HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Seruni Point — Attraction in East Java

Name
Seruni Point
Description
Nearby attractions
King Kong Hill
Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo Regency, East Java, Indonesia
Penanjakan Bromo
Kedewung I, Keduwung, Puspo, Pasuruan Regency, East Java 67176, Indonesia
Nearby restaurants
Warung Raja Banana Bromo
3WVX+9F8, Kedewung I, Keduwung, Kec. Puspo, Pasuruan, Jawa Timur 67176, Indonesia
Warung Diatas Awan
3WVX+R9V, Unnamed Road, Kedewung I, Keduwung, Kec. Puspo, Pasuruan, Jawa Timur 67176, Indonesia
Nearby hotels
Related posts
Keywords
Seruni Point tourism.Seruni Point hotels.Seruni Point bed and breakfast. flights to Seruni Point.Seruni Point attractions.Seruni Point restaurants.Seruni Point travel.Seruni Point travel guide.Seruni Point travel blog.Seruni Point pictures.Seruni Point photos.Seruni Point travel tips.Seruni Point maps.Seruni Point things to do.
Seruni Point things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Seruni Point
IndonesiaEast JavaSeruni Point

Basic Info

Seruni Point

3XQ2+HFP, Ngadisari, Sukapura, Area Pegunungan, Keduwung, Kec. Puspo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 67254, Indonesia
4.7(2.4K)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Outdoor
Adventure
Family friendly
attractions: King Kong Hill, Penanjakan Bromo, restaurants: Warung Raja Banana Bromo, Warung Diatas Awan
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Phone
+62 813-9109-0380
Website
facebook.com

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in East Java
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in East Java
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in East Java
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Seruni Point

King Kong Hill

Penanjakan Bromo

King Kong Hill

King Kong Hill

4.7

(1.8K)

Open 24 hours
Click for details
Penanjakan Bromo

Penanjakan Bromo

4.8

(3.6K)

Open until 12:00 AM
Click for details

Nearby restaurants of Seruni Point

Warung Raja Banana Bromo

Warung Diatas Awan

Warung Raja Banana Bromo

Warung Raja Banana Bromo

4.1

(13)

Click for details
Warung Diatas Awan

Warung Diatas Awan

4.3

(19)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Seruni Point

4.7
(2,421)
avatar
5.0
6y

Menikmati Sunrise di Seruni Point

Malam di Desa Ngadisari dan Lawangsewu, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jatim, terasa sepi hanya terlihat belasan orang lalu lalang. Mobil-mobil Jeep terparkir di tiap rumah. Sepi ini berubah mulai jam 3 dini hari,minggu (10/02/2019). Ini belum ramai, rombongan HPN berjalan perlahan mengikuti jalan setapak.

Bule-bule lebih pilih jalan kaki, lebih murah, dan mereka senang eksplorasi. Terlihat kelompok-kelompok kecil turis asing berjalan di tengah pekatnya malam. Mereka terlihat lebih ringkas, hanya jaket tipis atau syal. Bisa jadi karena tempat tinggalnya lebih dingin dari Bromo. Sementara di musim hujan ini, kami memakai kupluk penutup kepala, sarung tangan, jaket, dan sepatu.

Mobil Jeep terparkir dekat plang besi, menandai larangan area berkendara bagi pengunjung reguler. Pukul 4 dini hari, puluhan Jeep warna warni sudah terparkir di kemiringan bukit, sisi kiri dan kanan jalan.

Warung pertama dan kedua dipenuhi pengunjung. Pembeli berjubel memenuhi warung semi permanen sampai di jalan. Selain minuman hangat, tak sedikit sudah memenui perutnya dengan mie instan.

Ini tidak disarankan jika tidak terlalu lapar, karena kita akan berjalan kaki menanjak. Rawan dimuntahkan jika belum terbiasa nanjak.

Dari titik awal, sejumlah warga penjaja jasa naik kuda sudah merayu, terutama anak-anak. “Masih jauh lho, 2 kilometer nanjak, nanti ada 300 anak tangga,” rayu sejumlah pria pembawa kuda.

Namun tak sedikit anak-anak yang memilih jalan kaki. Bersama keluarga, mereka bercanda memulai langkah-langkah berikutnya ke puncak. Pagi masih amat muda, waktu 1,5 jam cukup leluasa untuk jalan perlahan.

Bagi pendaki rutin, jalur menuju puncak ini bukan apa-apa, apalagi yang sudah sering bolak balik. Seperti bapak-bapak tua dan penjaja kuda.

Sekitar satu jam berjalan santai, tiba juga di bawah anak tangga. Menaiki anak tangga juga perlu kesabaran, tiap beberapa puluh anak tangga ada area datar untuk istirahat. Gugusan Gunung Bromo yang tak henti berasap, Gunung Batok, dan Semeru sudah terlihat saat awan tersingkap. Berselimut kabut, dikelilingi hamparan pasir.

Pukul 05.30, langit sudah berona jingga, sepertinya tak banyak awan tebal yang yang akan menutupi berkas sinarnya. Langkah kaki makin ringan mengayun ke puncak, takut kehilangan momen.

Tiap orang berebut sudut terbaik. Puluhan orang mendaki bukit di atas kuil agar posisinya paling tinggi. Risikonya, bebatuan menggelinding turun bisa mengenai pengunjung lain atau warung di bawahnya.

Bromo memang tak membuat bosan. Masih terasa hening walau menatapnya bersama ratusan pasang mata. Anak-anak muda serius membuat pose menarik, mencari celah dan sudut pandang paling cemerlang versi mereka, atau membuat tulisan di kertas untuk difoto dengan latar sunrise dan gunung. “Kapan ke sini?” demikian salah satu tulisan penggoda dengan menyebut nama temannya. Ingin rasanya menghabiskan pagi sampai siang di sini, namun pukul 6 adalah batas waktu, kesepakatan dengan supir Jeep. Masih ada rute berikutnya.

Pemandangan tambahan sepanjang menuruni bukit adalah hamparan hijau kebun sayur dihangatkan berkas mentari pagi. Perjalanan menurun terasa sangat cepat. Namun, tak sedikit yang menggunakan jasa kuda untuk menuruni bukit. Untungnya jalan beton sudah dibuat pola bergaris-garis kasar, jika tidak pasti cukup licin saat menurun tajam.

Supir Jeep sudah siaga, kini konvoi dari rombongan HPN masuk ke padang pasir menuju pasir berbisik dan bukit teletabis Parkir kendaraan kini makin jauh, sekitar 2 km dari kaki gunung. Giliran penjaja kuda memiliki ruang lebih luas untuk mengais rejeki. Sebuah kesepakatan yang cukup adil bagi ribuan warga yang terdampak wisata alam...

   Read more
avatar
5.0
22w

For a breathtaking sunrise experience with fewer crowds than King Kong Viewpoint, Seruni Point is your ideal destination. We were treated to stunning vistas and captured truly amazing photographs. Essential Tips for Seruni Point: Early bird gets the view: Aim to arrive around 4:00 AM, well before sunrise. You'll find washrooms and snack corners to comfortably wait. Be prepared: A face mask is crucial for volcanic sulfur. Also, consider bringing a comb and some mint gum for personal comfort. Warm clothes or layers are a must. The final stretch: Vehicles can't go all the way to Seruni Point; it's about a 400-meter walk from the drop-off. Horses are offered for this short distance, but don't be deterred by claims of a steep path – we found it to be an easy 10-minute walk to the summit. Horse prices are approximately IDR 200K for a one-way trip and IDR 300K for a return, though prices can vary. Capture the moment: Arriving early is key to avoiding long queues at the top for photos. On your way down, you'll discover fantastic, less crowded spots offering a single, panoramic frame of Mount Bromo, Batuk, and Semeru, perfect for...

   Read more
avatar
5.0
1y

Prefer going to Seruni Point if you want less crowd of King Kong view point. We enjoyed stunning views and captured amazing photographs.

Here are some tips:

Aim to arrive before sunrise, ideally around 4:00 AM. There are plenty of washrooms and snack corners available to pass the time. Bring a face mask to avoid inhaling sulfur from the volcano. Carry a comb and some mint gum. Carry warm clothes or layers. Vehicles cannot go beyond one point, Seruni Point is about 400 meters beyond this limit. Horses are available for transport to Seruni Point. Initially, we were told the path was steep and advised to rent a horse, but we found it only took us 10 minutes to reach the top. If you're fit and able, consider skipping horses. Prices quoted were 200K IDR one way and 300K IDR for a return trip, negotiable depending on the day of the week. There was a large queue for photography at the top, so arriving early before sunrise is recommended. On the descent, we found less crowded spots with clear views of Mount Bromo, Batuk, and Semeru available in one frane. Consider taking group...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Div NarithaDiv Naritha
Menikmati Sunrise di Seruni Point Malam di Desa Ngadisari dan Lawangsewu, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jatim, terasa sepi hanya terlihat belasan orang lalu lalang. Mobil-mobil Jeep terparkir di tiap rumah. Sepi ini berubah mulai jam 3 dini hari,minggu (10/02/2019). Ini belum ramai, rombongan HPN berjalan perlahan mengikuti jalan setapak. Bule-bule lebih pilih jalan kaki, lebih murah, dan mereka senang eksplorasi. Terlihat kelompok-kelompok kecil turis asing berjalan di tengah pekatnya malam. Mereka terlihat lebih ringkas, hanya jaket tipis atau syal. Bisa jadi karena tempat tinggalnya lebih dingin dari Bromo. Sementara di musim hujan ini, kami memakai kupluk penutup kepala, sarung tangan, jaket, dan sepatu. Mobil Jeep terparkir dekat plang besi, menandai larangan area berkendara bagi pengunjung reguler. Pukul 4 dini hari, puluhan Jeep warna warni sudah terparkir di kemiringan bukit, sisi kiri dan kanan jalan. Warung pertama dan kedua dipenuhi pengunjung. Pembeli berjubel memenuhi warung semi permanen sampai di jalan. Selain minuman hangat, tak sedikit sudah memenui perutnya dengan mie instan. Ini tidak disarankan jika tidak terlalu lapar, karena kita akan berjalan kaki menanjak. Rawan dimuntahkan jika belum terbiasa nanjak. Dari titik awal, sejumlah warga penjaja jasa naik kuda sudah merayu, terutama anak-anak. “Masih jauh lho, 2 kilometer nanjak, nanti ada 300 anak tangga,” rayu sejumlah pria pembawa kuda. Namun tak sedikit anak-anak yang memilih jalan kaki. Bersama keluarga, mereka bercanda memulai langkah-langkah berikutnya ke puncak. Pagi masih amat muda, waktu 1,5 jam cukup leluasa untuk jalan perlahan. Bagi pendaki rutin, jalur menuju puncak ini bukan apa-apa, apalagi yang sudah sering bolak balik. Seperti bapak-bapak tua dan penjaja kuda. Sekitar satu jam berjalan santai, tiba juga di bawah anak tangga. Menaiki anak tangga juga perlu kesabaran, tiap beberapa puluh anak tangga ada area datar untuk istirahat. Gugusan Gunung Bromo yang tak henti berasap, Gunung Batok, dan Semeru sudah terlihat saat awan tersingkap. Berselimut kabut, dikelilingi hamparan pasir. Pukul 05.30, langit sudah berona jingga, sepertinya tak banyak awan tebal yang yang akan menutupi berkas sinarnya. Langkah kaki makin ringan mengayun ke puncak, takut kehilangan momen. Tiap orang berebut sudut terbaik. Puluhan orang mendaki bukit di atas kuil agar posisinya paling tinggi. Risikonya, bebatuan menggelinding turun bisa mengenai pengunjung lain atau warung di bawahnya. Bromo memang tak membuat bosan. Masih terasa hening walau menatapnya bersama ratusan pasang mata. Anak-anak muda serius membuat pose menarik, mencari celah dan sudut pandang paling cemerlang versi mereka, atau membuat tulisan di kertas untuk difoto dengan latar sunrise dan gunung. “Kapan ke sini?” demikian salah satu tulisan penggoda dengan menyebut nama temannya. Ingin rasanya menghabiskan pagi sampai siang di sini, namun pukul 6 adalah batas waktu, kesepakatan dengan supir Jeep. Masih ada rute berikutnya. Pemandangan tambahan sepanjang menuruni bukit adalah hamparan hijau kebun sayur dihangatkan berkas mentari pagi. Perjalanan menurun terasa sangat cepat. Namun, tak sedikit yang menggunakan jasa kuda untuk menuruni bukit. Untungnya jalan beton sudah dibuat pola bergaris-garis kasar, jika tidak pasti cukup licin saat menurun tajam. Supir Jeep sudah siaga, kini konvoi dari rombongan HPN masuk ke padang pasir menuju pasir berbisik dan bukit teletabis Parkir kendaraan kini makin jauh, sekitar 2 km dari kaki gunung. Giliran penjaja kuda memiliki ruang lebih luas untuk mengais rejeki. Sebuah kesepakatan yang cukup adil bagi ribuan warga yang terdampak wisata alam gunung Bromo.
Piyush Kumar LodayaPiyush Kumar Lodaya
Prefer going to Seruni Point if you want less crowd of King Kong view point. We enjoyed stunning views and captured amazing photographs. Here are some tips: - Aim to arrive before sunrise, ideally around 4:00 AM. There are plenty of washrooms and snack corners available to pass the time. - Bring a face mask to avoid inhaling sulfur from the volcano. - Carry a comb and some mint gum. - Carry warm clothes or layers. - Vehicles cannot go beyond one point, Seruni Point is about 400 meters beyond this limit. Horses are available for transport to Seruni Point. - Initially, we were told the path was steep and advised to rent a horse, but we found it only took us 10 minutes to reach the top. If you're fit and able, consider skipping horses. Prices quoted were 200K IDR one way and 300K IDR for a return trip, negotiable depending on the day of the week. - There was a large queue for photography at the top, so arriving early before sunrise is recommended. - On the descent, we found less crowded spots with clear views of Mount Bromo, Batuk, and Semeru available in one frane. Consider taking group photos there.
Suryadi HertantoSuryadi Hertanto
There are 3 scenic spot area to see sunrise at Bromo from Penanjakan mountain: Bukit Cinta - the lowest, King Kong Hill and Seruni Point. To arrive here you should use Jeep 4/WD since must pass sand caldera, uphill with many extreme sharp hairpinturn. All jeep convoy usually started by 2.00am since need 1.5-2 hours to reach top hill. For Seruni Point due too many jeep and narrow road, we must stop around 200 meter before end point, and use motorbike taxi operated by local people. 1 motorbike will carry 2 passengers, - cost Rp 20.000 each person, together with driver will go to uphill. This is another extreme feeling, since motorbike will run quite fast. Arrival at Seruni point around 4-4.30am, quite enough time to wait sunrise. Prepare thick jacket and hand glove, since temperature around 5 degrees celcius.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in East Java

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Menikmati Sunrise di Seruni Point Malam di Desa Ngadisari dan Lawangsewu, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jatim, terasa sepi hanya terlihat belasan orang lalu lalang. Mobil-mobil Jeep terparkir di tiap rumah. Sepi ini berubah mulai jam 3 dini hari,minggu (10/02/2019). Ini belum ramai, rombongan HPN berjalan perlahan mengikuti jalan setapak. Bule-bule lebih pilih jalan kaki, lebih murah, dan mereka senang eksplorasi. Terlihat kelompok-kelompok kecil turis asing berjalan di tengah pekatnya malam. Mereka terlihat lebih ringkas, hanya jaket tipis atau syal. Bisa jadi karena tempat tinggalnya lebih dingin dari Bromo. Sementara di musim hujan ini, kami memakai kupluk penutup kepala, sarung tangan, jaket, dan sepatu. Mobil Jeep terparkir dekat plang besi, menandai larangan area berkendara bagi pengunjung reguler. Pukul 4 dini hari, puluhan Jeep warna warni sudah terparkir di kemiringan bukit, sisi kiri dan kanan jalan. Warung pertama dan kedua dipenuhi pengunjung. Pembeli berjubel memenuhi warung semi permanen sampai di jalan. Selain minuman hangat, tak sedikit sudah memenui perutnya dengan mie instan. Ini tidak disarankan jika tidak terlalu lapar, karena kita akan berjalan kaki menanjak. Rawan dimuntahkan jika belum terbiasa nanjak. Dari titik awal, sejumlah warga penjaja jasa naik kuda sudah merayu, terutama anak-anak. “Masih jauh lho, 2 kilometer nanjak, nanti ada 300 anak tangga,” rayu sejumlah pria pembawa kuda. Namun tak sedikit anak-anak yang memilih jalan kaki. Bersama keluarga, mereka bercanda memulai langkah-langkah berikutnya ke puncak. Pagi masih amat muda, waktu 1,5 jam cukup leluasa untuk jalan perlahan. Bagi pendaki rutin, jalur menuju puncak ini bukan apa-apa, apalagi yang sudah sering bolak balik. Seperti bapak-bapak tua dan penjaja kuda. Sekitar satu jam berjalan santai, tiba juga di bawah anak tangga. Menaiki anak tangga juga perlu kesabaran, tiap beberapa puluh anak tangga ada area datar untuk istirahat. Gugusan Gunung Bromo yang tak henti berasap, Gunung Batok, dan Semeru sudah terlihat saat awan tersingkap. Berselimut kabut, dikelilingi hamparan pasir. Pukul 05.30, langit sudah berona jingga, sepertinya tak banyak awan tebal yang yang akan menutupi berkas sinarnya. Langkah kaki makin ringan mengayun ke puncak, takut kehilangan momen. Tiap orang berebut sudut terbaik. Puluhan orang mendaki bukit di atas kuil agar posisinya paling tinggi. Risikonya, bebatuan menggelinding turun bisa mengenai pengunjung lain atau warung di bawahnya. Bromo memang tak membuat bosan. Masih terasa hening walau menatapnya bersama ratusan pasang mata. Anak-anak muda serius membuat pose menarik, mencari celah dan sudut pandang paling cemerlang versi mereka, atau membuat tulisan di kertas untuk difoto dengan latar sunrise dan gunung. “Kapan ke sini?” demikian salah satu tulisan penggoda dengan menyebut nama temannya. Ingin rasanya menghabiskan pagi sampai siang di sini, namun pukul 6 adalah batas waktu, kesepakatan dengan supir Jeep. Masih ada rute berikutnya. Pemandangan tambahan sepanjang menuruni bukit adalah hamparan hijau kebun sayur dihangatkan berkas mentari pagi. Perjalanan menurun terasa sangat cepat. Namun, tak sedikit yang menggunakan jasa kuda untuk menuruni bukit. Untungnya jalan beton sudah dibuat pola bergaris-garis kasar, jika tidak pasti cukup licin saat menurun tajam. Supir Jeep sudah siaga, kini konvoi dari rombongan HPN masuk ke padang pasir menuju pasir berbisik dan bukit teletabis Parkir kendaraan kini makin jauh, sekitar 2 km dari kaki gunung. Giliran penjaja kuda memiliki ruang lebih luas untuk mengais rejeki. Sebuah kesepakatan yang cukup adil bagi ribuan warga yang terdampak wisata alam gunung Bromo.
Div Naritha

Div Naritha

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in East Java

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Prefer going to Seruni Point if you want less crowd of King Kong view point. We enjoyed stunning views and captured amazing photographs. Here are some tips: - Aim to arrive before sunrise, ideally around 4:00 AM. There are plenty of washrooms and snack corners available to pass the time. - Bring a face mask to avoid inhaling sulfur from the volcano. - Carry a comb and some mint gum. - Carry warm clothes or layers. - Vehicles cannot go beyond one point, Seruni Point is about 400 meters beyond this limit. Horses are available for transport to Seruni Point. - Initially, we were told the path was steep and advised to rent a horse, but we found it only took us 10 minutes to reach the top. If you're fit and able, consider skipping horses. Prices quoted were 200K IDR one way and 300K IDR for a return trip, negotiable depending on the day of the week. - There was a large queue for photography at the top, so arriving early before sunrise is recommended. - On the descent, we found less crowded spots with clear views of Mount Bromo, Batuk, and Semeru available in one frane. Consider taking group photos there.
Piyush Kumar Lodaya

Piyush Kumar Lodaya

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in East Java

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

There are 3 scenic spot area to see sunrise at Bromo from Penanjakan mountain: Bukit Cinta - the lowest, King Kong Hill and Seruni Point. To arrive here you should use Jeep 4/WD since must pass sand caldera, uphill with many extreme sharp hairpinturn. All jeep convoy usually started by 2.00am since need 1.5-2 hours to reach top hill. For Seruni Point due too many jeep and narrow road, we must stop around 200 meter before end point, and use motorbike taxi operated by local people. 1 motorbike will carry 2 passengers, - cost Rp 20.000 each person, together with driver will go to uphill. This is another extreme feeling, since motorbike will run quite fast. Arrival at Seruni point around 4-4.30am, quite enough time to wait sunrise. Prepare thick jacket and hand glove, since temperature around 5 degrees celcius.
Suryadi Hertanto

Suryadi Hertanto

See more posts
See more posts