Berwisata ke Pancoh, Ikut Melestarikan Lingkungan MENJAGA air, menjaga kehidupan. Begitu yang diyakini warga yang hidup berjarak 15 kilometer dari Puncak Merapi, wilayah Sleman, Yogyakarta ini. Wilayah ini berada di hulu atau bagian atas Daerah Istimewa Yogyakarta. "Jika air di sini tercemar, maka yang terdampak bukan hanya kami. Tapi saudara-saudara kami di bawah yang akan sangat merasakannya."
Keyakinan warga Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman ini tidak hanya ada dalam angan-angan. Mereka mewujudkannya dalam tindakan nyata. "Warga punya kewajiban menjaga air, melestarikan lingkungan karena wilayah kami merupakan daerah penyangga air," tegas Kepala Dusun Pancoh, Purwadi.
Semangat menjaga lingkungan itu pula yang dibawa saat 12 Februari 2012 Desa Pancoh resmi dijadikan sebagai Desa Ekowisata. "Setiap pengunjung yang menginap lebih dari satu hari satu malam, dibebani biaya konservasi Rp 15 ribu dengan tujuan untuk penanaman pohon dan pelestarian lingkungan," tambah Pengelola Desa Wisata Pancoh Ngatijan.
Beaya konservasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pemeliharaan lingkungan maupun penyediaan bibit tanaman keras. Setiap penebangan kayu, harus diimbangi dengan penggantian. Ini untuk menjaga ketersediaan sumber air. "Jadi, setiap tamu wisatawan ke Pancoh, otomatis ikut melestarikan lingkungan," tegas Ngatijan.
Lalu, apa yang bisa dilakukan di Ekowisata Pancoh? Sesuai dengan nama ekowisata, maka di desa wisata yang berjarak 20 km dari pusat Kota Jogja ini, bisa belajar soal lingkungan, menikmati segarnya air, sejuknya udara yang belum tercemar. Pendeknya belajar soal alam dan lingkungan.
Selain ekowisata, aktivitas yang dapat dilakukan –baik dengan program live-in maupun kunjungan sehari– antara lain susur sungai, bertani, berkebun, pembuatan kerajinan tangan, pembelajaran seni budaya, pembuatan biogas, bajak sawah, tangkap ikan dan outbound. Fasilitas seperti homestay, joglo, sanggar seni, lapangan parkir, embung, serta bumi perkemahan yang luas tersedia di sini. Pancoh memiliki pula pemandu bersertifikasi kompetensi kepemanduan Ekowisata.
Ada 65 rumah yang siap menjadi homestay dengan 80 kamar. Dengan alasan kenyamanan dan agar tidak menjadi beban bagi lingkungan, Pengelola Ekowisata Pancoh membatasi jumlah pengunjung dalam sehari maksimal 500 orang atau dua rombongan.
Kini, semua warga bersemangat mendukung pariwisata yang terus tumbuh. Mereka membentuk berbagai kelompok. Ada kelompok Perikanan Mina Merapi, kelompok Puyuh Akur, kelompok Pertanian Akur, kelompok Kandang Ternak Akur, kelompok Wanita Tani Pancoh, kelompok Bank Sampah Resik, kelompok karawitan Mudo Budoyo, kelompok Laras Madya Gawe Tentrem, dan kelompok Bergodo Ngrowod.
Kelompok ini mendukung program desa wisata Pancoh sesuai dengan kompetensinya. Selain sebagai pemandu wisata, mereka menjadi pemandu pendamping lapangan, pemandu permainan, maupun pemandu potensi yang ada di Ekowisata Pancoh.
Selain alam dan budaya, makanan dan minuman di Ekowisata Pancoh pun memiliki daya tarik tersendiri. Minuman untuk tamu beragam mulai dari minuman jare (jahe sere), dawet, hingga wine salak. Sedang makanannya ada jenang grendul, jenang sumsum, wajik salak, bakwan salak, hingga Sego Megono untuk makan besar.
Dengan berkembangnya pariwisata berbasis masyarakat ini, kini tidak terjadi lagi eksploitasi alam secara langsung karena ada lapangan pekerjaan baru. "Kesadaran lingkungan tumbuh baik dan kearifan lokal terangkat. Masyarakat yang saling mendukung dalam program wisata pun hubungannya makin harmonis," ungkap...
Read moreOne of the best ecotourism village in Yogyakarta. I have visited this place several times as a tourist and a researcher, and I had a very good impression as both.
This place is the real definition of true Javanese hospitality. They have both the nature and cultural attractions. Nasi Wiwit and Ayam Ingkung are the two cuisines that you have to try. They are so delicious.
Do not worry if you are foreigner because they can also guide you in English. The guides are very friendly and polite. One thing that is very interesting for me is the guides are willing to tell you myth and history of the places around the village.
In short, this place is good for you who are finding an escape from the busy life...
Read moreDesa wisata yang terletak di lereng gunung merapi. Desa wisata ini, kita dapat menikmati suasana pedesaan dan istirahat sejenak dari ramainya kota besar. Datang kesini bersama keluarga besar dengan rentang usia 3th - 62th, mengambil paket fun games, ke kebun salak, susur sungai dan tangkap ikan. Sebelum kegiatan dimulai, dilakukan ice breaking yang pastinya seru untuk membangkitkan semangat pesertanya. Kemudian dilanjut dg fun games, meskipun kita keluarga tetap saja dibagi kelompok dan pastinya semakin seru. Untuk kemudian lanjut ke kebun salak, bisa mengambil salak sepuasnya asalkan dimakan ditempat dan tidak boleh dibawa pulang. Untuk track susur sungai ini termasuk medan yang berat. Sungai masih benar2 asli dengan batu2an besar. Untuk para orangtua yang merasa tidak sanggup sampai finish, dapat diarahkan utk memotong jalan sehingga masih bisa menikmati susur sungai walaupun hanya setengahnya saja. Dan yang terakhir, tangkap ikan. Ikan yang kita dapatkan bisa dibawa pulang secara gratis. Yang menjadi poin penting, desa ini tidak se-crowded desa wisata sejenisnya sehingga kita bisa benar2 nyaman menikmati suasana pedesaan. Selain itu, ada fotografer yang mengabadikan momen2 kita sepanjang acara dan kita dapat mencetak fotonya dengan harga 10rb perfoto dg ukuran 4R. Nb: BEBERAPA FOTO YANG SAYA LAMPIRKAN ADALAH HASIL DARI "DESA EKOWISATA...
Read more