Museum ini didirikan 3 tahun yang lalu dengan mengambil momentum 11-11-11. Jadi, masih balita, di bawah lima tahun. Walau begitu pengelolaan cukup bagus dalam artian disediakan pemandu yang siap tanya jawab dengan Anda walau sendiri berkunjung. Tiket masuk untuk dewasa per orang Rp 20 ribu. Sayangnya, Anda dilarang mengambil gambar. Untuk kerja liputan, Anda diharuskan menghubungi pengelola lebih dahulu.
Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan tua, berlantai dua, berarsitektur tradisional Tionghoa yang diduga dibangun pada sekitar abad ke-17 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Letak museum di tengah hiruk-pikuk perkampungan, berdekatan dengan Klenteng Boen Tek Bio di Jl Cilame, Pasar Lama, pasar tradisional yang masih aktif. Karena itu tidak perlu heran bila harum dupa sembahyang dan bau amis pasar tradisional cukup kentara ketika berjalan menuju museum ini. Untuk mencapai museum ini pun dipermudah. Dari Bandara internasional Sukarno-Hatta, berkendara sekitar 1 jam. Dari stasiun KRL Kota Tangerang, bisa jalan kaki sekitar 15 menit.
Dengan memasuki museum ini, Anda akan menemukan banyak kisah tentang bagaimana Kota Tangerang dibangun, asal-usul Cina di Tangerang, berbagai artefak dan tentu saja suka-duka etnis Tionghoa Tangerang yang lebih dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Benteng memang nama lain dari Kota Tangerang yang dibangun Kolonial Belanda pada 1684 untuk mencegah serangan dari Kasultanan Banten. Benteng pertahanan yang didirikan di pinggir Sungai Cisadane itu selain dijaga serdadu Belanda dari Eropa juga serdadu Belanda dari Makasar. Karena itu di sekitar lokasi bekas benteng dibangun terdapat juga nama Jalan Benteng Makasar.
“Sisa bangunan bentengnya masih bisa ditemukan di Batuceper,”kata Suci, pemandu museum ini.
“Ya.” Aku mengangguk saja dan terus diajak ke lantai dua dengan melepas sepatu lebih dahulu.
“Bangunan lantai dua terbuat dari kayu semua,” kata Suci sebagai alasan agar pengunjung melepas sepatu.
Di lantai dua inilah tempat berbagai pernak-pernik benda museum tersedia seperti sempoa, alat-alat timbangan jualan di pasar dan yang unik: timbangan untuk jualan candu yang terbuat dari bambu.
“Dahulu pabrik pengolahan candu ada di Salemba,” kata Suci menjelaskan.
Di lantai dua museum ini, Anda juga bisa menyaksikan video Tradisi Perkawinan Cina Benteng yang unik. Tradisi perkawinan Cina Benteng merupakan tradisi perkawinan Dinasti Manchu yang makin langka di dunia. “Udhik-udhik” atau melemparkan uang recehan dalam perkawinan ini mengingatkanku pada ritual perkawinan Jawa juga. Dari sumber lain, orang-orang Cina Benteng adalah keturunan dari orang Manchu.
Selain benda-benda museum, Anda bisa juga membeli produk kuliner khas Cina Benteng untuk dibawa pulang. Misalnya kecap yang memang awalnya diproduksi orang-orang Cina. Berbagai jenis botol kecap dari masa ke masa disimpan dengan rapi. Tersedia juga, buku-buku dari berbagai penerbit yang bisa menambah wawasan kita mengenai Tionghoa Indonesia.
Tangerang, yang awalnya sebagai kota Pecinan, sekarang dijuluki sebagai kota seribu industri dan hampir selalu diidentikkan dengan pabrik-pabrik dan pergerakan kaum buruh menuntut keadilan. Investasi modal nasional dan asing deras masuk. Kondisi ini tentu saja diikuti lalu lalang manusia dari seluruh dunia.
Berbagai pusat bisnis dan perkantoran didirikan. Tangerang pun dipecah menjadi tiga administrasi: Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Karena itu keberadaan museum Benteng menjadi penting: tak hanya sebagai tanda kehadiran orang-orang Tionghoa di masa yang lalu bersamaan dengan ekspedisi Laksamana Cheng Ho di abad ke-15 atau diangkut Belanda untuk menjadi bagian dari sistem kolonial tetapi juga secara ekonomi maupun kebudayaan atau sekadar oase untuk lari dari kota yang tak mengenal siang...
Read moreMuseum Benteng Haritage. Adalah Uadaya Halim, seorang pemerhati dan budayawan yang memprakarsai berdirinya museum Benteng Heritage Tangerang. Bangunan rumah khas berarsitektur Tionghoa ini tidak terawat dan kondisinya mengenaskan. Pada tahun 2009 di beli dan direstorasi menjadi sebuah bangunan yang menakjubkan. Bangunan yang sarat dengan nilai sejara tersebut diperkirakan dibangun kira-kira pada abad ke 17 M. setelah mngalami restorasi, museum Heritage di resmikan pada bulan Nopember tahun 2011. Memasuki ruangan tamu, kita disuguhi pernak pernik khas Tionghoa, seperti Naga, Lampion dan lainnya. Lantainya berwarna terakota menambah kesan kuno. Tembok bangunan museum Haritage terdiri dari tiga bahan yaitu pasir, kapur, batu bata merah yang dihaluskan, bahan untuk melekatkan antara bahan tersebut adalah air tebu, putih telur. Bangunan museum Benteng Haritage ini didominasi oleh kayu jati tanpa sambungan. Walaupun usianya sudah ratusan tahun, bangunan museum Haritage masih Nampak kokoh berdiri. Didalam museum Haritage, terdapat barang-barang koleksi dari pribadi bapak Udaya Halim dan masyarakat sekitar kota tangerang, para pemerhati budaya Tionghoa dan lainnya. hal lain yang tak boleh dilewatkan adalah terdapat artefak yang menggambarkan kedatangan Laksamana Cheng Ho beserta 300 kapal besar dan kecil yang terbuat dari kayu yang berlabuh di Teluk Nga pada tahun 1407. Rombongan tersebut sebagian dipimpin oleh oleh Chen Ci Lung yang diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Beteng). Koleksi lainnya adalah pemutar lagu seperti fonograf Edison yang dibuat tahun 1890-an, kamera tua timbangan opium dari berbagai Negara seperti Tiongkok, Jepang, Korea, Indonesia. Disampingnya juga terdapat alat penghisap opiumnya. Ada pula koleksi botol kecap yang legendaris yaitu Teng Giok Seng dan SH. Teng Giok Seng berdiri tahun 1882 dan saat ini dipegang oleh generasi keempat. SH simgkatan dari Siong Hen. Berdiri pada tahun 1912 dan saat ini dipegang generasi ketiga. Hebat sekali. Dan masih banyak lagi koleksi-koleksi yang ada di museum Benteng Haritage. Lokasi Museum Benteng Haritage adalah dikawasan pasar lama Tangerang Jalan Cilame No. 18&20, Sukasari, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118 Beberapa penghargaan yang didapat oleh museum Benteng Heritage adalah Cipta Awards, Kategori Wisata Budaya tahun 28 September 2012 Gold Winner FIABCI Prix d’exellence Heritage Awards tahun 6 Desember 2012 Silver Winner FIABCI Prix d’exellence Heritage Awards tahun...
Read moreA heart-warming gem obscuredly located in the middle of a packed traditional market. It carries a lot of history and how one person has taken the initiative to establish the museum is commendable. As much as I would like to give a five-star rating, there's yet some improvement that can be made with the curation of the artefacts and their presentation. It would also be nice that visitors can be given the opportunity to view the exhibit in their own good time and pace as opposed to being guided and ushered. The average Indonesian may find Rp.30,000 a ticket too expensive, but for the experience and continued operation of the museum, I personally find it worthwhile. Hopefully, the founder can acquire the right section of the building as well, in addition to the existing centre and left side, so as to make the whole...
Read more