Bawomataluo Akan Masuk Warisan Dunia, Menko PMK: Semoga Dalam Waktu Yang Tidak Lama
NIAS SELATAN β Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah terus berupaya agar Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Nias Selatan, menjadi world heritage (warisan dunia) UNESCO. Untuk itu, seluruh masyarakat hingga pemerintah daerah diharapkan dapat menjaga dan melestarikan keberadaan desa adat tersebut.
Diketahui, pada tahun 2017, Desa Bawomataluo telah mendapat predikat Cagar Budaya Nasional. Menurut Menko Muhadjir Effendy, selain nasional, predikat warisan dunia UNESCO juga bisa didapatkan.
"Sekarang masih kita upayakan (untuk warisan dunia UNESCO) termasuk wayang kulit, pencak silat, ini sudah ngantre termasuk Desa Bawonataluo, semoga dalam waktu tidak lama, " kata Menko, saat bertemu dengan masyarakat Desa Bawomataluo, Kamis (18/3).
Dengan begitu, menurut Muhadjir, Desa Bawomataluo akan lebih dikenal oleh masyarakat dunia dengan predikat UNESCO tersebut. "Kewajiban Pemda dan tokoh adat, serta kepala desa, adalah harus bertanggung jawab melestarikan keberadaan rumah adat ini, " ujarnya.
Tidak hanya masyarakat, menurutnya, pemerintah juga memiliki peran dalam revitalisasi. Karena itu, kepala daerah disarankan mengajukan proposal untuk revitalisasi rumah adat kepada Pemerintah Pusat.
"Inilah kekayaan yang tidak ternilai harganya dari kebudayaan Nias Selatan, ini tanggung jawab kita bersama melestarikannya," kata Muhadjir.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumatera Utara (Sumut) R Sabrina mendukung Desa Bawomataluo menjadi world heritage UNESCO. Menurutnya, hal tersebut akan mendatangkan wisatawan mancanegara ke Sumut, khususnya Kepulauan Nias.
βDengan begitu, diharapkan dapat menambah penghasilan asli daerah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kepulauan Nias, " kata Sabrina.
Hal senada juga disampaikan Bupati Nias Selatan Hilarius Duha. Menurutnya, jika Desa Bawomataluo menjadi salah satu warisan dunia, maka akan berdampak besar terhadap daerahnya, termasuk pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat setempat. βUntuk itu, revitalisasi Desa Bawomataluo agar menjadi perhatian Pemerintah Pusat,β ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Menko PMK Muhadjir didampingi Sekdaprov Sabrina juga melihat hombo (lompat) batu. Menko beserta rombongan juga takjub melihat tradisi tersebut yang masih terjaga...
Β Β Β Read moreThe village itself is nice and somewhat interesting. But overall, it feels like a scam. They charge various intransparent fees (parking, entrance). When entering the village, people (Franz in our case) will pretend to help you, but in fact, force a pretty useless, non-informative tour on you, including a stop in the souvenir shop (and charge a random, ridiculously high fee afterwards). Similarly, some random amount is charged for the stone jumping. The latter would be OK, if it was somewhat transparent that the money actually helps the people in the village and not...
Β Β Β Read moreNias also has a tradition known as "Fahombo o Hombo" or Traditional of Jumping Stone (Lompat Batu). Since the age of 10, a boy n Nias island is ready to take turn doing "Fahombo" Jump Stone for more than 2 meters high. If they can do it, they will be considered as an adult who can join military and get married. This even (Stone Jumping) can be seen in Bawo Mataluo or Bawomataluo Village, South...
Β Β Β Read more