Bubur Ayam Odeon: Enak, Tapi Disajikan Bersama Tamu Tak Punya Adab
Sebagai manusia dewasa yang berusaha waras di dunia yang makin kurang ajar, saya memutuskan sarapan pagi dengan cara yang manusiawi: makan bubur ayam Odeon bareng keluarga. Bukan karena hotel pelit ngasih sarapan, tapi karena saya punya prinsip: hidup boleh biasa aja, asal perut jangan.
Datang masih pagi, tempat lengang. Duduk manis di dekat aquarium, berharap suasananya seperti Jepang di musim semi. Damai. Adem. Ikan berenang, anak tenang, dan perut segera kenyang.
Bubur datang. Tampak menjanjikan. Kuahnya wangi, toping-nya berani tampil tanpa malu-malu. Saya baru makan setengah, suasana masih tenteram... eh, tiba-tiba neroboslah satu rombongan keluarga yang kayaknya lupa kalau ini bukan warung tahlilan.
Tanpa permisi, tanpa kode etik, langsung main duduk dan bilang—dengan bahasa Jawa yang sok strategis—“Duduk kene wae, bentar maneh yo lungo kuwi.” Lah. Lah. Lah. Lah.
Itu artinya: “Duduk aja sini, yang itu juga bentar lagi pergi.”
Maaf ya, Pak, Bu, Ratu Elizabeth aja nunggu giliran, lho, panjenengan kok malah mencaplok wilayah kedaulatan meja orang. Emangnya saya ini botol saos? Nggak punya perasaan? Saya masih ngunyah, COK. Dan FYI, saya paham bahasa Jawa. Paham banget malah sampai ke nada pasif-agresifnya.
Aneh banget, ini. Kayak hidup di semesta di mana norma sosial bisa dibeli di Indomaret dan harganya lagi diskon. Duduk di meja orang tanpa ijin, pake dalih "bentar lagi juga kelar"? Emangnya ini halte TransJakarta? Seenak jidat.
Buburnya enak, saya akui. Tekstur bubur leleh di lidah, rasa ayamnya ngingetin saya sama cinta pertama: hangat, lembut, dan bikin kangen. Tapi pas lihat orang-orang model gitu? Rasanya buburnya berubah jadi adonan amarah. Setiap suapan kayak dikasih topping kesabaran yang mulai habis masa kadaluarsanya.
Kesimpulan: Bubur Odeon layak dicoba, tapi pastikan kamu bawa mental baja dan niat kuat buat nggak jadi kriminal karena emosi. Karena kadang, yang bikin makan nggak enak itu bukan masakan... tapi manusia-manusia sok tuan rumah di...
Read moreBubur Ayam Odeon Sukabumi? one of several legendary porridges in Sukabumi City.
A portion of porridge is able to warm the body in the cold city air temperature.
The uniqueness of Odeon Porridge is the presentation and complementary ingredients. The name Odeon is taken from the area where this porridge is sold. This area is usually called Odeon.
If there is a secret that has made Odeon Sukabumi Porridge selling well until now, one of them must be because of its uniqueness.
It's not like the usual chicken porridge, which is served with soybeans, pieces of cakwe, sliced green onions, fried onions and...
Read moreI personally known the first owner of this. Since the 80's maybe before. Originally sell on "roda" at the junction between jalan pelabuhan and jalan pajagan, start after 5 pm. Call her ema - grandmother. The outlet is already change ownership. But they keep the original recipe secret. (Quite commonly know that they using chicken bone to cook the pooridge,) also here you can buy pooridge with small portion, usually for the sick people. It's location just 20 meter from my house . Honestly price is above the else. If you never try, you may surprise with the price, but I tell it's worthed, at...
Read more