A very nice traditional Manggarai village, but they practically force tourists to take a guide, dress in traditional clothings for a 100k entrance fee + donation of own choice later during the ceremony.
The village is pretty small, while inhabited, most locals stay in more modern housing around the area. The guide only do very basic explanation of the village, and most of the time I had be the one actively asking questions to learn more about it.
They will first bring you to the main hut for a ceremony, accompanied with a practically forced donation and coffee/tea. The ceremony is to introduce you to their ancestors which is kinda cool.
My guide then showed me around the main hut, and another smaller common hut. The entire guide lasted around 20 minutes.
My personal opinion is the ticket is slightly overpriced. Compared to Bena Village near Bajawa which is bigger and more impressive, they only charged 35k. At least the site is actively maintained...
Read moreDesa Todo terletak cukup jauh dari Labuan Bajo sekitar 3-4 jam tergantung juga kondisi lalu lintas. Jalan negara menuju ke sini akan sempit di beberapa bagian. Nanti akan ada belokan ke kanan ke Todo dan Waerebo, bila lurus akan ke Ruteng. Setelah itu jalanannya akan naik turun dan cukup sempit bila bertemu dengan mobil/truk dari arah berlawanan. Disarankan ke Todo saat siang dan sudah keluar area ini paling tidak jam 5 sore. Karena tidak ada penginapan di Todo dan jalanannya gelap, tidak ada pencahayaan kecuali cahaya lampu dari rumah warga.
Desa Todo masih mempertahankan keasliannya turun-temurun terdiri dari 7 rumah adat dan ada 1 rumah utama yang ada tanduknya sebagai rumah pemimpin. Para pengunjung akan diarahkan dulu ke resepsionis untuk mengisi buku tamu, dan tiket masuk sekitar 20rb utk orang dewasa. Pengunjung akan diberikan sarung dan selendang dan kopiah bagi laki-laki dan ada hiasan kepala bagi perempuan. Pakaian ini dipakai terlebih dahulu sebagai sarana penghormatan. Kami disambut dengan bang Fandrian dan kak Glaudia yang ramah.
Pengunjung dipandu bang Fandrian masuk ke rumah utama, di dalam rumah utama ini akan ada sedikit ritual dipandu oleh tetua kampung sebagai ungkapan permisi untuk berkunjung dan setelahnya akan disajikan teh/kopi. Tidak ada ritual penyembahan patung atau lainnya, sehingga tidak akan mengganggu bagi yang muslim. Setelahnya pengunjung dapat melihat-lihat bagian dalam rumah. Rumah utama memiliki 9 pilar. Pilar utama di tengah tidak diukir sebagai tanda bahwa pemimpin haruslah adil dan sederhana. Sementara yang lainnya diukir.
Rumah adat ini menjelang tinggi berbentuk kerucut terdiri dari tiga tingkat struktur yang menggambarkan kasta kepemimpinan. Rumah ini memiliki diameter 20 meter dan cukup besar untuk diisi oleh 9 anggota keluarga. Di bagian samping kanan rumah ada rumah adat uang digunakan bagi ibu-ibu pengrajin sarung atau kain. Di luar, di area tengah di lapangan, terdapat makam leluhur dan di sampingnya ada anak2 dan ibu2 yang menawarkan dagangan gelang kain dan sarung. Nantinya akan dibangun lagi 2 rumah adat (niang) tambahan.
Di kampung ini pengunjung dapat melihat pemandangan yang cukup menakjubkan dikelilingi perbukitan dan cuaca yang sejuk. Tidak dapat bisa melihat sunrise/sunset secara utuh karena terhalang bukit. Di sini sejuk udaranya dan segar. Kadang turun kabut. Tidak terdapat mushola namun ada toilet, namun toiletnya kurang terawat. Semoga bisa diperbaiki.
Secara umum puas dengan keramahan dan cerita sejarahnya, termasuk penjelasan mengenai perbedaan Todo...
Read moreFrom June 2024 entrance fee is 100k IDR which I think is quite pricey comparing to fees for other traditional villages. For this you get a guide and they dress you in a traditional clothes. Additionally, you need to pay a donation but amount is not defined, you can pay just 5k IDR. Donation is needed for ceremony where guide asks ancestors for a permission to enter a main house. For me the main house was actually the highlight of the visit. Guide’s English was quite good, however he also serves a bunch of Indonesian words (e.g for bamboo stick supporting a roof, name of each house, etc.) which I would never remember and are in my opinion really not needed for the understanding of...
Read more