Fort van den Bosch — Attraction in East Java

Review: Google Vanden Bosch Post-Renovation - Gorgeous but Gated!

Google Vanden Bosch has emerged from its renovation looking absolutely stunning! The transformation is significant, and the site now boasts a lovely, super duper Instagrammable aesthetic that's sure to please visitors looking for that perfect shot. The grounds and preserved structures are genuinely beautiful and photogenic.

One of the most noticeable improvements, especially for those sensitive to atmosphere, is the dramatic reduction in the previously heavy, mystical aura. It feels like a successful neutralization must have taken place before the renovation work began. Areas that once felt intensely charged now feel lighter. For instance, the old prison cells, viewed through an intuitive lens, now feel surprisingly "safe" and calm – a significant shift.

However, the renovation hasn't erased all quirks! There are still a few unique spots that warrant caution, like the eerie restroom where a tree defiantly grows right through the wall. It's a fascinating yet slightly unsettling reminder of nature's persistence and the building's past.

Now, for the major disappointment... What on earth is the deal with the second floor?!

Despite the extensive and clearly beautiful renovations visible throughout the lower areas, the entire access to the second floor is completely blocked off. This is a genuine letdown and a real head-scratcher. Why invest so much effort into renovating those upper spaces to look "so pretty" if no one can actually experience them? It feels like a missed opportunity to fully showcase the building's potential and history. This restriction significantly limits the exploration and enjoyment of the site.

Verdict:

Visually: A huge success! Gorgeous, Instagrammable, and significantly brighter in atmosphere. The creepy vibe is largely gone. Spiritually: Feels cleansed and neutralized. The prison area, in particular, feels surprisingly secure energetically. Experience: Frustratingly limited by the inexplicable closure of the entire second floor. The unique, slightly spooky details (like the tree-wall WC) add character but also a touch of necessary wariness.

Go for the beautiful views and photos, but be prepared for the major bummer of inaccessible renovated spaces upstairs. It's a lovely destination with a puzzling and disappointing...

Van den Bosch Fort, also known as Benteng Pendem Ngawi, is a historical landmark located in Ngawi, East Java, Indonesia. This fort serves as a testament to Indonesia's colonial past, offering visitors a glimpse into a pivotal era in the country's history.

Constructed in 1845 during the Dutch colonial period, the fort was named after Governor-General Johannes van den Bosch. It was built as a defense structure, strategically situated near the Bengawan Solo River, one of the longest rivers in Java. The fort's location made it a vital point of control for the Dutch, serving as a hub for military activities and trade.

The fort's architecture reflects the military design of its era. It is characterized by thick walls made of red bricks and an extensive moat surrounding the structure. The fort consists of several buildings, including barracks, ammunition storage, a prison, and a commander's house. Despite its age, much of the fort remains intact, allowing visitors to explore its labyrinthine passages and rooms.

One of the most significant features of the Van den Bosch Fort is its underground tunnels. These tunnels were used for various purposes, including as a means of escape during attacks. Today, visitors can walk through these tunnels, experiencing a sense of the fort's past firsthand.

Visiting Van den Bosch Fort is not just about appreciating its architectural design and historical significance. It also offers a tranquil environment, with lush greenery surrounding the fort. The site has been transformed into a public park where locals and tourists can enjoy leisure activities while soaking in the historical ambiance.

The fort also serves as a venue for various cultural events and exhibitions, further promoting local heritage and arts. These events provide an opportunity for visitors to learn more about the local culture and history.

Van den Bosch Fort is easily accessible from various parts of East Java, making it a must-visit destination for history enthusiasts and curious tourists alike. It stands as a symbol of Indonesia's resilience and a reminder of its...

Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari kesembuhan, adalah adanya jaminan dari Allah Ta’ala bahwa seluruh penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, ataupun untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah Ta’ala telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh jenis penyakit memiliki obat, sehingga kita hendaknya berusaha mempelajari dan kemudian mempraktikkannya.

Selain itu, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“ Untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan seizin Allah ” (H.R. Muslim).

Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oelh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

“ Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, dan ada juga yang tidak tahu “ (H.R. Ahmad, shahih)

Ungkapan Rasulullah, “Untuk setiap penyakit ada obatnya...” memberikan penguatan jiwa kepada orang sakit serta dokter yang merawatnya. Dan juga memberikan dorongan untuk mencari obat dan mempelajarinya. Karena, kalau orang sakit meyakini bahwa ada obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya, maka terbukalah pintu harapan baginya dan hilanglah keputusasaan dari dalam dirinya. Ketika semangat seperti ini sudah meningkat, maka daya tahan tubuh yang mendukung tubuhnya juga akan meningkat sehingga mampu mengatasi, bahakn menolak penyakit. Demikian juga bagi si dokter sendiri, kalau ia sudah meyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka ia juga terus mencari obat dari suatu penyakit dan akan terus melakukan penelitian.

Berdasarkan penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas, maka apabila saat ini tidak ada obat yang mampu menyembuhkan suatu penyakit, bukan berarti bahwa penyakit tersebut tidak ada obatnya. Akan tetapi, hal itu terjadi karena ilmu pengetahuan manusia yang belum mampu menemukan dan mengungkap obat dari penyakit tersebut. Karena memang demikianlah ilmu manusia, secanggih apapun ilmu kedokteran modern saat ini, hal itu sangat amat kecil dibandingkan dengan ilmu Allah Ta’ala yang sangat luas dan meliputi segala sesuatu. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً

“ Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ” (Al Isra’:85).

Diambil dari buku “Ke Mana Seharusnya Anda Berobat?” hal 25-27, penerbit Wacana Ilmiah Press, karya dr. Muhammad Saifuddin Hakim *

dr. Muhammad Saifuddin Hakim merupakan salah satu Dewan Redaksi Majalah Kesehatan Muslim. Beliau adalah alumni Fakultas Kedokteran UGM, saat ini sedang menempuh studi S2 di Universitas Erasmus...