(Tempat yang tidak dibangun sekaligus, tapi tumbuh seperti rumah yang terus diberi cerita)
Dari luar, Bebek Until tampak biasa saja. Tempat parkirnya, saung di atas kolam, semua seperti copy-paste dari template restoran alam lainnya. Tapi itu cuma pintu depan. Panggung utamanya belum dimulai.
Sebelah kanan, ada warung kecil—yang awalnya saya kira bukan bagian dari restoran. Warungnya terlalu jujur, terlalu ‘biasa’, sampai-sampai terasa seperti tetangga yang nyelip. Tapi justru dari situ cerita dimulai.
Naik sedikit, tangganya bukan tembok, tapi lebih seperti gang-gang tua di Ciumbuleuit. Tangga yang tidak dibuat arsitek, tapi lahir dari kebutuhan dan kebiasaan. Lalu taman kecil menyambut. Ada bangku. Ada aliran air alami. Dan rasa yang tidak bisa dipesan di menu: keakraban.
Saya kira sampai di sana. Ternyata belum. Jalanan sambung lagi. Lalu muncul tempat makan yang bentuknya seperti halaman rumah orang—bukan karena layout, tapi karena auranya. Lalu kolam besar, dan saung-saung baru. Di seberangnya: villa. Lalu di atasnya lagi: kebun stroberi. Jalannya seperti ke kebun nenek di kampung.
Dan kejutan terakhir: ruangan pembayaran.
Saya tidak sedang berdiri di kasir. Saya sedang kembali ke kamar teman saya di tahun '90-an. Tidak teratur, tapi penuh rasa. Tidak rapi, tapi jujur. Saya betah. Dan sayangnya, saya baru sadar pas mau pulang.
Makanannya? Ya, lumayan lebih enak dari rata-rata. Tapi di Bebek Until, rasa terbaik bukan di mulut. Rasa terbaik adalah perjalanan ruangannya. Seolah-olah tempat ini tidak dibangun sekaligus, tapi tumbuh. Disusun oleh tangan-tangan yang tidak terlalu peduli konsep estetika, tapi sangat paham apa itu rumah.
Yang jaga kasir… entah kenapa vibes-nya seperti orang kaya dari tahun '80-an. Orang yang punya uang, tapi tidak suka pamer. Yang aromanya bukan parfum mahal, tapi...
Read moreJANGAN MAKAN DISINI. Saya mau share pengalaman buruk saya. Jadi saya ada pesen nasi timbel komplit dengan ayam goreng. Ketika dtg sy lihat tampak ayamnya sudah tidak bagus, dan ketika dibuka warna dagingnya sudah gelap. Asumsi saya sebagai pelanggan, ini ayam yang ga bagus, ayam tiren atau ayam stock lama. Saya minta tukar ke pelayanannya dengan baik". Pelayannya menolak, dengan alasan semua ayamnya memang seperti itu. Namun yg aneh ada ayam goreng lainnya tidak semua seperti itu, normal dengan daging warna putih.
Akhirnya saya coba ayamnya dgn pikiran kalau itu mungkin bumbunya.. tp ternyata rasa dan baunya sangat tidak enak (busuk, tidak segar). Akhirnya dgn rasa kesal, sy panggil lagi pelayananya dan komplain dengan bukti rasa yang saya makan. Akhirnya pelayannya setuju untuk MENUKAR.
TAPI ketika dtg lagi ayamnya, ternyata ayam yang sama, hanya digoreng lagi lebih garing hingga hitam. Semenjak itu saya diam, sy lebih memilih untuk tidak memakan 2 potong ayamnya.
SELAIN ITU, MAKANAN YANG LAIN JUGA TIDAK ENAK Nasi goreng tidak ada rasa, dan terlihat asal"an dalam pembuatannya
TEMPAT JUGA JOROK, BANYAK TAI BURUNG DI LESEHANNYA (Saya sampai 2 kali pindah tempat)
Maaf saya tulis rekomendasi yang sangat BURUK, karna dari pihak restorannya saja terlihat tidak peduli terhadap saya sebagai customer. Semua BUKTI ada di FOTO YANG SAYA LAMPIRKAN, silakan dicek...
Read moreI had a lunch here. I cant comment anything about the food because I just had a few from their menu. But for me it is just normal. Price is still affordable considering that here is the tourist place. The environment is very nice because you can eat while enjoying the pond with full of fish under you leg...
Read more