Air Terjun Magelli Bismillah
Mendung menyelimuti kecamatan Balusu, kabupaten Barru, siang itu. Usai melaksanakan rapat pelaksanaan program kerja MTQ tingkat desa dan sholat dhuhur di masjid dusun Bulu Dua desa Balusu, delapan lekuk senyum masih tergambar indah di wajah-wajah penghuni posko desa Balusu. Sedangkan awan putih saat itu sedang menatap gambar kanvas superbesar milik Sang Maha di atasnya. Menatap pantulan mendung yang menari-nari di matanya, seolah mengatakan mereka hari itu tak boleh kemana-mana.
Tetapi delapan lekuk senyum tadi tiba-tiba saja melampaui batas antara rencana dan kepastian. Mereka segera naik ke mobil kecil awan putih dan menuju posko Desa Lampoko yang terletak di pinggir jalan poros. Tiga motor terparkir di depan posko. Pemilik delapan lekuk senyum tadi saling bertatapan satu sama lain dengan penuh harap. Sayangnya, Sang Maha belum berkehendak.
Mungkin memang rencanaNya yang terbaik. Para pemilik delapan lekuk senyum pun meluncur menuju posko lain, Kelurahan Takkalasi, sebuah posko yang terletak di ibukota kecamatan kami. Sesampainya di sana, ternyata teman kami yang seorang Malaysia menawarkan mobil pick up hijau milik kelurahan Takkalasi, sehingga kami yang bersembilan dan beberapa orang dari posko mereka yang ingin ikut bisa berangkat bersamaan.
Mendung dan tiupan angin yang menelisik para pemilik delapan lekuk senyum tadi tidak juga memudarkan satupun lekuknya. Beberapa lama kemudian, sampailah kami di posko desa Kamiri, desa tetangga dari lokasi desa kami. Pantulan mendung mata awan putih semakin menari-nari dan rintik hujan mulai membasahi rompi kami, namun delapan lekuk senyum tadi belum memudar dari wajah-wajah di samping awan putih.
Kami lalu menculik seorang teman dari posko desa Kamiri untuk menjadi penunjuk jalan. Untuk beberapa saat, jalanan ke tujuan kami aman-aman saja dan bahkan masih menikmati indahnya lukisan Sang Maha Pencipta di hadapan kami.
Tak lama kemudian, ketika kami mulai mendapati tanjakan menurun yang curam, delapan lekuk senyum tadi mulai memudar. Tanjakan menurun lalu berganti tanjakan naik yang semakin lama semakin terjal. Wajah-wajah di atas mobil pick up hijau itu menatap ngeri jalanan di belakangnya. Beberapa malah menutup mata. Awan putih hanya membisikkan permohonannya pada Sang Maha dengan penuh harap dan khawatir. Desing gas mobil semakin lama semakin keras. Ketika telah sampai di tanjakan yang sangat tinggi, mobil pick up hijau itu mulai kandas sebab jalanan aspal sudah berganti jalanan yang rusak dan berbatu-batu.
Seorang Malaysia teman kami yang menjadi sopir pun berbisik ngeri, "Teman-teman... bensinnya sudah mendekati E." Mungkin karena gas mobil sudah ditekan sampai full berkali-kali.
Kami yang di belakang mulai berteriak panik. Beberapa melontarkan penyesalannya. Beberapa lagi berharap kosong ada warga desa yang akan menemukan kami di situ, tapi di tengah hutan dan dekat jurang serta jalanan yang terjal dan rusak, rasanya mustahil, melihat tidak ada satupun rumah penduduk sepanjang perjalanan yang baru kami lewati.
Salah seorang dari pemilik delapan lekuk senyum tadi mulai merogoh HP di sakunya, dan masih menghela napas syukur mendapat sedikit sinyal dan menelepon koordinator kecamatan kami.
"Halo, Mail... Kita sedang di jalan ke air terjun Kamiri. Sudah di tanjakan paling tinggi tapi tiba-tiba bensin sudah mendekati E"---tuuut. Teleponnya terputus, sinyal hilang. Sekarang tak lagi ada lekuk senyum di wajah-wajah tadi.
Kami akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil pick up dan mendorong mobil bersama. Syukurlah ketika akhirnya mobil bisa berjalan lagi. Tetapi kami semua lebih memilih meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki melihat kengerian tanjakan yang semakin terjal dan berbatu.
Syukurlah ternyata tak lama setelah kami berjalan, di depan kami ada kios kecil dengan deretan jirigen berisi bensin. PertolonganNya masih menyertai kami...dan tak lama kemudian, akhirnya kami...
Read moreTempat ini masih butuh banyak sentuhan agar lebih baik. Tempat ini bagus dikunjungi kalau pergantian musim, namun berbahaya kalau musim hujan, karena bisa terjadi banjir. Belum ada fasilitas yang memadai disini. Tidak ada tempat berteduh, atau sekedar duduk duduk menikmati indahnya air terjun. Hanya ada batu besar yg biasa ditempati orang untuk bersantai. Bisa juga kalau mau berenang disini, namun harus hati hati, terutama kalau pertama kali kesini. Karena jalannya dari ujung jalan beton ke titik air terjun cukup menurun dan licin serta berbatu. Belum ada karcis masuk, biasanya hanya bayar parkir saja. Rp 5000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil. Namun kalau dari segi pemandangan, sangat indah. Karena air terjun ini cukup tinggi, dan ada dua tingkat. Yang paling atas paling tinggi, dan yg dibawah mungkin hanya sepertiganya saja...
Read morePemandangan yang luar biasa dengan perjalanan yang menantang tetapi ujung perjalanannya yaitu diluar ekspektasi. Sangat disarankan kepada para pengunjung bahwasanya : memperhatikan kondisi kendaraan anda karena jalur yang dilewati cukup terjal dan mendaki dengan aspal yang berbatu-batu dan tikungan yang menuking. membawa persidiaan makanan yang cukup karena dilokasi tak ada penjual. mempersiapkan alas kaki yang kuat karena dilokasi harus dilalui dengan jalan kaki dengan jalur terjal. menyusuikan waktu kepergian dengan musim sekarang karena berhubungan dengan volume air terjunnya. tidak diperkenankan untuk berbuat tidak senonoh.
Sangat disarankan kepada para pengunjung yang ingin mencari ketenangan karena suntuk dengan rutinitas sehari-hari. Tolong bawah pulang...
Read more