Menikmati Sunrise di Seruni Point
Malam di Desa Ngadisari dan Lawangsewu, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jatim, terasa sepi hanya terlihat belasan orang lalu lalang. Mobil-mobil Jeep terparkir di tiap rumah. Sepi ini berubah mulai jam 3 dini hari,minggu (10/02/2019). Ini belum ramai, rombongan HPN berjalan perlahan mengikuti jalan setapak.
Bule-bule lebih pilih jalan kaki, lebih murah, dan mereka senang eksplorasi. Terlihat kelompok-kelompok kecil turis asing berjalan di tengah pekatnya malam. Mereka terlihat lebih ringkas, hanya jaket tipis atau syal. Bisa jadi karena tempat tinggalnya lebih dingin dari Bromo. Sementara di musim hujan ini, kami memakai kupluk penutup kepala, sarung tangan, jaket, dan sepatu.
Mobil Jeep terparkir dekat plang besi, menandai larangan area berkendara bagi pengunjung reguler. Pukul 4 dini hari, puluhan Jeep warna warni sudah terparkir di kemiringan bukit, sisi kiri dan kanan jalan.
Warung pertama dan kedua dipenuhi pengunjung. Pembeli berjubel memenuhi warung semi permanen sampai di jalan. Selain minuman hangat, tak sedikit sudah memenui perutnya dengan mie instan.
Ini tidak disarankan jika tidak terlalu lapar, karena kita akan berjalan kaki menanjak. Rawan dimuntahkan jika belum terbiasa nanjak.
Dari titik awal, sejumlah warga penjaja jasa naik kuda sudah merayu, terutama anak-anak. “Masih jauh lho, 2 kilometer nanjak, nanti ada 300 anak tangga,” rayu sejumlah pria pembawa kuda.
Namun tak sedikit anak-anak yang memilih jalan kaki. Bersama keluarga, mereka bercanda memulai langkah-langkah berikutnya ke puncak. Pagi masih amat muda, waktu 1,5 jam cukup leluasa untuk jalan perlahan.
Bagi pendaki rutin, jalur menuju puncak ini bukan apa-apa, apalagi yang sudah sering bolak balik. Seperti bapak-bapak tua dan penjaja kuda.
Sekitar satu jam berjalan santai, tiba juga di bawah anak tangga. Menaiki anak tangga juga perlu kesabaran, tiap beberapa puluh anak tangga ada area datar untuk istirahat. Gugusan Gunung Bromo yang tak henti berasap, Gunung Batok, dan Semeru sudah terlihat saat awan tersingkap. Berselimut kabut, dikelilingi hamparan pasir.
Pukul 05.30, langit sudah berona jingga, sepertinya tak banyak awan tebal yang yang akan menutupi berkas sinarnya. Langkah kaki makin ringan mengayun ke puncak, takut kehilangan momen.
Tiap orang berebut sudut terbaik. Puluhan orang mendaki bukit di atas kuil agar posisinya paling tinggi. Risikonya, bebatuan menggelinding turun bisa mengenai pengunjung lain atau warung di bawahnya.
Bromo memang tak membuat bosan. Masih terasa hening walau menatapnya bersama ratusan pasang mata. Anak-anak muda serius membuat pose menarik, mencari celah dan sudut pandang paling cemerlang versi mereka, atau membuat tulisan di kertas untuk difoto dengan latar sunrise dan gunung. “Kapan ke sini?” demikian salah satu tulisan penggoda dengan menyebut nama temannya. Ingin rasanya menghabiskan pagi sampai siang di sini, namun pukul 6 adalah batas waktu, kesepakatan dengan supir Jeep. Masih ada rute berikutnya.
Pemandangan tambahan sepanjang menuruni bukit adalah hamparan hijau kebun sayur dihangatkan berkas mentari pagi. Perjalanan menurun terasa sangat cepat. Namun, tak sedikit yang menggunakan jasa kuda untuk menuruni bukit. Untungnya jalan beton sudah dibuat pola bergaris-garis kasar, jika tidak pasti cukup licin saat menurun tajam.
Supir Jeep sudah siaga, kini konvoi dari rombongan HPN masuk ke padang pasir menuju pasir berbisik dan bukit teletabis Parkir kendaraan kini makin jauh, sekitar 2 km dari kaki gunung. Giliran penjaja kuda memiliki ruang lebih luas untuk mengais rejeki. Sebuah kesepakatan yang cukup adil bagi ribuan warga yang terdampak wisata alam...
Read moreFor a breathtaking sunrise experience with fewer crowds than King Kong Viewpoint, Seruni Point is your ideal destination. We were treated to stunning vistas and captured truly amazing photographs. Essential Tips for Seruni Point: Early bird gets the view: Aim to arrive around 4:00 AM, well before sunrise. You'll find washrooms and snack corners to comfortably wait. Be prepared: A face mask is crucial for volcanic sulfur. Also, consider bringing a comb and some mint gum for personal comfort. Warm clothes or layers are a must. The final stretch: Vehicles can't go all the way to Seruni Point; it's about a 400-meter walk from the drop-off. Horses are offered for this short distance, but don't be deterred by claims of a steep path – we found it to be an easy 10-minute walk to the summit. Horse prices are approximately IDR 200K for a one-way trip and IDR 300K for a return, though prices can vary. Capture the moment: Arriving early is key to avoiding long queues at the top for photos. On your way down, you'll discover fantastic, less crowded spots offering a single, panoramic frame of Mount Bromo, Batuk, and Semeru, perfect for...
Read morePrefer going to Seruni Point if you want less crowd of King Kong view point. We enjoyed stunning views and captured amazing photographs.
Here are some tips:
Aim to arrive before sunrise, ideally around 4:00 AM. There are plenty of washrooms and snack corners available to pass the time. Bring a face mask to avoid inhaling sulfur from the volcano. Carry a comb and some mint gum. Carry warm clothes or layers. Vehicles cannot go beyond one point, Seruni Point is about 400 meters beyond this limit. Horses are available for transport to Seruni Point. Initially, we were told the path was steep and advised to rent a horse, but we found it only took us 10 minutes to reach the top. If you're fit and able, consider skipping horses. Prices quoted were 200K IDR one way and 300K IDR for a return trip, negotiable depending on the day of the week. There was a large queue for photography at the top, so arriving early before sunrise is recommended. On the descent, we found less crowded spots with clear views of Mount Bromo, Batuk, and Semeru available in one frane. Consider taking group...
Read more