Di Surabaya, boleh dibilang Holland ini pemain satu-satu nya di segment menengah atas. Larisnya bukan main. Meskipun tidak sampai berjubel, tapi tidak pernah sepi tanpa pembeli. Maklum. Jam bukanya lebih panjang dari umumnya pemain martabak manis pinggir jalan yg rata2 buka pada malam hari saja. Holland buka dari siang hari jam 12 hingga malam hari. Satu hal yang menarik saya adalah, boleh dibilang pemain satu ini telah menikmati industri martabak manis TANPA pesaing berarti selama belasan tahun. Dengan harga jual jauhhhhhhhhhhh diatas rata-rata harga jual martabak manis pinggir jalan, boleh dibilang margin yg telah dinikmati pastilah sangat tebal. Sekedar perbandingan, martabak manis pinggir jalan harga jualnya cuma 10-20rb/loyang. Holland mampu menjualnya dgn harga jual 50-60rb. Bayangkan, 4x lipat. Marginnya perkiraan saya tidak akan kurang dari 100%. Bahkan bisa jadi lebih besar dari angka tsb. Supply bahan bakunya pasti harga distributor melihat konsumsi susu, mentega, dan kejunya yg sangat royal. Dalam sehari perkiraan kasar saya mampu menjual lebih dari 200 loyang. Jika dirata2 50rb, maka per cabang bisa beromset kotor sekitar 10jt per hari setiap cabang. Di Surabaya, masing2 cabang boleh dibilang kekuatannya merata. Karena salah satu konsep mereka adalah menempati lokasi-lokasi di jalan utama kota. Sehingga hampir semuanya selalu ramai. Jadi kalau sebulan percabang bisa beromset sekitar 300jt per bulan. Tinggal kali berapa cabang. Di Surabaya ada sekitar 4-5 cabang. Mantap kan. Sekarang, sepertinya demi mengejar pertumbuhan, mereka berlomba lomba masuk ke kota di luar Surabaya (saya pribadi tidak yakin ini langkah yg bagus, smart move). Atau mungkinkah mereka asalnya dari kota lain lalu masuk ke Surabaya? Entah ya. Bukan itu toh yang ingin saya ulas. Yang ingin saya ulas adalah, bagaimana sebuah produk sederhana (terang bulan atau martabak manis) bisa berjaya bertahun-tahun dengan menikmati harga...
Read morethe price of martabak is expensive. but the test of martabak is equivalent to the expensive price of the martabak. its location it's on the large roadside where my vehicle travel in high speed. enough parking space for two Cars. the seller is just ordinary friendly. when I visited there is no visitors so i...
Read moreDulu suka dijajanin merk ini sama bos dikantor lama. Waktu itu aja harganya sudah diatas rata² martabak pinggir jalan pada umumnya. Tertumben pengen nyoba lagi. Ternyata harganya 5-6x lipat dari harga martabak kaki lima. Wkwkwkw...gapapalah, sesekali.
Tempatnya diruko gitu. Sepi. Cuma ada 1 pegawai, yg terima orderan, yg bikin orderan, yg terima pembayaran. Kasian sih. Tapi mungkin karena harganya yg mahal, jadi ga ramai ya? Punya marketnya sendiri...so ga masalah wlpn semua dihandle seorang diri.
Pesan 1 martabak daging dan 1 terang bulan. Ga terlalu lama sih nunggunya.
Pas dimakan, Mmg beda dari martabak jalanan yg biasa dibeli. Martabak dagingnya terasa dagingnya, mantaplah. Tapi terang bulan keju susu coklatnya ternyata paroan...bukan susu coklat trus ditumpuk keju gitu... Tapi separo susu keju aja...separo coklat... Ooo....
Yah utk harga segitu, cukup...
Read more