Foto udara kawasan Masjid Ats-Tsauroh Kota Serang, Senin (17/9).
DKM Masjid Ats-Tsauroh Galang Dana Renovasi Genting
Di tengah rencana pembangunan Masjid Agung Kota Serang di Alun-alun Barat, ternyata DKM Masjid Agung Ats-Tsauroh di Pegantungan, Kota Serang, sedang menggalang dana untuk biaya renovasi total genting masjid. Humas DKM Masjid Agung Ats-Tsauroh Roni Chaeroni mengungkapkan, penghitungan ahli konstruksi memerlukan 33 ribu genting. Harga per genting Rp22 ribu. Total anggaran genting berikut nok genting dan jasa pemasangan Rp957 juta. Hasil penggalangan dana, hingga Jumat (14/9) baru terkumpul Rp128 juta. Yaitu Rp100 juta dari pegawai Polda Banten dan sisanya Rp28 juta dari masyarakat yang terkumpul selama dua bulan. Polda Banten yang saat itu dipimpin Brigjen Pol Listyo Sigit Prabowo menyumbang Rp100 juta, kata Roni, karena merekalah yang menginisiasi perbaikan genting masjid. Usai menggelar bakti sosial membersihkan lingkungan masjid dalam rangka peringatan HUT ke-72 Bhayangkara pada Juli lalu, mereka mengetahui kondisi genting masjid sudah perlu diganti. Setelah inisiasi itu disampaikan dan disambut oleh tokoh masyarakat, antara lain Embay Mulya Syarief, Polda akhirnya menyumbang Rp100 juta. Karena bukan masjid milik pemerintah, lanjut Roni, Masjid Agung Ats-Tsauroh mandiri secara keuangan. Untuk biaya operasional masjid dan honor-honor, seperti honor petugas keamanan dan lainnya, totalnya sekitar Rp32 juta per bulan. “Honornya rata-rata di bawah Rp1 juta per orang,” ujarnya. Kata Roni, untuk honor diperoleh dari infak masyarakat. Namun, untuk biaya perawatan gedung masih kesulitan. “Perlu segera direnovasi mengingat masjid itu terakhir direnov sekira tahun 1990-an. Kalau hujan besar sebagian ada yang bocor,” ungkapnya. Dihubungi terpisah, tokoh masyarakat Embay Mulya Syarief tidak mempermasalahkan rencana pembangunan masjid di Alun-alun Kota Serang. Namun, karena jaraknya tidak jauh dengan Masjid Ats-Tsauroh, dirinya menyarankan Pemkot Serang agar memaksimalkan masjid yang ada. Ia menyarankan Pemkot Serang melakukan kajian yang matang sehingga pembangunan masjid tidak menimbulkan masalah di masa yang akan datang karena jaraknya berdekatan. “Kajiannya harus matang. Lokasinya harus dipikirkan matang-matang,” jelasnya. Kata Embay, rencana pembangunan masjid di Alun-alun pernah terjadi, sebelum terbentuk Kota Serang. Sekitar tahun 1966 di era kepemimpinan Bupati Serang Kolonel Tb Suwandi. Namun karena ada usulan dari para ulama, akhirnya Bupati memilih merenovasi Masjid Ats-Tsauroh, yang kemudian renovasi dilanjutkan oleh Bupati Serang Sampoerna. “Dulu waktu saya masih SMP. Akan dibangun Masjid Al-Jihad. Bupati mendengarkan masukan ulama, akhirnya tidak jadi,” ungkap Embay. Sebaiknya, kata Embay, Pemkot Serang melakukan perluasan lahan tanah di Masjid Agung Ats-Tsauroh. Bahkan di belakang masjid ada tanah wakaf untuk masjid yang saat ini ditempati penduduk. Tanah wakaf itu yang bisa dipergunakan untuk perluasan areal masjid. Diketahui, Pemkot Serang berencana membangun Masjid Agung Kota Serang di Alun-alun Barat. Walikota Serang Tb Haerul Jaman didampingi Wakil Walikota Serang Sulhi sudah melakukan peletakan batu pertama rencana pembangunan masjid, Kamis (13/9). Walikota Serang Tb Haerul Jaman mengatakan, pembangunan masjid berasal dari masukan para ulama dan masyarakat sejak 1960. Di pengujung masa jabatannya, Jaman melakukan peletakan batu pertama tanda rencana pembangunan. “Kenapa baru dibangun sekarang karena beberapa tahun ini, kami punya banyak agenda penting, mulai dari infrastruktur, gedung DPRD Kota Serang, serta RSUD Kota Serang,” urainya. Tahun depan, Pemkot berencana mengalokasikan anggaran Rp30 miliar untuk pembangunan tahap pertama masjid. Sedangkan total kebutuhan anggaran untuk pembangunan masjid itu diperkirakan mencapai...
Read moreThe Great Mosque of Ats-Tsauroh, formerly known as the Pegantungan Mosque, is one of the old mosques in Serang, Banten. This mosque was built during the era of the Regent of Pandeglang, Rd. Tumenggung Basudin Tjondronegoro (1870-1888). The name Ats-Tsauroh, which means struggle, was given to this mosque in 1974. The mosque was renovated several times until it became what it is today. Its characteristics are similar to the building tradition on the island of Java, namely the shape of a three-tiered pyramid roof and the shape of the room with an open...
Read moreDatang ke sini menjelang Magrib dan disambut hujan ringan, jadi aku gak sempat mengabadikan sekitar masjid yang baru direnovasi. Hanya bisa menikmati interior bagian dalam ruang masjid yang tampak bersih.
Keindahan ruang Masjid Ats-Tsauroh ini dibentuk oleh tiang penyangga yang membentuk kolom-kolom. Terdapat enam belas tiang, empat di antaranya merupakan tiang utama penyangga limasan tertinggi. Dalam tradisi Jawa, keempat tiang tersebut merupakan soko guru. Di seluruh pangkal tiang terdapat bentuk labu yang merupakan simbol kesuburan daerah Banten.
Tiang soko guru dengan tiang lainnya dibedakan dengan sabuk dari tembaga. Sabuk di tiang depan kiri bertuliskan “Doa merupakan tali ibadah”, sementara di tiang depan kanan bertuliskan “Sabar merupakan bagian dari iman”.
Di sabuk tiang belakang kiri terukir “Kebersihan merupakan bagian dari iman” dan di tiang belakang kanan tertoreh kalimat “Shalat merupakan bahagian dari iman”. Keseluruhan tulisan adalah arti huruf Arab yang digunakan.
Di bagian depan, mihrab dihiasi lukisan kaligrafi dan aksen geometris khas Islam dengan warna yang cenderung cerah. Di sisi mihrab terdapat mimbar dengan atap yang dipengaruhi gaya Cina.
Masjid juga dilengkapi menara yang baru dibangun pada renovasi tahun 1956. Bentuk menara heksagonal dengan tiga undakan tengah dan atap yang terdiri dari dua limasan dan memolo. Menara berfungsi sebagai tempat meletakkan pengeras suara untuk menyiarkan kumandang azan.
Setelah peristiwa G30 S PKI, Bupati Serang, Tb Suwandi merenovasi Masjid Agung Ats-Tsauroh dan diberi menara. Masjid ini kembali mengalami renovasi tahun 1990 dan 1994, kemudian diresmikan Gubernur Jawa...
Read more