Ketinggian tanah di Kota Pontianak berkisar 0,1 - 1,5 mdpl, sedangkan struktur tanahnya berupa lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut.
Namun, banyak yang tidak mengetahui bahwa Kota Pontianak mempunyai sebuah dataran tinggi menyerupai gundukan bukit yang dikenal dengan Bukit Rel / Bukit Reel dengan ketinggian ± 40 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Bukit Rel terletak di Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, tepatnya di Jalan Panca Bakti. Jarak tempuh menuju bukit dari jalan utama ± 3km atau sekitar 15 menit. Patokan dari Bundaran Untan (Jl. Ahmad Yani) menuju kawasan Bukit Rel berjarak 16 km atau ± 45 menit menggunakan kendaraan roda dua.
Asal usul penamaan Bukit Rel karena masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini terdapat sebuah jalur rel untuk mengangkut tanah dari bukit yang telah dikeruk guna pembangunan kota. Pada saat itu masih terdapat 2 buah bukit lebih besar berdiri di tanah Pontianak, namun selalu dikeruk menyisakan 1 bukit lebih kecil dari ukuran aslinya akibat dikeruk. Hingga saat ini masih bisa dijumpai bekas jalur rel, pemecah batu, dan kerukan bekas penggalian tanah.
Memasuki kawasan Bukit Rel, atmosfer alam dengan khas perbukitan sangat terasa ditambah terdapat danau kecil, mengingat Pontianak dikenal dengan cuaca panasnya (red: panas bedengkang). Oleh masyarakat, kawasan ini juga dijadikan salah satu jalur sepeda gunung yang belum lama dieksplorasi oleh komunitas sepeda lokal.
Selain itu, di puncak Bukit Rel terdapat pantak Dayak yang dikenal dengan nama Pantak Binua Bukit Rel (satu darah dayak se-Kalbar) dalam pengawasan Dewan Adat Dayak (DAD) Kota Pontianak. Setiap menjelang perayaan Pekan Gawai Dayak di Kota Pontianak, tepatnya sebelum melakukan ritual adat Ngampar Bide’ di Rumah Panjang, tetua adat melakukan ritual Matik (meminta izin kepada leluhur) dulu di Bukit Rel.
#misterpangalayo #bukitrelpontianak #bukitrel #pantakdayak #dayakpontianak Sumber : FB...
Read moreSejarah perkembangan nama bukit rel ini menjadi unik, sebab tempat bekas rel pengangkut batu dan adanya reruntuhan bangunan bekas pemecah batu pada zaman belanda. Kawasan yang masih asri beserta hutan lindungnya menjadi ciri khas tersendiri di bukit rel. Penduduk yang tinggal di sekitaran bukit rel berasal dari berbagai suku seperti Dayak, Melayu, Cina, maupun Flores, kekentaan adat budaya masih terjaga di sini dibuktikan dengan adanya Pantak yang dijadikan tempat ritual adat dayak. Untuk menaiki puncak bukit tempat pantak berada tidak boleh mengenakan alas kaki. Secara umum msyarakat disekitaran bukit rel mengalami perekonomian yang cenderung rendah, oleh karenanya agar tercapai kebutuhan hidupnya mereka harus melakukan pekerjaann sampingan seperti berkebun dan berternak sebagai penambah konsumsi rumah tangga. Masyrakat bukit rel adalah msyarakat yang ramah dan dari observasi berjumlah 239 orang anggota keluarga dari 60 orang kepala keluarga, untuk yang menerima bantuan dari pemerintah dari 60 Kepala keluarga yang terdaftar saat hasil observasi hanya 36 orang saja yang menerimanya dan bantuan yang diterima tidak rutin. Sebagian besar masyarakat tamatan SD dan untuk anak” yang berusia diatas 10 tahun masih melanjutkan jenjang pendidikanya, namun semnagat yang diberikan oleh orang juga tergambar positif karna mendukung pendidikan anak-anaknya. Sebanyak 111 masyarakat sekitar bukit rel ada yang sebagian memiliki jaminan kesehatan menunjukan mereka juga perduli dengan kesehatannya. Melihat kemajuan teknologi yang sudah berkembang tidak membuat msarakat disekitaran bukit rel merasa tertinggal sebanyak 159 masyarakat menggunakan handpone dan internet namun perlunya pemanfaatan lebih dalam agar penggunakan internet untuk media promosi di bukit rel dapat dilakukan...
Read moreDisekitaran bukit rel terdiri dari berbagai suku seperti melayu, dayak, madura, flores dan cina. Namun mayoritas disekitar bukit rel yaitu masyarakat RT 05/RW 14 adalah suku Dayak. Ketika memasuki Jl. Panca Bakti dapat dilihat bahwa masyarakatnya yang masih padat dan rumahnya juga berdekatan berbeda. ketika sudah mendekati Bukit Rel yang mana rumah masyarakat sudah mulai berjarak. Kondisi perekonomian keluarga disekitaran bukit rel memiliki penghasilan cukup rendah oleh karenanya ada sebagian masyarakat yang mendapat bantuan pangan dari pemerintah. Adapun dari 60 kepala keluarga yang mendapat bantuan di sekitaran bukit rell hanya berjumlah 36 orang saja dan bantuan yang diterima tidak rutin. Berdasakan observasi di bukit rel menunjukan tingkat pendidikan masih tergolong rendah hal ini dibuktikan dari mayoritas kepala keluarga yang tamat SD, sedangkan untuk anggota keluarga yang berumur 10 tahun ke atas masih menduduki bangku sekolah dasar. Untuk Jaminan Kesehatan yang dimiliki oleh sebagian masyarakat di sekitaran bukit rell terdiri dari 5 jenis jaminan kesehatan. Sebanyak 159 anggota keluarga mengunakan handpone dan internet untuk keperluan mereka seperti media sosial, media pembelajaran, mengakses informasi serta hiburan. Namun dari hasil survei pada 60 keluarga yang disekitar bukit rel ini sejumlah 18 0rang yang menggunakan kan komputer/laptop. Masyarakat bukit rel yang berjumlah 239 orang dari 60 keluarga hanya 15% yang menerima jasa bantuan dari pemerintah berupa bantuan pangan. Sedangkan sebanyak 85% masyarakat tidak menerima bantuan pangan maupun bantuan uang dll. sehingga dengan ini penyaluran bantuan pangan di masyarakat sekitaran bukit rel terutama pada 60 keluarga tersebut...
Read more