Nestled in the quiet village of Candirenggo in Singosari District, Malang Regency, the Singosari Temple stands as a majestic relic of Java’s Hindu-Buddhist past, offering visitors a fascinating glimpse into Indonesia’s ancient history. Built in the 13th century during the reign of the Singhasari Kingdom, this temple is dedicated to King Kertanegara, the last ruler of Singhasari before the rise of the Majapahit Empire. The temple’s striking architecture, intricate carvings, and historical significance make it a must-visit for history enthusiasts, culture lovers, and travelers seeking to explore East Java’s rich heritage.
The temple’s design follows the classic East Javanese Hindu temple style, characterized by a tall, tiered structure adorned with detailed reliefs and statues. Although partially ruined, the remaining structure still showcases impressive craftsmanship, with finely carved figures of deities, mythical creatures, and floral motifs decorating its walls. One of the most notable features is the pair of giant guardian statues, known as Dwarapala, which once stood at the temple’s entrance. These massive stone figures, now housed separately nearby, exude a powerful presence and are believed to protect the sacred site from evil spirits.
Exploring the temple grounds, visitors will find a peaceful and well-maintained environment, surrounded by lush greenery that enhances the site’s mystical aura. Informational plaques provide context about the temple’s history, construction, and religious significance, making it an educational experience. The temple’s relatively compact size allows for a leisurely visit, where one can admire the ancient stonework up close and imagine the grandeur of the Singhasari Kingdom in its prime.
While not as massive as Borobudur or Prambanan, Singosari Temple holds its own charm with its serene atmosphere and deep historical roots. Its location in a quiet village adds to the authenticity, offering a more intimate and crowd-free experience compared to more famous temples. The site is easily accessible from Malang city, just a 30-minute drive away, making it a convenient stop for those touring the region’s cultural landmarks.
For those interested in archaeology and history, a visit to Singosari Temple can be combined with nearby sites like the Jago Temple or the Museum Mpu Purwa to gain a fuller understanding of East Java’s medieval kingdoms. Whether you’re a solo traveler, a history buff, or simply someone who appreciates ancient architecture, Singosari Temple provides a captivating journey back in time. Its quiet beauty, rich heritage, and cultural significance make it a hidden gem in Malang’s historical landscape, well worth a visit for anyone exploring East...
Read moreKalau kamu pikir berkunjung ke candi itu hanya sekadar lihat batu kuno, tunggu dulu sebelum skip review ini—karena pengalaman di Candi Singosari (Singosari Temple) bisa bikin kamu merasa seperti berjalan di antara lembaran sejarah Jawa kuno yang hidup kembali. 🏯✨
Suasana & Lokasi Candi Singosari terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, lokasinya strategis dan mudah dijangkau karena berada di jalur utama Malang–Surabaya. Begitu masuk ke area candi, suasana langsung berubah: adem, tenang, dan penuh nuansa historis. Pepohonan rindang di sekitar kompleks menambah kesejukan, membuat pengunjung betah berlama-lama.
Sejarah Singkat Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Singhasari abad ke-13, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kertanegara, raja terakhir Singhasari. Relief dan arsitekturnya menunjukkan perpaduan Hindu-Buddha yang khas, dengan banyak detail yang masih bisa dinikmati meski sudah berusia ratusan tahun. Banyak guide lokal yang siap berbagi cerita, mulai dari kisah Raja Kertanegara, sampai bagaimana Singhasari menjadi cikal bakal berdirinya Majapahit.
Arsitektur & Detail Candi Bangunan utama menjulang dengan ornamen yang penuh makna simbolis. Ada relief yang menggambarkan perjalanan spiritual, juga arca-arca dewa Hindu-Buddha. Ukirannya detail, dan kalau diperhatikan dari dekat, kamu bisa membayangkan betapa hebatnya teknik arsitektur pada masa itu. Menariknya, candi ini juga diyakini sebagai tempat pemujaan sekaligus makam raja, sehingga aura sakralnya masih terasa kental.
Fasilitas & Akses Area parkir cukup luas untuk motor maupun mobil. Tiket masuknya sangat terjangkau, bahkan bisa dibilang murah untuk ukuran destinasi sejarah. Ada toilet sederhana, beberapa gazebo untuk istirahat, serta penjual makanan ringan di sekitar area. Buat yang suka fotografi, tempat ini juga sangat instagramable, terutama kalau datang pagi atau sore saat cahaya matahari lembut menyoroti bangunan candi.
Pengalaman Pribadi Yang aku suka, suasananya damai—tidak terlalu ramai seperti candi-candi besar lainnya, jadi bisa benar-benar menikmati tiap detail ukiran tanpa tergesa-gesa. Duduk sebentar di halaman candi sambil melihat bangunan megah berusia ratusan tahun itu rasanya seperti diajak berdialog dengan masa lalu.
Dan jujur, ada perasaan hangat ketika sadar bahwa tempat ini bukan hanya tumpukan batu, melainkan saksi bisu perjalanan sejarah Jawa yang masih bisa kita nikmati hari ini. Jadi kalau kamu lagi ke Malang atau sekadar lewat jalur Singosari, jangan sampai melewatkan kunjungan ke sini—karena sekali datang, kemungkinan besar kamu akan pulang dengan rasa kagum (dan mungkin sedikit nostalgia pada kejayaan...
Read moreCandi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih 9 Km dari kota Malang ke arah Surabaya. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singasari adalah candi yang tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan dengan candi lain di sekelilingnya. Akan tetapi, saat ini di kawasan Singasari hanya candi Singasari yang masih tersisa, sedangkan candi lainnya telah lenyap tak berbekas.
Kapan tepatnya Candi Singasari didirikan masih belum diketahui, namun para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 M, sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Singasari. Setidaknya ada dua candi di Jawa Timur yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara, yaitu Candi Jawi dan Candi Singasari. Sebagaimana halnya Candi Jawi, Candi Singasari juga merupakan candi Syiwa. Hal ini terlihat dari adanya beberapa arca Syiwa di halaman candi.
Bangunan Candi Singasari terletak di tengah halaman. Tubuh candi berdiri di atas batur kaki setinggi sekitar 1,5 m, tanpa hiasan atau relief pada kaki candi. Tangga naik ke selasar di kaki candi tidak diapit oleh pipi tangga dengan hiasan makara seperti yang terdapat pada candi-candi lain. Pintu masuk ke ruangan di tengah tubuh candi menghadap ke selatan, terletak pada sisi depan bilik penampil (bilik kecil yang menjorok ke depan). Pintu masuk ini terlihat sederhana tanpa bingkai berhiaskan pahatan. Di atas ambang pintu terdapat pahatan kepala Kala yang juga sangat sederhana pahatannya. Adanya beberapa pahatan dan relief yang sangat sederhana menimbulkan dugaan bahwa pembangunan Candi Singasari belum sepenuhnya terselesaikan.
Di kiri dan kanan pintu bilik pintu, agak ke belakang, terdapat relung tempat arca. Ambang relung juga tanpa bingkai dan hiasan kepala Kala. Relung serupa juga terdapat di ketiga sisi lain tubuh Candi Singasari. Ukuran relung lebih besar, dilengkapi dengan bilik penampil dan di atas ambangnya terdapat hiasan kepala Kala yang sederhana. Di tengah ruangan utama terdapat yoni yang sudah rusak bagian atasnya. Pada kaki yoni juga tidak terdapat pahatan apapun.
Tempat yang keren plus udara sejuk...
Read more