HUTAN MALIRAN DAN POHON KESAMBI
Banyak yang tidak tahu apa manfaat dari pohon-pohon kesambi/ kosambi yang banyak tumbuh di alas Maliran. Selama puluhan tahun ditanam pohon-pohon itu seakan hanya dibiarkan tumbuh saja hingga akhirnya beberapa tahun ini "termanfaatkan" sebagai tempat wisata yang eksotis. Mungkin hal itu atas saran Ketua LPNU Blitar saudara Abdul Aziz yang baru menang NU Award Jawa Timur.
Dengan harga tiket masuk 10 ribu rupiah, pengunjung dapat menikmati kesejukan oksigen hutan langsung dari sumbernya. Menikmati kesejukan, berjalan di bawah rindangnya pohon kosambi/ kesambi. Wisata yang murah meriah dan menyehatkan.
Jalan-jalan di areal hutan di sekitar penangkaran rusa, sambil sesekali memberi makan rusa jawa (cervus-cervus timorensis) yang dulu pernah dipelihara di hutan Karangkates adalah sensasi tersendiri.
Bagi yang masih penasaran dari manfaat pohon kesambi yang saat ini jadi tempat wisata itu, ini saya copaskan dari wikipedia hehehe....
Jika ada pertanyaan, tulis di kolom komentar...
#abaikanfotomodelnya Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan basah berganti-ganti, sehingga pada masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya.[1] Mempunyai nilai energi yang tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang[3].
Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar, atau, mentahnya dijadikan asinan.[1]
Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jw., kecacil) mengandung sedikit asam sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan, minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman, dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya "minyak makassar" (Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Minyak ini setelah dicampur dengan bahan lain, seperti tepung kapur dapat dijadikan salep obat atau untuk menambal celah (memakal, mendempul) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun.[1]
Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama dihasilkan oleh India.[3] Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di...
Read moreI've been here before when the place opens the first time, i was amazed at how the place turns into a great view and lots of instagrammable spots. But on my second visit, i cant believe of what i saw, everything is changed and turn into scary place 😅 The kids playground, im scared that everything will fall down during playing cause of all the damaged caused by nature. The government should take more care of this place because it is a good place to...
Read moreWaaaaow. Amazing place to refresh your boredoms of busy city life. I can't say that the entrance fee is expensive. Most of Indonesian people may afford it. It's a nice place for kids and the family to gather and enjoy the warmth of communication outside of their own daily rush. You may feed the deer, enjoy the outbound area, and taking many instagrammable pictures here. Visit and enjoy the cool and freshness of...
Read more