HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli — Attraction in Mesjid Raya

Name
Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli
Description
Nearby attractions
Nearby restaurants
Nearby hotels
Related posts
Keywords
Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli tourism.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli hotels.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli bed and breakfast. flights to Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli attractions.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli restaurants.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli travel.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli travel guide.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli travel blog.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli pictures.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli photos.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli travel tips.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli maps.Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli things to do.
Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli
IndonesiaAcehMesjid RayaBenteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli

Basic Info

Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli

JFMC+HGR, Krueng Raya, Baet, Kec. Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Indonesia
4.4(175)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Outdoor
Scenic
Family friendly
Off the beaten path
attractions: , restaurants:
logoLearn more insights from Wanderboat AI.

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Mesjid Raya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Mesjid Raya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Mesjid Raya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Posts

Shofa HShofa H
Salah satu saksi bisu masa keemasan kerajaan Hindu di Aceh adalah Benteng Indra Patra yang terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng Indra Patra terdiri dari sebuah benteng utama berukuran 4900 meter persegi dan tiga benteng lain yang dua diantaranya telah hancur. Situs arkeologi ini didirikan sekitar tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya yang berkuasa di India, yang melarikan diri dari kejaran Bangsa Huna. Keberadaan benteng ini menjadi peninggalan sejarah mengenai proses masuknya pengaruh Hindu dari India ke Aceh. Diperkirakan pada saat itu, Kerajaan Hindu, Lamuri, mulai berkembang di daerah Pesisir Utara Aceh Besar. Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa. Pakar arkeologi Repelita Wahyu Oetomo, dari Balai Arkeologi Medan, dalam makalahnya yang berjudul 'Lamuri Telah Islam Sebelum Pasai' mengungkapkan, secara arsitektur, beberapa bagian benteng memang masih memiliki motif bangunan berciri Pra-Islam. Hal ini terlihat antara lain pada dua sumur di area benteng utama yang berbentuk menyerupai stupa. Dalam aspek fungsionalitas, benteng ini mengalami perkembangan sehingga masih dipergunakan hingga masa Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh. Semasa Kesultanan Aceh, benteng ini berperan besar sebagai salah satu garis pertahanan dalam menghadapi Portugis. Benteng ini direbut dari Portugis oleh Darmawangsa Tun Pangkat (Iskandar Muda). Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) benteng ini, bersama Benteng Inong Balee, Benteng Kuta Lubok dan beberapa benteng lainnya menjadi pusat pertahanan Aceh terutama dalam menghadang serangan dari arah laut. Posisi benteng yang berhadapan dengan Benteng Inong Balee di seberang timur Teluk Krueng Raya berperan strategis dalam mencegah armada Portugis memasuki Aceh melalui teluk ini. Salah satu keunikan yang dimiliki benteng ini terletak pada susunan konstruksinya yang kokoh. Kekokohan benteng ini terbentuk oleh struktur penyusunnya yang terbuat dari bongkahan batu gunung yang saling merekat kuat satu sama lain. Rahasianya terletak pada adonan yang merekatkan bongkahan-bongkahan batu gunung tersebut. Adonan tersebut dibuat dari campuran kapur, tumbukan kulit kerang, tanah liat dan putih telur. Penggunaan putih telur sebagai perekat bangunan seperti ini juga dapat kita temukan di beberapa bangunan kuno lain di Nusantara seperti Candi Borobudur dan Prambanan.
Widi NstWidi Nst
Gw ke sini pas weekdays, naik kendaraan pribadi dari Banda Aceh, kira-kira 30–40 menit lah. Nyampe sana sekitar jam 3 sore, padahal infonya sih buka sampe jam 5... tapi guess what? Sepi. Banget. Afa beberapa orang yg lagi mancing soang deket pantainya. Bahkan kantor penjaganya kosong kayak ditinggal pindahan. Untung banget gw sempet baca-baca brosur (dapet dari abang2 di Rumah Cut Nyak Dhien), jadi masih ngerti sedikit lah tentang situs ini. Akses jalannya yahh... no sugarcoating deh: parah sih. Dari jalan raya ke dalem, jalannya masih berbatu banget, ga diaspal, ga dicor, paving block aja kagak. Jadi harus extra hati-hati, apalagi kalo bawa motor atau mobil ceper. Tapi pas udah nyampe... oke juga sih. Lokasinya pas di tepi pantai, jadi sekalian bisa duduk-duduk nyantai, denger ombak, angin sepoi-sepoi, chill vibes. Cuman ya... kondisinya agak nggak keurus, banyak pup sapi/kerbau berserakan (no joke), mungkin karena emang lahannya terbuka dan deket sama area penggembalaan. Gapapa sih, tapi kalo bisa dibersihin dikit mah bakal jauh lebih enak dan proper. Secara nilai sejarah, ini tempat keren banget. Ini benteng sisa kejayaan Kerajaan Lamuri — kerajaan Islam tertua di Aceh, yang dulu jadi pintu gerbang masuk Islam di nusantara. Bangunan bentengnya emang udah banyak yang runtuh, tapi masih keliatan jelas bentuk aslinya, dan suasananya tuh khas banget. Ada aura misterius dan tenang gitu. Sebenernya tempat ini punya potensi besar banget buat wisata sejarah, tapi sayangnya belum dimaksimalkan. Gw kasih 4 bintang karena vibes dan nilainya tinggi, tapi fasilitas & perawatan masih PR besar. Kalo lu ke sini, siapin air minum sendiri, jangan ekspektasi ada yang jualan atau ada tour guide standby ya. Tapi worth the experience aih buat lu yang suka sejarah, foto-foto tempat sepi, menikmati perjalanan, atau sekadar healing liat laut sambil mikirin hidup.
Syatria Adymas PranajayaSyatria Adymas Pranajaya
Benteng peninggalan sejarah Indra Patra merupakan bukti dari peradaban manusia zaman dulu yang harus dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat dan wajib difasilitasi pemerintah yang berwenang ahar tetap menjadi situs peradaban sekaligus pendidikan bagi generasi ke generasi. Benteng Indrapatra merupakan situs bersejarah peninggalan kerajaan Lamuri di abad ke VII Masehi. Benteng yang masih berdiri kokoh ini berada di Desa Ladong Kecamatan Masjid Raya. Berjarak kurang lebih19 kilometer atau sekitar 30 menit berkedara dari Kota Banda Aceh Benteng ini dibangun pada masa pra Islam oleh Kerajaan Hindu pertama di Aceh, yaitu kerajaan Lamuri. Letaknya persis di bibir pantai yang mengahadap ke laut Selat Malaka. Pada masa Sultan Iskandar Muda, benteng ini juga digunakan sebagai basis pertahanan dengan armada yang dipimpin oleh Laksamana Malahayati. Di Benteng Indrapatra, para pasukan Kesultanan Aceh kala itu menahan gempuran meriam Portugis yang ingin menguasai Aceh. Ada dua benteng yang masih berdiri kokoh hingga sekarang di situs sejarah ini. Benteng utama berukuran 70×70 meter dengan ketinggian 4 meter dan ketebalan sekitar 2 meter. Pada bagian lain juga terdapat lubang pengintai yang menghadap ke laut. Di dalam benteng terdapat dua bangunan yang berbentuk kubah, yang di dalamnya terdapat sumur. Menurut catatan, bahan bangunan yang berarsitektur kuno ini terdiri dari susunan batu gunung, kapur, tanah liat, kulit kerang dan telur. Hingga saat Benteng Indrapatra masih berdiri kokoh. Selain menyimpan nilai sejarah yang tinggi, benteng ini juga memiliki keindahan tersendiri di mana letaknya yang berada di pinggir pantai yang indah. Source: https://disbudpar.acehprov.go.id/benteng-indrapatra-2/
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Mesjid Raya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Salah satu saksi bisu masa keemasan kerajaan Hindu di Aceh adalah Benteng Indra Patra yang terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Benteng Indra Patra terdiri dari sebuah benteng utama berukuran 4900 meter persegi dan tiga benteng lain yang dua diantaranya telah hancur. Situs arkeologi ini didirikan sekitar tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya yang berkuasa di India, yang melarikan diri dari kejaran Bangsa Huna. Keberadaan benteng ini menjadi peninggalan sejarah mengenai proses masuknya pengaruh Hindu dari India ke Aceh. Diperkirakan pada saat itu, Kerajaan Hindu, Lamuri, mulai berkembang di daerah Pesisir Utara Aceh Besar. Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa. Pakar arkeologi Repelita Wahyu Oetomo, dari Balai Arkeologi Medan, dalam makalahnya yang berjudul 'Lamuri Telah Islam Sebelum Pasai' mengungkapkan, secara arsitektur, beberapa bagian benteng memang masih memiliki motif bangunan berciri Pra-Islam. Hal ini terlihat antara lain pada dua sumur di area benteng utama yang berbentuk menyerupai stupa. Dalam aspek fungsionalitas, benteng ini mengalami perkembangan sehingga masih dipergunakan hingga masa Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh. Semasa Kesultanan Aceh, benteng ini berperan besar sebagai salah satu garis pertahanan dalam menghadapi Portugis. Benteng ini direbut dari Portugis oleh Darmawangsa Tun Pangkat (Iskandar Muda). Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) benteng ini, bersama Benteng Inong Balee, Benteng Kuta Lubok dan beberapa benteng lainnya menjadi pusat pertahanan Aceh terutama dalam menghadang serangan dari arah laut. Posisi benteng yang berhadapan dengan Benteng Inong Balee di seberang timur Teluk Krueng Raya berperan strategis dalam mencegah armada Portugis memasuki Aceh melalui teluk ini. Salah satu keunikan yang dimiliki benteng ini terletak pada susunan konstruksinya yang kokoh. Kekokohan benteng ini terbentuk oleh struktur penyusunnya yang terbuat dari bongkahan batu gunung yang saling merekat kuat satu sama lain. Rahasianya terletak pada adonan yang merekatkan bongkahan-bongkahan batu gunung tersebut. Adonan tersebut dibuat dari campuran kapur, tumbukan kulit kerang, tanah liat dan putih telur. Penggunaan putih telur sebagai perekat bangunan seperti ini juga dapat kita temukan di beberapa bangunan kuno lain di Nusantara seperti Candi Borobudur dan Prambanan.
Shofa H

Shofa H

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Mesjid Raya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Gw ke sini pas weekdays, naik kendaraan pribadi dari Banda Aceh, kira-kira 30–40 menit lah. Nyampe sana sekitar jam 3 sore, padahal infonya sih buka sampe jam 5... tapi guess what? Sepi. Banget. Afa beberapa orang yg lagi mancing soang deket pantainya. Bahkan kantor penjaganya kosong kayak ditinggal pindahan. Untung banget gw sempet baca-baca brosur (dapet dari abang2 di Rumah Cut Nyak Dhien), jadi masih ngerti sedikit lah tentang situs ini. Akses jalannya yahh... no sugarcoating deh: parah sih. Dari jalan raya ke dalem, jalannya masih berbatu banget, ga diaspal, ga dicor, paving block aja kagak. Jadi harus extra hati-hati, apalagi kalo bawa motor atau mobil ceper. Tapi pas udah nyampe... oke juga sih. Lokasinya pas di tepi pantai, jadi sekalian bisa duduk-duduk nyantai, denger ombak, angin sepoi-sepoi, chill vibes. Cuman ya... kondisinya agak nggak keurus, banyak pup sapi/kerbau berserakan (no joke), mungkin karena emang lahannya terbuka dan deket sama area penggembalaan. Gapapa sih, tapi kalo bisa dibersihin dikit mah bakal jauh lebih enak dan proper. Secara nilai sejarah, ini tempat keren banget. Ini benteng sisa kejayaan Kerajaan Lamuri — kerajaan Islam tertua di Aceh, yang dulu jadi pintu gerbang masuk Islam di nusantara. Bangunan bentengnya emang udah banyak yang runtuh, tapi masih keliatan jelas bentuk aslinya, dan suasananya tuh khas banget. Ada aura misterius dan tenang gitu. Sebenernya tempat ini punya potensi besar banget buat wisata sejarah, tapi sayangnya belum dimaksimalkan. Gw kasih 4 bintang karena vibes dan nilainya tinggi, tapi fasilitas & perawatan masih PR besar. Kalo lu ke sini, siapin air minum sendiri, jangan ekspektasi ada yang jualan atau ada tour guide standby ya. Tapi worth the experience aih buat lu yang suka sejarah, foto-foto tempat sepi, menikmati perjalanan, atau sekadar healing liat laut sambil mikirin hidup.
Widi Nst

Widi Nst

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Mesjid Raya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Benteng peninggalan sejarah Indra Patra merupakan bukti dari peradaban manusia zaman dulu yang harus dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat dan wajib difasilitasi pemerintah yang berwenang ahar tetap menjadi situs peradaban sekaligus pendidikan bagi generasi ke generasi. Benteng Indrapatra merupakan situs bersejarah peninggalan kerajaan Lamuri di abad ke VII Masehi. Benteng yang masih berdiri kokoh ini berada di Desa Ladong Kecamatan Masjid Raya. Berjarak kurang lebih19 kilometer atau sekitar 30 menit berkedara dari Kota Banda Aceh Benteng ini dibangun pada masa pra Islam oleh Kerajaan Hindu pertama di Aceh, yaitu kerajaan Lamuri. Letaknya persis di bibir pantai yang mengahadap ke laut Selat Malaka. Pada masa Sultan Iskandar Muda, benteng ini juga digunakan sebagai basis pertahanan dengan armada yang dipimpin oleh Laksamana Malahayati. Di Benteng Indrapatra, para pasukan Kesultanan Aceh kala itu menahan gempuran meriam Portugis yang ingin menguasai Aceh. Ada dua benteng yang masih berdiri kokoh hingga sekarang di situs sejarah ini. Benteng utama berukuran 70×70 meter dengan ketinggian 4 meter dan ketebalan sekitar 2 meter. Pada bagian lain juga terdapat lubang pengintai yang menghadap ke laut. Di dalam benteng terdapat dua bangunan yang berbentuk kubah, yang di dalamnya terdapat sumur. Menurut catatan, bahan bangunan yang berarsitektur kuno ini terdiri dari susunan batu gunung, kapur, tanah liat, kulit kerang dan telur. Hingga saat Benteng Indrapatra masih berdiri kokoh. Selain menyimpan nilai sejarah yang tinggi, benteng ini juga memiliki keindahan tersendiri di mana letaknya yang berada di pinggir pantai yang indah. Source: https://disbudpar.acehprov.go.id/benteng-indrapatra-2/
Syatria Adymas Pranajaya

Syatria Adymas Pranajaya

See more posts
See more posts

Reviews of Benteng Kerajaan Aceh Lamuri - Indrapatra kampung ladong pungli

4.4
(175)
avatar
5.0
7y

Salah satu saksi bisu masa keemasan kerajaan Hindu di Aceh adalah Benteng Indra Patra yang terletak di Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Benteng Indra Patra terdiri dari sebuah benteng utama berukuran 4900 meter persegi dan tiga benteng lain yang dua diantaranya telah hancur. Situs arkeologi ini didirikan sekitar tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya yang berkuasa di India, yang melarikan diri dari kejaran Bangsa Huna. Keberadaan benteng ini menjadi peninggalan sejarah mengenai proses masuknya pengaruh Hindu dari India ke Aceh. Diperkirakan pada saat itu, Kerajaan Hindu, Lamuri, mulai berkembang di daerah Pesisir Utara Aceh Besar. Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa.

Pakar arkeologi Repelita Wahyu Oetomo, dari Balai Arkeologi Medan, dalam makalahnya yang berjudul 'Lamuri Telah Islam Sebelum Pasai' mengungkapkan, secara arsitektur, beberapa bagian benteng memang masih memiliki motif bangunan berciri Pra-Islam. Hal ini terlihat antara lain pada dua sumur di area benteng utama yang berbentuk menyerupai stupa. Dalam aspek fungsionalitas, benteng ini mengalami perkembangan sehingga masih dipergunakan hingga masa Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh.

Semasa Kesultanan Aceh, benteng ini berperan besar sebagai salah satu garis pertahanan dalam menghadapi Portugis. Benteng ini direbut dari Portugis oleh Darmawangsa Tun Pangkat (Iskandar Muda). Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) benteng ini, bersama Benteng Inong Balee, Benteng Kuta Lubok dan beberapa benteng lainnya menjadi pusat pertahanan Aceh terutama dalam menghadang serangan dari arah laut. Posisi benteng yang berhadapan dengan Benteng Inong Balee di seberang timur Teluk Krueng Raya berperan strategis dalam mencegah armada Portugis memasuki Aceh melalui teluk ini.

Salah satu keunikan yang dimiliki benteng ini terletak pada susunan konstruksinya yang kokoh. Kekokohan benteng ini terbentuk oleh struktur penyusunnya yang terbuat dari bongkahan batu gunung yang saling merekat kuat satu sama lain. Rahasianya terletak pada adonan yang merekatkan bongkahan-bongkahan batu gunung tersebut.

Adonan tersebut dibuat dari campuran kapur, tumbukan kulit kerang, tanah liat dan putih telur. Penggunaan putih telur sebagai perekat bangunan seperti ini juga dapat kita temukan di beberapa bangunan kuno lain di Nusantara seperti Candi Borobudur...

   Read more
avatar
5.0
1y

Located around 20km north of Banda Aceh, the site of Indra Patra Fortress contains several structures. The oldest of the structures date to the 7th century and were built by the Hindu Lamuri Kingdom. The second, larger fortress measures 70 x 70 meters, and was built in the early 17th-century during the reign of Iskandar Muda, the sultan of Acèh Darussalam. The second fortification served to protect Banda Aceh from the expanding Portuguese Empire. The walls of the forts are made out of limestone, and testing has shown that they contain high levels of calcium. A third fort is also present at the site, but is...

   Read more
avatar
4.0
18w

Gw ke sini pas weekdays, naik kendaraan pribadi dari Banda Aceh, kira-kira 30–40 menit lah. Nyampe sana sekitar jam 3 sore, padahal infonya sih buka sampe jam 5... tapi guess what? Sepi. Banget. Afa beberapa orang yg lagi mancing soang deket pantainya. Bahkan kantor penjaganya kosong kayak ditinggal pindahan. Untung banget gw sempet baca-baca brosur (dapet dari abang2 di Rumah Cut Nyak Dhien), jadi masih ngerti sedikit lah tentang situs ini. Akses jalannya yahh... no sugarcoating deh: parah sih. Dari jalan raya ke dalem, jalannya masih berbatu banget, ga diaspal, ga dicor, paving block aja kagak. Jadi harus extra hati-hati, apalagi kalo bawa motor atau mobil ceper. Tapi pas udah nyampe... oke juga sih. Lokasinya pas di tepi pantai, jadi sekalian bisa duduk-duduk nyantai, denger ombak, angin sepoi-sepoi, chill vibes. Cuman ya... kondisinya agak nggak keurus, banyak pup sapi/kerbau berserakan (no joke), mungkin karena emang lahannya terbuka dan deket sama area penggembalaan. Gapapa sih, tapi kalo bisa dibersihin dikit mah bakal jauh lebih enak dan proper. Secara nilai sejarah, ini tempat keren banget. Ini benteng sisa kejayaan Kerajaan Lamuri — kerajaan Islam tertua di Aceh, yang dulu jadi pintu gerbang masuk Islam di nusantara. Bangunan bentengnya emang udah banyak yang runtuh, tapi masih keliatan jelas bentuk aslinya, dan suasananya tuh khas banget. Ada aura misterius dan tenang gitu. Sebenernya tempat ini punya potensi besar banget buat wisata sejarah, tapi sayangnya belum dimaksimalkan. Gw kasih 4 bintang karena vibes dan nilainya tinggi, tapi fasilitas & perawatan masih PR besar. Kalo lu ke sini, siapin air minum sendiri, jangan ekspektasi ada yang jualan atau ada tour guide standby ya. Tapi worth the experience aih buat lu yang suka sejarah, foto-foto tempat sepi, menikmati perjalanan, atau sekadar healing liat laut sambil...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next