Disappointing Experience – Overpriced for What It Offers
We visited Baluran National Park as part of our road trip across Java. Having been in Indonesia for the last 13 years and holding KITAS, we’re usually considered locals for entry fees. However, at Baluran, they charged us IDR 231,000 per person, completely disregarding our KITAS status. The local price is only IDR 21,000 – a massive and unfair difference.
We tried explaining our situation, but the staff said they don’t recognize KITAS holders as locals, which felt very unwelcoming and inconsistent with other national parks in Indonesia.
As for the park itself – frankly, it’s not worth the price. There’s very little to see inside. Apart from a few monkeys, there wasn’t much wildlife or scenic value. It felt empty and underwhelming.
We strongly advise against paying IDR 550,000 for the jeep safari – it’s simply not worth it. You can easily drive through the park in your own vehicle if you still decide to go.
Overall, Baluran was a waste of both time and money. Definitely not recommended unless the pricing policy and experience improve...
Read moreTaman Nasional Baluran di area ini mudah aksesnya, jika di bandingkan dengan sisi lain yang harus masuk alas Purwo terlebih dulu. Selain mobil pribadi, club gowes, sepeda motor, hingga rombongan bus bisa tertampung disini.
Lahan parkir luas, ada menara lebih dari 4 lantai untuk melihat lihat sekitar. Tiket masuk Rp.18.500, disediakan penyewaan mobil beserta sopir dengan harga Rp. 250.000 untuk 5-6 orang penumpang, kalau perlu guide (pemandu) akan dikenakan biaya tambahan. Selain mobil, untuk rombongan juga disiapkan truk untuk menampung banyak orang.
Di jalan kita bisa request berhenti dimana saja untuk berfoto, banyak kera liar yang hidup bebas disekitar. Kebanyakan dari mereka akan menunggu kita memberi makanan, meskipun sebenarnya ada larangan untuk tidak memberi makanan ke hewan, tapi tetep nggak tega kalau ada kera bawa baby-nya terus berdiri di samping mobil, raut mukanya berharap minta dikasih makanan. Yaaa, walhasil kita akhirnya berbagi makanan dengan mereka.
Perjalanan sekitar 15km, di perjalanan kita melewati Evergreen, hutan (yang katanya) nggak bisa kering. Kanan kiri sejuk bnget. Hamparan Savana juga membentang luas dimana-mana. Background gunung juga jadi pilihan orang-orang untuk berswafoto disana, terlihat banyak kendaraan berhenti dan orang-orang keluar dari kendaraan untuk mengabadikan momen.
Ada juga tempat pemakaman hewan (kata drivernya), disana ada tengkorak hewan yang dipajang berjejer. Selama perjalanan kami menjumpai monyet dengan berbagai macam jenis, kerbau, dan burung (burung paruh besar, tapi nggak tau namanya apa).
Di perjalanan kita juga lihat beberapa bangunan sedang dalam proses pembangunan, kalau nggak salah bakal ada kafe atau restoran disana.
Di ujung pemberhentian, kita diajak ke pantai yang ternyata sudah ramai orang. Tersedia mushola, toilet, dan tempat istirahat.
Setelah dirasa cukup, kita kembali dengan melalui jalur yang sama. Jalannya tidak cukup lebar, namun cukup untuk 2 mobil untuk sisipan. Kalau belum biasa kemungkinan kita akan berhenti dan mempersilahkan mobil lain untuk lewat dulu. Tapi bagi drivers disana, karena sudah tahu medan, jadi ya meskipun sisipan tetep bablas, aman.
Kembali ke area masuk pembelian tiket, ada 3 toilet yang disediakan dengan panorama pohon besar-besar dan monyet yang lalu lalang dengan bebas. Agak takut sebelumnya, kalau tiba-tiba monyet masuk kamar mandinya, tapi untungnya nggak sampai kejadian... Untuk mushola juga tersedia namun perlu jalan beberapa meter agak kebelakang.
Overall, pengalaman asik n unik, bisa direkomendasikan ke temen-temen n keluarga. Untuk antisipasi, kalau sampai sana siang, persiapan kacamata hitam, topi, dan sunblock...
Read moreVisiting Baluran National Park was an incredible experience, seeing the landscapes and wildlife in real life is breathtaking, and it truly reminds me how rich Indonesia is in natural beauty. However, as an Indonesian, I can’t help but feel disappointed at how much potential is being wasted. The park itself is amazing, but the way it’s maintained feels neglected and underdeveloped. Facilities are minimal, infrastructure is poor, and the overall management doesn’t do justice to a place of such value. Baluran could easily be one of the crown jewels of Indonesian tourism if only the government and responsible authorities invested more care, effort, and proper management into it. Instead, it feels abandoned, like we don’t take pride in what we have. It’s frustrating to see such a unique place presented in such a ‘ghetto’ way, when it deserves world-class preservation and...
Read more