Musuem Perang Dunia Kedua dan Musuem Trikora
Banyak Sejarah yang menarik dan bisa kita lihat langsung begitu tiba di Morotai. Jejak bekas peningalan mulai dari Pakaian, Peralatan Tempur, Tang, Kapal dan Peralatan Penting Lainnya semasa perang dunia kedua bisa kita lihat di Museum Perang Dunia kedua dan Museum Trikora yang dibangun di kota Daruba yakni Ibu Kota Kabupaten Morotai.
Lokasi Museum Perang Dunia ke dua Dan Museum Trikora
Saat pertama kali saya menginjakan kaki di pulau Morotai, destinasi yang sangat ingin saya kunjungi adalah Museum Perang Dunia ke Dua dan Museum Trikora. Museum ini berada ditepi pantai atau tepatnya di Desa Wawama, Kecamatan Morotai Selatan atau berjarak sekitar 2 kilometer dari pusat Kota Daruba, Ibu Kota Kabupaten Morotai.
Museum ini diresmikan oleh Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2012 silam. Pembangunan museum ini dilandasi oleh pentingnya mengumpulkan sisa perang dunia dan catatan sejarah Perjuangan Bangsa di papua dalam sebuah tempat yang bisa dilihat dan dikenang oleh siapapun.
Perbedaan Musuem Perang Dunia Kedua dan Musuem Trikora
Awal saya tiba di Musuem ini memang sedikit agak kaget karena ada 2 buah museum yang berdekatan namun bentuk bangunanya sama dan disatu lokasi. Setelah diberi tahu oleh petugas jika museum yang ada pada sisi sebelah kiri adalah Musuem Perang Dunia kedua dimana semua hal yang terkait perang dunia kedua antara Sekutu Amerika dengan Jepang diletakan disini.
Sementara disebelah sisi satunya adalah Museum Trikora dimana museum ini merupakan tempat peninggalan dan catatan sejarah perjuangan tentara Indonesia dalam peristiwa pembebasan Irian Barat atau dikenang dalam operasi Trikora. Dari pulau yang indah ini, tentara Indonesia membangun basis kekuatan untuk membebaskan Irian Barat yang saat itu berada di tangan penjajah.
Trikora sendiri merupakan kepanjangan dari Tri Komando Rakyat. Semangatnya mulai berkobar setelah Sukarno pada tanggal 19 Desember 1961 mengumumkanya di Alun-alun Yogyakarta dalam rangka membebaskan Irian Barat atau yang saat ini dikenal dengan nama Papua Barat dari tangan Belanda.
Sejarah Jendral Douglas Mac Arthur dan Nakamura Pada Perang Dunia Kedua
Bangunan megah dan unik dimuseum ini berisi banyak sekali potret dan cerita pada masa pertempuran perang Dunia kedua. Musuem ini Tak hanya menceritakan bagaimana awal mula Tentara Amerika maupun Jepang mendirikan markasnya dipulau Morotai saja tetapi semua sejarah pilu hingga artefak yang masih tersisa menjadi saksi bisu dahsyatnya pertempuran tersebut.
Ada sebuah patung seorang panglima perang asal Amerika Serikat bernama Jenderal Douglas Mac Arthur dan Patung Nakamura. Jika saya baca sejarahny mulai dari Mac Atrthur hingga Teruo Nakamura ada kesan sedih dan haru yang terbungkus dalam sebuah kekaguman.
Tepat diatanta kedua museum terdapat sebuah Patung Trikora yang menggambarkan semangat juang bangsa merebut Irian Barat yang pada saat itu masih berada ditangan Belanda. Karna Area museum ini bisa dibilang cukup luas dan bagus terlebih lokasinya yang tepat berada ditepi Pantai menjadikan musuem ini semakin menarik untuk dikunjungi.
Seperti disebutkan sebelumnya, nama pulau itu adalah Zum Zum. Karena kisah Douglas Mac Arthur yang lebih familiar, pulau ini memiliki nama lain yaitu Pulau MacArthur. Sebagian besar pengunjung datang ke sini untuk mengambil beberapa gambar di depan patung tersebut. Ada sumur tua di dekat patung ini. Hal ini memungkinkan wisatawan untuk menikmati air tawar selama hari yang panas. Jika mereka pergi ke tepi pantai Zum Zum, mereka bisa menemukan helipad tua. Terletak di dekat air laut.
Patung Douglas Mac Arthur memiliki tinggi 20 meter. Ada juga pesan yang dibuat di atasnya. Dikatakan "I Shall Return". Jadi, apakah ini semua tentang patung ini? Pulau Zum Zum menawarkan tempat menarik lainnya...
Read moreThe museum appears to have experienced a decline over the past decade, particularly when compared to its more prosperous period approximately ten years ago. One of the primary challenges is the lack of multilingual accessibility, as all the informational material is exclusively in Indonesian, which is a barrier to international visitors and scholars.
Furthermore, the museum’s collection seems to have strayed from its original focus on World War II, with an increasing number of exhibits featuring Indonesian weapons from the 1960s and 1970s, which have little to no connection to the Second World War. The latter sections of the museum appear to function more as a platform for promoting early Indonesian government, rather than preserving the historical integrity of the exhibits.
There are also concerns regarding the disappearance or removal of several historical artifacts, which may indicate a lack of proper preservation or security measures. Despite these issues, the museum staff remains friendly and welcoming. However, inconsistencies in the opening hours—never extending beyond 6 p.m.—can lead to visitor dissatisfaction and...
Read moreThis museum was not only for Trikora commemorizing, but also for the return back of General Mc Arthur to defeated Japan who ruled Morotai Island that used for Alliance Pacific Head Quarter. The museum had two building with WW II historical artefacts and remnants, the right hand side and left hand side building had entery point dan the other was the exit point in each of the building. In front of the museum yard (near the parking area) they displayed amphibi, personel armoured vehicle, and tank. The liberation statue errected between the two musseum buildings. The location of this musseum was near the airporr and on the bank of...
Read more