Perjalanan kali ke sini saya naik motor sendirian dari Kupang +-2 jam jarak 130-an km. Sebagian besar melalui jalan nasional NTT dengan aspal mulus, saat berangkat pagi dan masih sepi dapat memacu adrenaline di tikungan 2 seakan menari-nari di atas motor. Begini saja bahagia, bahagia itu sederhana. Perjalanan di wilayah NTT pada umumnya yang saya sukai adalah tidak was-was atau khawatir akan dibegal, dirampok di perjalanan, meskipun sepi dan sendirian. Penduduk ramah dan senyum saat disapa semakin yakin akan aman bagi wisatawan. Sampai kini pertanyaan yang belum terjawab, kenapa NTT begitu aman, hampir gak ada maling, begal, padahal di daerah WIB, maling, begal, menjadi berita harian. Parkir motor lengah sebentar akan hilang. Saat di sekolah aku yakin, sama-sama tidak ada pelajaran cara mencuri.
Sampai di Oetune pukul 08.00 masih sepi, belum ada yang jaga loket (bayar saat pulang), dan jumpa dengan penyadap nira. Ngobrol dan minta diambilkan nira manis langsung dari pohon, pada botol bekas air mineral yang saya bawa, glek-glek manisnyaaaa.
Fasilitas ada toilet, mushola, gazebo-2 namun nampaknya jarang sekali digunakan. Weekend namun sepi, sampai aku pulang, tidak jumpa pengunjung wisatawan lain. Ada penginapan tarif 400ribu, AC, tanpa makanan. Setelah beberapa puluh menit mondar-mandir, akan jalan ke bukit pasir, udara panas menyengat, nunggu ada mendung dikit supaya agak redup. Tiba-tiba datang anak-anak menawarkan sebagai pemandu sekaligus fotografernya. Saya tanya berapa tarifnya, dijawab, "Kami tidak mematok tarif, seikhlasnya saja, jika kami meminta tarif mahal nanti merusak nama baik tempat ini" sungguh arif bijaksana mereka. Jika anak-anak yang polos itu nanti hanya sebagai penonton wisatawan yang berpose di depan mereka yang kemudian dengan sombong membuang sampah sembarangan, akan menjadi pelajaran tidak baik. Maka libatkan dan bina supaya menjadi lebih baik lagi. Saya ditemani 2 anak satu kelas 6, dan kelas 8. Saya tanya apa tidak sekolah, katanya sudah pulang. Dengan cekatan mereka mengambil gambar, mengarahkan pose, saya dijadikan modelnya, ngikut saja. Hasilnya bagus, koreksi di komposisi point of interest yang kurang sesuai, fokus dan tidak goyang, secara umum good job.
Kemudian saya berpisah setelah memberikan uang, dan mereka senang berlarian. Mereka sebagai pemandu wisatawan yang baik. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke pantai Kolbano. Update kunjungan ke-5: September 2023 Waktu paling baik saat ke sini adalah ketika angin sedang kencang karena pasir yang bekas terinjak telapak kaki, sepatu akan pulih dalam beberapa menit. Perlu juga masker dan kacamata saat angin kencang supaya masuk ke mata dan hidung butiran pasir halus yang...
Read moreThe beach area is quite large. Just like most beaches on the southern coast of Indonesia, the beach sand is black and very smooth. The beach sand forms dunes resembling the desert, which can be a good photo spot for you. To enter this area, you need to pay a retribution of Rp10k per person and a vehicle of Rp10k per car. You will also find many local children who offer photographer services that you can pay at any amount. These children are very good at taking photos because they have been trained beforehand. The best time to visit is in the dry season because the texture of the sand will be better. You can't swim at this beach because the waves are too big and the texture of the beach is dominated by sand so things get washed...
Read morean amazing beach. the beach sand that blown away forms into a desert. when we get there, will be a few children who follow us, they will offer to help us get to that huge sand of that amazing beach. they will help bring our luggage, help get photos, tell us where the best places to take photos. they went with a machete, and it turned out to open the coconut when we returned to the parking lot and drank coconut. they are very nice children, give them a some money because they...
Read more