Penataran Temple is the largest Hindu-Javanese temple complex in East Java.
This temple complex is a legacy of 3 great ancient Hindu-Javanese kingdoms, was built in Blitar for over 200 years, which its construction began in 1194 the period of Kediri Kingdom, continued in 1208 the period of Singasari Kingdom, and finished in 1415 the period of Majapahit Kingdom.
Known as Penataran Temple, which "penataran" means to teach, this temple complex become the place for anyone who wants to learn about the life in the ancient Hindu-Javanese kingdoms era. This temple complex is divided into 3 large parts which represent an integral philosophy and values inherent in every ancient Hindu-Javanese teachings and beliefs. Those 3 parts namely:
-The front / lower part where there is the Bale Agung for a gathering place and the Pendopo Teras for a place to put offerings.
-The middle part where there are two temples consists of one temple in form of a pointed monument with the statue of Ganesha (the god of wisdom) inside it as an embodiment of "lingga" / male and one temple in form of a hole monument surrounded by the ornament of dragon lifted by 9 kings (the number of gods which rule all the directions in the universe) as an embodiment of "yoni" / female.
-The back / top part where there is the largest temple is called the Palah Temple which is carved by the relief of the Ramayana story, the Palah Inscription written in ancient Javanese script by Mpu Amogeswara or Mpu Taluluh, and a "petirtaan" or holy water spring.
Penataran Temple complex was used to be a place both for worshipping the gods and consecrating the kings. Besides, Penataran Temple complex is still remain highly respected by the descendants of the kings and the peoples of the ancient Hindu-Javanese kingdoms in East Java because it is believed to be the place where Maha Patih Gajah Mada recited the Palapa Oath as a sign of the conquest and unification of Sumatra, Kalimantan, Java, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, and Papua in the name of Nusantara under the Majapahit Empire and was also once become the place where the ashes of Ken Arok the founder of the Singasari Kingdom and Raden Wijaya the founder of the Majapahit Kingdom...
Read morePenataran or Panataran (Indonesian: Candi Penataran) is one of the largest Hindu temple ruins complex in East Java, Indonesia.1] It is located roughly 12 km northeast of Blitar, with the closest airport being farther away at Malang. Believed to have been constructed between the 12th century to the 15th century, the temple played a significant role in the Majapahit Kingdom, especially under King Hayam Wuruk.[1 He considered his favorite sanctuary.3]:241 Penataran dates from the Kediri era.
Candi Panataran is a Shiva (Siwa) temple. It is notable for including one the largest Indonesian collection of reliefs showing life stories of Hindu god Vishnu in different avatars. In particular, the temple site include the Rama story in the Javanese version of the epic Ramayana, as well Krishna story as depicted Triguna's Krishnayana epic poem.[4[3]:158 Comparative studies of reliefs related to Hindu epics at Penataran and Prambanan temple (Yogyakarta) complexes have attracted the attention of archaeologists.[6] This site was added to the UNESCO World Heritage Tentative List on October 19, 1995 in the Cultural category. This temple was identified in Nagarakretagama as Palah temple and reported being visited by King Hayam Wuruk during his royal tour across East Java. The site is being considered to be put on the World Heritage list of sites that have "outstanding universal value" to...
Read moreCandi Penataran merupakan salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang terkenal di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, candi ini berada sekitar 12 km dari pusat kota Blitar. Sebagai kompleks candi terbesar di Jawa Timur, Candi Penataran menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Kompleks ini memiliki nilai sejarah tinggi karena dibangun pada masa Kerajaan Kediri dan diteruskan hingga Kerajaan Majapahit. Bangunan candi yang megah dengan ukiran detail memberikan gambaran tentang kejayaan masa lampau. Wisatawan dapat menyaksikan arsitektur klasik yang dikelilingi pemandangan alam indah, sehingga cocok untuk pencinta sejarah, seni, maupun fotografi.
Candi Penataran memiliki banyak kelebihan, terutama dari segi nilai sejarah dan estetika. Relief yang terukir di dinding candi menggambarkan cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata, yang memberikan wawasan budaya kepada pengunjung. Kompleks candi yang luas membuat pengunjung merasa nyaman untuk berjalan-jalan sambil menikmati suasana. Selain itu, lokasi ini juga dikelilingi oleh pepohonan rindang, menciptakan suasana sejuk meskipun di siang hari. Namun, kekurangan tempat ini adalah kurangnya fasilitas modern seperti restoran atau kafe di sekitar area candi, sehingga pengunjung perlu membawa bekal makanan sendiri atau mencari tempat makan di luar lokasi. Selain itu, papan informasi di lokasi terkadang minim, sehingga wisatawan yang ingin mengetahui lebih detail tentang sejarah candi perlu menggunakan jasa pemandu atau mencari informasi sendiri.
Akses ke Candi Penataran cukup mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Dari pusat kota Blitar, perjalanan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 20-30 menit melalui jalan beraspal yang cukup baik. Wisatawan yang menggunakan transportasi umum dapat naik angkutan lokal menuju Desa Penataran, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek. Bagi pengguna kendaraan besar seperti bus pariwisata, jalan menuju lokasi masih cukup memadai meskipun di beberapa tikungan membutuhkan kehati-hatian. Papan penunjuk arah menuju Candi Penataran tersedia di sepanjang jalan, memudahkan pengunjung untuk menemukan lokasi.
Fasilitas di sekitar Candi Penataran cukup sederhana namun fungsional. Terdapat area parkir yang luas untuk berbagai jenis kendaraan, toilet umum, serta warung kecil yang menjual makanan ringan dan minuman. Di sekitar kompleks candi, pengunjung juga dapat menemukan area taman yang cocok untuk bersantai. Namun, untuk wisatawan yang menginginkan kenyamanan lebih, disarankan membawa perlengkapan tambahan seperti alas duduk atau payung. Selain itu, ada pemandu wisata lokal yang siap menjelaskan sejarah candi bagi pengunjung yang ingin mendapatkan wawasan lebih dalam.
Harga tiket masuk Candi Penataran sangat terjangkau, biasanya sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000 per orang (harga dapat berubah). Area parkir cukup luas dan terorganisir dengan baik. Untuk kendaraan roda dua, area parkir tersedia di dekat pintu masuk utama. Kendaraan roda empat seperti mobil pribadi memiliki tempat parkir yang strategis, sedangkan untuk bus pariwisata atau kendaraan roda enam dan delapan, area parkir khusus disediakan sedikit lebih jauh dari kompleks candi, tetapi tetap mudah dijangkau. Semua area parkir dijaga oleh petugas untuk memastikan keamanan kendaraan pengunjung.
Secara keseluruhan, Candi Penataran adalah destinasi wisata yang menawarkan perpaduan antara keindahan sejarah dan ketenangan alam. Meskipun fasilitasnya masih perlu ditingkatkan, daya tarik budaya dan nilai sejarah yang ditawarkan tempat ini menjadikannya destinasi yang tidak boleh dilewatkan, terutama bagi pecinta sejarah dan seni. Pengalaman berwisata di Candi Penataran memberikan kesan mendalam tentang kekayaan budaya masa...
Read more