Tahun 1755. Sri Sultan Hamengkubuwana I mendudukkan orang kepercayaannya, Raden Prawirasentika, menjadi Wedana Bupati Mancanegara Timur di Madiun yang membawahi seluruh bupati di timur Gunung Lawu. Sebagai Bupati Madiun, gelarnya adalah Pangeran Rangga Prawiradirja I. Kelak salah satu keturunannya, Sentot Prawiradirja, menjadi panglima termuda di masa Perang Dipanegara.
Tahun 1784 Rangga Prawiradirja I wafat dan dimakamkan di Pemakaman Taman, di daerah yang mendapat ketetapan Kasultanan sebagai tanah perdikan. Di lokasi inilah masjid yang dibangun tahun 1754 oleh Kyai Ageng Misbach didirikan. Karena sang kyai lebih dikenal sebagai Kyai Danapura masjid ini lalu dikenal juga sebagai Masjid Danapura.
Masjid di area seluas sekitar 2.600 meter persegi ini bergaya khas masjid Jawa. Masjid tanpa kubah. Konstruksi tiang-tiang besarnya dan atap kayunya indah. Ruang masjid utama dinaungi struktur beratap 3. Pintu masuk utama juga ada 3. Lambang 3 unsur jalan keselamatan.
Memasuki masjid ini terasa ada keheningan yang menenangkan. Ada nuansa sakral di dalam. Terlihat AC menempel di tembok samping dan depan. Ada juga dua macam garis penanda shaf. Yang satu garis marmer lama sejajar dengan mihrab. Satunya garis baru yang miring melintang, hasil koreksi arah kiblat. Keduanya sama-sama mengarahkan ke barat. Saat sendirian, agaknya bebas memilih di garis mana kita berminat. Tetapi saat berjamaah, di garis baru itulah kita harus sepakat. Saat kali pertama menghadapi situasi ini, saya kikuk sesaat. Di pojok teras serambi depan tampak bedhug dengan besi penyangga. Kentongan dan pemukulnya juga ada. Beberapa kali ke sana, belum juga kudengar mereka bersuara.
Kawasan makam beserta masjid kini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya dan mendapat nama: Makam dan Masjid Besar Kuno Taman. Keaslian bangunan masjid dipertahankan. Bentuknya tidak bisa direnovasi dan dirubah sembarangan. Termasuk tiang, pintu, jendela, dan area depan. Sebagai aset Pemkot Madiun, kawasan masjid ini terus dipercantik dan dikembangkan. Masjid Danapura kini menjadi destinasi wisata religi yang dalam kekunoan...
Read moreMasjidnya sejuk gaya arsitek kuno sangat bagus dan sejuk saya sering sholat disitu.
السلام عليكم ورحمه الله وبركاته Yang saya sayangkan pada waktu saya nungguin anak saya yg sekolah di mi darul ulum disamping masjid situ .batrei hp saya pas mau habis karena sangat penting saya ngeces hp diserambi masjid ditegur sama pk satpam yg ngurusin masjid disitu yg orangnya gendut .dia bilang ke saya sembarangan ngeces hp .nyalahi aturan ini.padahal disitu ngk ada aturan atau larangan ngeces hp di masjid.dengan merunduk saya minta maaf berkali kali kalau saya salah dia masih ngomel trus kesaya. Trus saya pindah tempat Deket dengan bapak yg juga nungguin putranya yg sekolah di mi darul ulum. saya ditanya mas mau pk e ngomong opo .saya ditegur katanya nyalahi aturan. ngk boleh buat ngeces hp.
Jawab bapaknya gak usah dilebokni ati mas.sebenarya masjid ini buat masyarakat kalau masyarakat disini ada yg butuh keperluan ngeces hp mbok ya o biarkan .sambil menolong musafir yg jauh buat keperluan sholat maupun istirahat.
masukan buat takmir masjid kuno supaya pk satpam atau Marbut disitu dikasih wejangan biar tau...
Read moreMasjid tua di madiun ini menyimpan banyak sejarah. Bangunan masjid yang masih mempertaankan ciri khasnya ini dengan dominas kayu menambah kesan clasik yang sering dibuat berfoto oleh para pendatang SEJARAH : Masjid ini dibangun oleh Kiai Ageng Misbach atau Kiai Donopuro tahun 1754. Masjid yang semula bernama Masjid Donopuro ini didirikan di tanah perdikan (daerah bebas pajak) Kerajaan Mataram. Wilayah ini diberikan kepada Kanjeng Pangeran Rangga Prawirodirjo I yang saat itu menjabat bupati wedana timur (Manca Negari Timur), Kerajaan Mataram di sebelah timur Gunung Lawu. Selanjutnya, tanah perdikan itu diserahkan kepada Kanjeng Raden Ngabehi Kiai Ageng Misbach yang saat itu menjadi penasihat Kanjeng Pengeran Rangga Prawirodirjo I.
Melalui masjid ini, syiar agama Islam di wilayah Karesidenan Madiun terjadi.
Setelah masjid kuno yang dikelilingi makam para mantan bupati Madiun ini masuk dalam daftar peninggalan cagar budaya tahun 1981, maka namanya pun diganti menjadi Masjid Besar...
Read more