Perjalanan bagian hidup dari RA Kartini juga ada di Rembang. Peninggalannya masih tersimpan di Museum RA Kartini. Jika Anda sedang melintas area Rembang kota, tak ada salahnya untuk mampir.
Lokasi museum RA Kartini tak jauh dari alun-alun Rembang. Suasananya nampak asri. Di depan pendapa terdapat taman dengan air mancur. Tiket masuknya juga cukup murah. Hanya Rp 2 ribu saja. Museum ini, dulunya merupakan tempat tinggal keluarga Kartini. Sehingga di dalamnya masih ada peninggalan berupa barang-barang rumah tangga. Ada meja makan hingga meja rias. Kata-kata mutiara dari RA Kartini juga menghiasi dinding-dinding Museum.
Dari buku panduan museum, disebutkan bahwa Museum RA Kartini didirikan pada 1967. Saat awal dibuka, museum ini hanya seluas kamar yang ditempati RA Kartini selama menjadi istri Bupati Rembang R.M.A.A Djojohadhiningrat. Dan, dalam perjalanannya museum pun berkembang. Luas bangunannya 3.732,4 meter persegi.
Koleksi museum ini berjumlah 224 buah yang terbagi menjadi enam jenis. Yakni ethografika 61 koleksi, histografika 110 koleksi, filografika 3 koleksi, Keramologika 25 koleksi, teknologinya 5 koleksi, dan seni rupa 20 koleksi.
Diantara benda-benda koleksinya ada bothekan. Yakni wadah berbentuk piramid lima susun berwarna coklat dan emas yang atasnya terdapat kuncup bunga. Fungsinya sebagai tempat jamu atau ramuan milik RA Kartini. Selan itu ada kotak jahitan, Bali, diorama RA Kartini dan RM Djojohadiningrat, diorama keluarga RA Kartini, dan kotak pataka.
Yang digunakan saat kirab malam 21 April. Dari Museum RA Kartini menuju makam beliau di Kecamatan Bulu. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari Rembang Kota.Peninggalan-peninggalan barang pribadi RA Kartini juga ada di Museum ini. Ada baju adat Jawa, ranjang, cermin, meja rias, dan meja untuk merawat bayi.
Foto-foto keluarga RA Kartini selama masih hidup juga diabadikan di Museum ini. Seperti foto RA Kartini dan RM Djojohadiningrat saat menaiki kereta kuda. Pasangan ini sering melakukan kunjungan di wilayah Kadipaten Rembang saat itu.
Dan, yang tak kalah menarik, di museum juga ada tulisan RA Kartini. Ada buku Habis Gelap Terbitlah terang. Merupakan buku yang berisi surat RA Kartini dengan sahabatnya J.H Abendanon. Pembukuan pertama dilakukan J.H Abendanon dengan judul bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht" dan terbit pertama pada 1911.
Buku ini tercatat pernah terbit beberapa kali. Kemudian cetakan kedua pada 1922 melalui penerbit Balai Pustaka dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pemikiran". Tahun 1938 buku kembali diterbitkan diterjemahkan oleh Armijn Pane. Tentunya masih banyak lagi koleksi-koleksi sejarah yang bisa dinikmati di Museum ini. Jadi, silahkan berkunjung, berwisata, sekaligus...
Read moreWent there at 7.20 AM because Google says it is open at 7.00 AM, turns out the opening hours is 8.00 AM-4.00 PM so the ticket desk was unattended. Thankfully, the staff were willing to open the museum earlier for me, and even provided an impromptu guide around the premises.
The museum itself is pretty insightful, as it opens the door to the past life of one of the most celebrated feminists in the history of Indonesia, and therefore has so much potential. The overall building maintenance and display of the exhibits could be improved, especially in the room that showcases Kartini's writings and books written about her.
If you are in Rembang, this museum is worth the visit. Plus, it will only cost you Rp2.000. Best to get yourself a guided tour for more stories on Kartini that you might not...
Read moreThis museum is located within the local government office complex of Rembang Regency, Central Java. I and my wife came here shortly before the outbreak of the Covid-19 pandemic. A large, peaceful, cool place with well preserved buildings and artefacts, including a room where RA Kartini gave lessons to girls, her bathroom and bedroom. There is also a library showing her writings and an inscription about her family tree. Here I felt a direct connection between the real world where she spent her short married life until her death and what we read and hear about her. Our visit has left a deep impression in our hearts. Clean toilets and musholla (moslem prayer place) outside of the museum but still within the...
Read more