. Idham Chalid, Mr. Ali Sastroamijoyo, dan Mr. Wongsonegoro. Itu yang saya ingat/’ ujar H. Mudris lagi. Berjamaah 40 Hari
Yang paling istimewa dari keberadaan masjid ini adalah jamaahnya yang tidak pernah sepi selama 24 jam. Sebab, setiap saat sekitar seratus jemaah yang berasal dari berbagai daerah terutama Jawa Tengah, umumnya kaum bapak dan ibu yang usianya 50-an tahun ke atas, sengaja tinggal di sekitar masjid untuk mengikuti shalat berjamaah selama 40 hari. Untuk menampung mereka, masyarakat setempat membuatkan semacam asrama berlantai dua. Di sebelah halaman masjid untuk kaum ibu, dan di bawah lantai ruang masjid untuk kaum bapak. Sedangkan, sisanya yang tidak tertampung, tinggal menumpang di rumah-rumah penduduk.
Bahkan, menurut warga setempat, setelah nazar mereka untuk Shalat berjamaah selama 40 hari di Masjid Agung Payaman telah selesai, ada beberapa orang yang tidak ikut pulang dan memilih tinggal menetap sampai meninggal dunia di Kampung Kauman...
Read moreLokasi dan Keunikan Masjid Agung Payaman Masjid Agung Payaman terletak di pinggiran Jalan Raya Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meskipun tidak memiliki papan nama resmi, masjid ini terkenal karena aktivitas jamaahnya yang berlangsung 24 jam nonstop, dengan ratusan jamaah yang berasal dari berbagai daerah, terutama Jawa Tengah. Jamaah ini sering tinggal di sekitar masjid untuk mengikuti shalat berjamaah selama 40 hari, bahkan ada yang menetap hingga meninggal dunia . Faktor Penyebab Kemacetan Aktivitas Jamaah dan Pengunjung : Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang ramai, termasuk pengajian dan ziarah. Pada bulan Ramadhan, jumlah jamaah bisa mencapai 300 orang, meningkatkan volume kendaraan dan pejalan kaki di sekitar area masjid . Lokasi Strategis di Jalan Raya: Masjid ini berada di tepi Jalan Raya Magelang-Semarang, yang merupakan jalur utama. Keberadaan pasar dan makam ziarah di sekitarnya juga memperparah kemacetan, terutama saat jam sibuk atau hari-hari tertentu seperti Idulfitri . Parkir Kendaraan Tidak Teratur: Banyak pengunjung masjid dan pasar yang parkir di tepi jalan, menyita badan jalan dan menyebabkan bottle neck (penyempitan jalan) . Kesimpulan : Masjid Agung Payaman bukan hanya tempat ibadah bersejarah, tetapi juga pusat kegiatan sosial yang menarik banyak pengunjung. Kombinasi antara lokasinya di jalan raya, aktivitas jamaah yang padat, dan fasilitas pendukung seperti pasar dan makam ziarah menjadikannya salah satu titik kemacetan di Magelang. Upaya penertiban lalu lintas dan koordinasi dengan pengelola setempat diperlukan untuk...
Read moreSalah satu masjid favorite saya di Magelang. Masjid bersejarah yang menjadi saksi bisu pengorbanan dan usaha KH. Siraj Abdurrasyid (Mbah Siraj) menyebarkan agama Islam di Magelang dan sekitarnya. Beliau mengadakan pengajian keliling merupakan cara beliau mencerdaskan masyarakat dari kejahilan ilmu agama. Walaupun dalam masa penjajahan kolonial Belanda, Beliau adalah Ulama pertama di Magelang yang berani mengadakan majelis pengajian keliling.
Selain menjadi pusat penyebaran dakwah agama Islam, Masjid Agung Payaman menjadi pusat perjuangan melawan penjajahan kolonialisme Belanda. Makam beliau juga berada di belakang Masjid Agung Payaman, Secang, Magelang yang masih kerap ramai dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari...
Read more