— Masjid Agung Kabupaten Garut —
-tempat atau fasilitas umum-
Lokasi yang aman Lokasi strategis, termasuk cukup dekat dari travel luar kabupaten (semisal travel dari bandung) dan dari stasiun. Sekitar masjid pun alun - alun garut yang juga fasilitas umum. Terdapat pula warung atau gerobak jajanan yang berada di sekitar kawasan masjid agung ini dan alun-alunnya. Oiya ada sekolah juga di sekitar area ini dan terdapat tempat untuk parkir mobil dan motor.
Fasilitas well - ok Pada area masjid agung garut ini ada pastinya ada tempat untuk beribadah (sholat) dan wudhu, selasar yang luas, terdapat pula penitipan sendal atau sepatu, dan juga dua area toilet. Namun, ketika saya berkunjung terdapat problem atau masalah pada bagian air (air keran tidak mengalir) di area toilet belakang. Untungnya, toilet area depan memiliki air yang melimpah dan aman. Nah toilet area depan ini bisa langsung diakses tanpa harus memasuki masjid. Oiya, tersedia juga mukena dan sarung untuk digunakan secara umum serta terdapat juga Al-Quran. Juga terdapat seperti tempat isi ulang air minum tapi ternyata tidak bisa digunakan. Hm, kalau melihat ulasan lain yang membahas terkait karpet atau lainnya sih saya kemarin kurang terlalu memperhatikan. Tapi secara keseluruhan bagi saya masih ok ok saja.
pengalaman pribadi Saya berkesempatan berkunjung ke sini yaitu pada sekitar waktu pagi hari, dengan rentang waktu antara pukul 7 - 8 pagi lebih. Pada waktu itu, sudah terdapat bapak - bapak yang jaga di bagian penitipan sendal atau sepatu. Namun, pintu utama untuk masuk ke area sholat masih terkunci tapi saya diberikan arahan untuk menggunakan pintu yang lainnya. Mungkin akses pintu utama akan dibuka ketika sudah agak cukup siang. Suasana di pagi hari terasa tenang dan nyaman, walau dipinggir area masjid ini dekat dengan area area alun-alun tapi masih cukup aman bagi saya pribadi. Pada beberapa waktu pun terdapat burung kecil yang bisa masuk ke dalam area masjid tapi pada akhirnya bisa keluar dengan sendirinya. Bapak penjaga penitipan sendal atau sepatu pun ramah, oiya terdapat juga yang menjaga area bagian toilet. Pastinya karena dekat dengan alun-alun dan sekolah maka area masjid ini tidak selalu sepi, alias akan ada saja yang berada di sekitar area masjid sehingga tidak akan terasa sendiri. Lalu, ketika saya datang lagi saat waktu Dzuhur pastinya area masjid ramai begitu pula dengan area...
Read moreseolah diciptakan untuk menjadi saksi bisu perjalanan masyarakat Garut hingga kini Konon penamaan Garut, berasal dari cerita saat salah seorang warga sekitar, yang tertusuk duri tanaman ki Garut, saat survey mencari lahan untuk pembangunan masjid kebanggaan kota Intan tersebut.
Pengurus Masjid Agung Garut KH A. Aceng Nauval Mimar mengatakan, pembangunan Masjid Agung Garut, merupakan salah satu dari empat paketan pembangunan infrastruktur, yang dibangun perwakilan Belanda di wilayah Priangan saat itu.
“Kebetulan ibu kota Garut mau dipindah dari Balubur Limbangan ke wilayah sekarang ini,” ujar dia, sambil menunjukan denah masjid yang ada didepannya, saat ditemui
Dalam catatan sejarah perpindahan ibu kota Garut, pembangunan masjid diperkirakan dilakukan sekitar 1813. “Namun ada juga sebagian pendapat mengatakan 1809,” kata dia.
Saat itu, pembangunan masjid berbarengan dengan pembangunan gedung pendopo dan tempat tinggal bupati, kantor asisten residen (Kantor Bakorwil saat ini), dan gedung penjara yang tepat berhadapan langsung dengan masjid.
Tak lupa dalam paketan pembangunan itu, satu bangunan ‘Babancong’ ikut dibangun Belanda, yang berdiri di depan Pendopo, dan berada persis di tengah antara masjid dan Pendopo saat ini.
“Kalau Babancong biasa digunakan bupati beserta pejabat pemerintahan dalam menyampaikan pidato kepada masyarakat,” ujar dia menerangkan.
Nauval mengatakan, pembangunan masjid diprakarsai Bupati RAA Wiratanudatar yang berkuasa hingga 1815, kemudian disempurnakan oleh bupati selanjutnya, Adipati Suria Karta Legawa yang berkuasa pada 1829.
“Perkembangan masjid lebih ramai menjadi pusat kegiatan kegamaan masyarakat setelah dipegang Adipati Mohammad Musa Suria Kartalegawa putranya Adipati Suria Karta Legawa yang menggantikannya berkuasa,” kata dia.
Awalnya pembangunan masjid seluas 4.480 meter persegi itu, hanya diperuntukan untuk shalat lima waktu, namun seiring perkembangan warga, terutama mulai masuknya budaya pesantren, akhirnya masjid mulai difungsikan menggelar shalat jumat, shalat idul fitri dan kegiatan keagamaan islam lainnya.
Bahkan seiring diberlakukannya jadwal libur sekolah saat memasuki bulan suci Ramadan tahun 1983, aktifitas masjid lebih meriah dengan hadirnya pesantren kilat (Paskil) Ramadan.
“Sejak zaman Pak Soeharto (presiden saat itu) paskil Ramadan Masjid Agung tidak pernah...
Read moreLokasi masjid Agung Garut berada di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Veteran, Paminggir Kota Garut Kabupaten Garut Jawa Barat. Tepatnya berada di sebelah utara alun-alun Garut dan menempati lahan wakaf dengan luas 4.480 meter persegi. berada di tempat yang cukup strategis yaitu di pusat kota, tak heran masjid Agung Garut selalu dipenuhi oleh para jamaah dan para pengunjung. Ditambah dengan adanya berbagai kegiatan keislaman di masjid tersebut sehingga masjid Agung Garut tak pernah sepi.
Masjid Agung Garut juga memiliki sejarah. Pembangunannya tak lepas dari pembangunan Kabupaten Garut juga. Telah ditemukan dalam sebuah catatan sejarah yang menyebutkan bahwa pada tanggal 15 September 1813 pada saat itu pertama kali dibangun sarana dan prasarana ibukota pemerintahan Garut yang terdiri dari pembangunan pendopo, masjid, alun-alun dan beberapa saran lainnya. Sebenarnya tidak ada informasi yang pasti tentang kapan masjid Agung Garut pertama didirikan. Namun perkiraannya masjid tersebut telah ada sejak tahun 1809 bahan jauh sebelum itu masjid tersebut telah berdiri. Hal tersebut dikarenakan terdapat angka dengan tahun yang sama pada sebuah nisan kuburan yang berada di komplek pemakaman masjid Agung Garut.
Pada awalnya, masjid Agung Garut merupakan sebuah bangunan masjid yang khas dengan bangunan tradisional pada zamannya. Yang berupa atap limas bersusun tiga. Gambaran tersebut berdasarkan beberapa dokumen foto tua pada masa penjajahan Belanda. Hal yang berbeda dengan beberapa masjid lainnya pada masa itu masjid Agung Garut terdapat sebuah beranda dengan sentuhan gaya Eropa. Sentuhan Eropa tersebut berupa pilar bundar yang menopang fasad bangunan yang terbuat dari beton.
Kemudian telah beberapa kali mengalami renovasi sehingga menjadi sebuah bangunan yang megah dan besar di Kabupaten Garut. Sekarang terdapat kubah dan juga dinding bangunan msjid tersebut dicat dengan warna kuning sehingga terlihat menarik. Sehingga tak heran berbondong-bondong para jamaah menghabiskan waktu ibadahnya di masjid...
Read more