HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Todo traditional village — Attraction in East Nusa Tenggara

Name
Todo traditional village
Description
Nearby attractions
Nearby restaurants
Nearby hotels
Related posts
Keywords
Todo traditional village tourism.Todo traditional village hotels.Todo traditional village bed and breakfast. flights to Todo traditional village.Todo traditional village attractions.Todo traditional village restaurants.Todo traditional village travel.Todo traditional village travel guide.Todo traditional village travel blog.Todo traditional village pictures.Todo traditional village photos.Todo traditional village travel tips.Todo traditional village maps.Todo traditional village things to do.
Todo traditional village things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Todo traditional village
IndonesiaEast Nusa TenggaraTodo traditional village

Basic Info

Todo traditional village

Todo, Satar Mese Barat, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara 86511, Indonesia
4.0(74)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Scenic
Off the beaten path
attractions: , restaurants:
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Phone
+62 822-5573-2564

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in East Nusa Tenggara
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in East Nusa Tenggara
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in East Nusa Tenggara
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Todo traditional village

4.0
(74)
avatar
4.0
18w

A very nice traditional Manggarai village, but they practically force tourists to take a guide, dress in traditional clothings for a 100k entrance fee + donation of own choice later during the ceremony.

The village is pretty small, while inhabited, most locals stay in more modern housing around the area. The guide only do very basic explanation of the village, and most of the time I had be the one actively asking questions to learn more about it.

They will first bring you to the main hut for a ceremony, accompanied with a practically forced donation and coffee/tea. The ceremony is to introduce you to their ancestors which is kinda cool.

My guide then showed me around the main hut, and another smaller common hut. The entire guide lasted around 20 minutes.

My personal opinion is the ticket is slightly overpriced. Compared to Bena Village near Bajawa which is bigger and more impressive, they only charged 35k. At least the site is actively maintained...

   Read more
avatar
5.0
1y

Desa Todo terletak cukup jauh dari Labuan Bajo sekitar 3-4 jam tergantung juga kondisi lalu lintas. Jalan negara menuju ke sini akan sempit di beberapa bagian. Nanti akan ada belokan ke kanan ke Todo dan Waerebo, bila lurus akan ke Ruteng. Setelah itu jalanannya akan naik turun dan cukup sempit bila bertemu dengan mobil/truk dari arah berlawanan. Disarankan ke Todo saat siang dan sudah keluar area ini paling tidak jam 5 sore. Karena tidak ada penginapan di Todo dan jalanannya gelap, tidak ada pencahayaan kecuali cahaya lampu dari rumah warga.

Desa Todo masih mempertahankan keasliannya turun-temurun terdiri dari 7 rumah adat dan ada 1 rumah utama yang ada tanduknya sebagai rumah pemimpin. Para pengunjung akan diarahkan dulu ke resepsionis untuk mengisi buku tamu, dan tiket masuk sekitar 20rb utk orang dewasa. Pengunjung akan diberikan sarung dan selendang dan kopiah bagi laki-laki dan ada hiasan kepala bagi perempuan. Pakaian ini dipakai terlebih dahulu sebagai sarana penghormatan. Kami disambut dengan bang Fandrian dan kak Glaudia yang ramah.

Pengunjung dipandu bang Fandrian masuk ke rumah utama, di dalam rumah utama ini akan ada sedikit ritual dipandu oleh tetua kampung sebagai ungkapan permisi untuk berkunjung dan setelahnya akan disajikan teh/kopi. Tidak ada ritual penyembahan patung atau lainnya, sehingga tidak akan mengganggu bagi yang muslim. Setelahnya pengunjung dapat melihat-lihat bagian dalam rumah. Rumah utama memiliki 9 pilar. Pilar utama di tengah tidak diukir sebagai tanda bahwa pemimpin haruslah adil dan sederhana. Sementara yang lainnya diukir.

Rumah adat ini menjelang tinggi berbentuk kerucut terdiri dari tiga tingkat struktur yang menggambarkan kasta kepemimpinan. Rumah ini memiliki diameter 20 meter dan cukup besar untuk diisi oleh 9 anggota keluarga. Di bagian samping kanan rumah ada rumah adat uang digunakan bagi ibu-ibu pengrajin sarung atau kain. Di luar, di area tengah di lapangan, terdapat makam leluhur dan di sampingnya ada anak2 dan ibu2 yang menawarkan dagangan gelang kain dan sarung. Nantinya akan dibangun lagi 2 rumah adat (niang) tambahan.

Di kampung ini pengunjung dapat melihat pemandangan yang cukup menakjubkan dikelilingi perbukitan dan cuaca yang sejuk. Tidak dapat bisa melihat sunrise/sunset secara utuh karena terhalang bukit. Di sini sejuk udaranya dan segar. Kadang turun kabut. Tidak terdapat mushola namun ada toilet, namun toiletnya kurang terawat. Semoga bisa diperbaiki.

Secara umum puas dengan keramahan dan cerita sejarahnya, termasuk penjelasan mengenai perbedaan Todo...

   Read more
avatar
4.0
1y

From June 2024 entrance fee is 100k IDR which I think is quite pricey comparing to fees for other traditional villages. For this you get a guide and they dress you in a traditional clothes. Additionally, you need to pay a donation but amount is not defined, you can pay just 5k IDR. Donation is needed for ceremony where guide asks ancestors for a permission to enter a main house. For me the main house was actually the highlight of the visit. Guide’s English was quite good, however he also serves a bunch of Indonesian words (e.g for bamboo stick supporting a roof, name of each house, etc.) which I would never remember and are in my opinion really not needed for the understanding of...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Yuhng YeapYuhng Yeap
A very nice traditional Manggarai village, but they practically force tourists to take a guide, dress in traditional clothings for a 100k entrance fee + donation of own choice later during the ceremony. The village is pretty small, while inhabited, most locals stay in more modern housing around the area. The guide only do very basic explanation of the village, and most of the time I had be the one actively asking questions to learn more about it. They will first bring you to the main hut for a ceremony, accompanied with a practically forced donation and coffee/tea. The ceremony is to introduce you to their ancestors which is kinda cool. My guide then showed me around the main hut, and another smaller common hut. The entire guide lasted around 20 minutes. My personal opinion is the ticket is slightly overpriced. Compared to Bena Village near Bajawa which is bigger and more impressive, they only charged 35k. At least the site is actively maintained and preserved.
Sandi AASandi AA
Desa Todo terletak cukup jauh dari Labuan Bajo sekitar 3-4 jam tergantung juga kondisi lalu lintas. Jalan negara menuju ke sini akan sempit di beberapa bagian. Nanti akan ada belokan ke kanan ke Todo dan Waerebo, bila lurus akan ke Ruteng. Setelah itu jalanannya akan naik turun dan cukup sempit bila bertemu dengan mobil/truk dari arah berlawanan. Disarankan ke Todo saat siang dan sudah keluar area ini paling tidak jam 5 sore. Karena tidak ada penginapan di Todo dan jalanannya gelap, tidak ada pencahayaan kecuali cahaya lampu dari rumah warga. Desa Todo masih mempertahankan keasliannya turun-temurun terdiri dari 7 rumah adat dan ada 1 rumah utama yang ada tanduknya sebagai rumah pemimpin. Para pengunjung akan diarahkan dulu ke resepsionis untuk mengisi buku tamu, dan tiket masuk sekitar 20rb utk orang dewasa. Pengunjung akan diberikan sarung dan selendang dan kopiah bagi laki-laki dan ada hiasan kepala bagi perempuan. Pakaian ini dipakai terlebih dahulu sebagai sarana penghormatan. Kami disambut dengan bang Fandrian dan kak Glaudia yang ramah. Pengunjung dipandu bang Fandrian masuk ke rumah utama, di dalam rumah utama ini akan ada sedikit ritual dipandu oleh tetua kampung sebagai ungkapan permisi untuk berkunjung dan setelahnya akan disajikan teh/kopi. Tidak ada ritual penyembahan patung atau lainnya, sehingga tidak akan mengganggu bagi yang muslim. Setelahnya pengunjung dapat melihat-lihat bagian dalam rumah. Rumah utama memiliki 9 pilar. Pilar utama di tengah tidak diukir sebagai tanda bahwa pemimpin haruslah adil dan sederhana. Sementara yang lainnya diukir. Rumah adat ini menjelang tinggi berbentuk kerucut terdiri dari tiga tingkat struktur yang menggambarkan kasta kepemimpinan. Rumah ini memiliki diameter 20 meter dan cukup besar untuk diisi oleh 9 anggota keluarga. Di bagian samping kanan rumah ada rumah adat uang digunakan bagi ibu-ibu pengrajin sarung atau kain. Di luar, di area tengah di lapangan, terdapat makam leluhur dan di sampingnya ada anak2 dan ibu2 yang menawarkan dagangan gelang kain dan sarung. Nantinya akan dibangun lagi 2 rumah adat (niang) tambahan. Di kampung ini pengunjung dapat melihat pemandangan yang cukup menakjubkan dikelilingi perbukitan dan cuaca yang sejuk. Tidak dapat bisa melihat sunrise/sunset secara utuh karena terhalang bukit. Di sini sejuk udaranya dan segar. Kadang turun kabut. Tidak terdapat mushola namun ada toilet, namun toiletnya kurang terawat. Semoga bisa diperbaiki. Secara umum puas dengan keramahan dan cerita sejarahnya, termasuk penjelasan mengenai perbedaan Todo dan Waerebo.
Josephine MJosephine M
No queue. The road to go there is very extreme, took about 1 hour from main road to the village using car. There’s a local guide to guide you through the village. Small village. There’s the tradition where everybody who comes in to the village must use their sarong and headpiece. Pay about 80k idr/ person for local tourist, not sure for international tourists. If visit Ruteng must come to this place if you’re not going to Wai Rebo. Todo is like the smaller size and you can reach there by car, motorcycle. No need to walk so far
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in East Nusa Tenggara

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

A very nice traditional Manggarai village, but they practically force tourists to take a guide, dress in traditional clothings for a 100k entrance fee + donation of own choice later during the ceremony. The village is pretty small, while inhabited, most locals stay in more modern housing around the area. The guide only do very basic explanation of the village, and most of the time I had be the one actively asking questions to learn more about it. They will first bring you to the main hut for a ceremony, accompanied with a practically forced donation and coffee/tea. The ceremony is to introduce you to their ancestors which is kinda cool. My guide then showed me around the main hut, and another smaller common hut. The entire guide lasted around 20 minutes. My personal opinion is the ticket is slightly overpriced. Compared to Bena Village near Bajawa which is bigger and more impressive, they only charged 35k. At least the site is actively maintained and preserved.
Yuhng Yeap

Yuhng Yeap

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in East Nusa Tenggara

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Desa Todo terletak cukup jauh dari Labuan Bajo sekitar 3-4 jam tergantung juga kondisi lalu lintas. Jalan negara menuju ke sini akan sempit di beberapa bagian. Nanti akan ada belokan ke kanan ke Todo dan Waerebo, bila lurus akan ke Ruteng. Setelah itu jalanannya akan naik turun dan cukup sempit bila bertemu dengan mobil/truk dari arah berlawanan. Disarankan ke Todo saat siang dan sudah keluar area ini paling tidak jam 5 sore. Karena tidak ada penginapan di Todo dan jalanannya gelap, tidak ada pencahayaan kecuali cahaya lampu dari rumah warga. Desa Todo masih mempertahankan keasliannya turun-temurun terdiri dari 7 rumah adat dan ada 1 rumah utama yang ada tanduknya sebagai rumah pemimpin. Para pengunjung akan diarahkan dulu ke resepsionis untuk mengisi buku tamu, dan tiket masuk sekitar 20rb utk orang dewasa. Pengunjung akan diberikan sarung dan selendang dan kopiah bagi laki-laki dan ada hiasan kepala bagi perempuan. Pakaian ini dipakai terlebih dahulu sebagai sarana penghormatan. Kami disambut dengan bang Fandrian dan kak Glaudia yang ramah. Pengunjung dipandu bang Fandrian masuk ke rumah utama, di dalam rumah utama ini akan ada sedikit ritual dipandu oleh tetua kampung sebagai ungkapan permisi untuk berkunjung dan setelahnya akan disajikan teh/kopi. Tidak ada ritual penyembahan patung atau lainnya, sehingga tidak akan mengganggu bagi yang muslim. Setelahnya pengunjung dapat melihat-lihat bagian dalam rumah. Rumah utama memiliki 9 pilar. Pilar utama di tengah tidak diukir sebagai tanda bahwa pemimpin haruslah adil dan sederhana. Sementara yang lainnya diukir. Rumah adat ini menjelang tinggi berbentuk kerucut terdiri dari tiga tingkat struktur yang menggambarkan kasta kepemimpinan. Rumah ini memiliki diameter 20 meter dan cukup besar untuk diisi oleh 9 anggota keluarga. Di bagian samping kanan rumah ada rumah adat uang digunakan bagi ibu-ibu pengrajin sarung atau kain. Di luar, di area tengah di lapangan, terdapat makam leluhur dan di sampingnya ada anak2 dan ibu2 yang menawarkan dagangan gelang kain dan sarung. Nantinya akan dibangun lagi 2 rumah adat (niang) tambahan. Di kampung ini pengunjung dapat melihat pemandangan yang cukup menakjubkan dikelilingi perbukitan dan cuaca yang sejuk. Tidak dapat bisa melihat sunrise/sunset secara utuh karena terhalang bukit. Di sini sejuk udaranya dan segar. Kadang turun kabut. Tidak terdapat mushola namun ada toilet, namun toiletnya kurang terawat. Semoga bisa diperbaiki. Secara umum puas dengan keramahan dan cerita sejarahnya, termasuk penjelasan mengenai perbedaan Todo dan Waerebo.
Sandi AA

Sandi AA

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in East Nusa Tenggara

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

No queue. The road to go there is very extreme, took about 1 hour from main road to the village using car. There’s a local guide to guide you through the village. Small village. There’s the tradition where everybody who comes in to the village must use their sarong and headpiece. Pay about 80k idr/ person for local tourist, not sure for international tourists. If visit Ruteng must come to this place if you’re not going to Wai Rebo. Todo is like the smaller size and you can reach there by car, motorcycle. No need to walk so far
Josephine M

Josephine M

See more posts
See more posts