HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Kedaton Kutai Kartanegara — Attraction in East Kalimantan

Name
Kedaton Kutai Kartanegara
Description
Nearby attractions
Mulawarman Museum
Jl. Diponegoro No.26, Panji, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75513, Indonesia
Nearby restaurants
Bebakaran Panjaitan Tenggarong (harga murah rasa luar biasa)
Jl. Mayjend Panjaitan No.26, Panji, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75514, Indonesia
Raffi Seafood
Jln:ahmad yani, Melayu, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75512, Indonesia
Nearby hotels
Elty Suites Lesung Batu
Jl. Panji No.1, Panji, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75111, Indonesia
Airy Tenggarong Panji 1 Kutai Kartanegara
Jl. Panji No.1, Panji, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75513, Indonesia
SPOT ON 92208 Hotel Andira Syariah
Jl. Danau Aji No.100, Melayu, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75512, Indonesia
Related posts
Keywords
Kedaton Kutai Kartanegara tourism.Kedaton Kutai Kartanegara hotels.Kedaton Kutai Kartanegara bed and breakfast. flights to Kedaton Kutai Kartanegara.Kedaton Kutai Kartanegara attractions.Kedaton Kutai Kartanegara restaurants.Kedaton Kutai Kartanegara travel.Kedaton Kutai Kartanegara travel guide.Kedaton Kutai Kartanegara travel blog.Kedaton Kutai Kartanegara pictures.Kedaton Kutai Kartanegara photos.Kedaton Kutai Kartanegara travel tips.Kedaton Kutai Kartanegara maps.Kedaton Kutai Kartanegara things to do.
Kedaton Kutai Kartanegara things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Kedaton Kutai Kartanegara
IndonesiaEast KalimantanKedaton Kutai Kartanegara

Basic Info

Kedaton Kutai Kartanegara

Jl. Monumen Timur, Panji, Kec. Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur 75513, Indonesia
4.5(88)
Open until 12:00 AM
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Scenic
attractions: Mulawarman Museum, restaurants: Bebakaran Panjaitan Tenggarong (harga murah rasa luar biasa), Raffi Seafood
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Open hoursSee all hours
ThuOpen 24 hoursOpen

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in East Kalimantan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in East Kalimantan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in East Kalimantan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Kedaton Kutai Kartanegara

Mulawarman Museum

Mulawarman Museum

Mulawarman Museum

4.5

(2.3K)

Open until 4:00 PM
Click for details

Nearby restaurants of Kedaton Kutai Kartanegara

Bebakaran Panjaitan Tenggarong (harga murah rasa luar biasa)

Raffi Seafood

Bebakaran Panjaitan Tenggarong (harga murah rasa luar biasa)

Bebakaran Panjaitan Tenggarong (harga murah rasa luar biasa)

4.4

(81)

Click for details
Raffi Seafood

Raffi Seafood

4.5

(104)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

ÂĐ 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Posts

IQSebentar GamingIQSebentar Gaming
Kedaton Kutai Kartanegara adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Arsitektur Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istana Kerajaan Kutai Kartanegara.[1] Ruangan istana tampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas.[1] Di sebelah kiri Singgasana terdapat Gamelan Jawa.[1] Di dalam Kedaton juga terdapat banyak ukiran yang berciri khas adat Kutai, Dayak dan Jawa untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak dan kesultanan di Jawa.[1] Catatan mengenai kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman diperoleh dari Carl Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan perjalanannya ke pedalaman sungai Mahakam. Dalam catatannya, Carl Bock menyebutkan mengenai pendapa dari kedaton Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang terbuat dari bahan kayu ulin. Meskipun Kesultanan Kutai sempat berakhir pada tahun 1960-an, yaitu pada masa awal order baru. Namun dengan seiring runtuhnya orde baru pada tahun 1998, beberapa Kesultanan yang merupakan bagian dari Kesultanan Nusantara mulai bangun kembali. Pada tahun 2001 dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kesultanan Kutai Kartanegara mulai dihidupkan kembali. Ini ditandai dengan pengangkatan putera mahkota, yaitu Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara yang baru. Sultan yang baru diangkat ini diberikan gelar berupa H. Adji Mohamad Salehoeddin II. Setelah penerus tahta Kesultanan Kutai Kartanegara ditunjuk kembali pada tahun 2001, pemerintah lokal Kabupaten Kutai Kartanegara lebih lanjut lagi membangun kedaton baru di Tenggarong pada tahun 2002 yang bisa digunakan bagi Sultan untuk melakukan kegiatannya. Kedaton ini dibangun bersebelahan dengan kompleks Masjid Jami’ Aji Amir Hasanoeddin, yaitu masjid yang dibangun pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman. Desain arsitektur dari Kedaton Kutai Kartanegara yang baru dibangun pada tahun 2002 mengikuti bangunan kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman berdasarkan catatan dari Carl Bock. Beberapa pengaruh arsitektur modern juga bisa terlihat dari bangunan Kedaton Kutai Kartanegara. Bangunan kedaton sebagian besar menggunakan beton yang terdiri dari dua lantai dengan atap kayu. Ada dua bagian atap yang dimiliki oleh kedaton dengan atap utama yang terdiri dari tiga tingkat. Tepat dibawah atap ini terdapat 5 pintu utama yang terbuat dari kayu sehingga total ada 10 pintu yang tersebar di dua lantai yang berbeda. Setiap pintu ini mempunyai daun pintu berjumlah masing-masing 2 unit. Pada bagian dalam Kedaton Kutai Kartanegara terdapat singgasana sultan pada bagian tengah bangunan. Lantai singgasana ini ditinggikan sedikit dengan tiga anak tangga dari lantai utama yang semuanya ditutup dengan marmer. Singgasana ini diapit oleh dua buah patung yang merupakan simbol dari Kesultanan Kutai Kartanegara.
sarthit medhasith Suksumretsarthit medhasith Suksumret
āļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļŠāļēāļ§āđ€āļœāđˆāļēāļāļđāđ„āļ—/āļāļđāđ„āļ• āļ‹āļķāđˆāļ‡āļ•āļąāđ‰āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļ­āļĩāļāļāļąāđˆāļ‡āļŦāļ™āļķāđˆāļ‡āļ‚āļ­āļ‡āđāļĄāđˆāļ™āđ‰āļģāļĄāļŦāļēāļāđˆāļģāļ•āļĢāļ‡āļ‚āđ‰āļēāļĄāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āđ‚āļ”āļĒāđƒāļŠāđ‰āļ§āļąāļ‡ (āļāļĢāļēāļ•āļ™) āđ€āļ”āļīāļĄāļ‚āļ­āļ‡āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļŠāļēāļ§āļ āļđāđ„āļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļ„āļĒāļ›āļāļ„āļĢāļ­āļ‡āļ”āļīāļ™āđāļ”āļ™āđāļ–āļšāļ™āļĩāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļ—āļģāļāļēāļĢāļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāđāļšāļšāļĒāļļāđ‚āļĢāļ›āļ‚āļ™āļēāļ”āļĒāđˆāļ­āļĄāļŠāļąāļ”āļŠāđˆāļ§āļ™āļŠāļ§āļĒāļ‡āļēāļĄāļ•āļēāļĄāļŠāļĄāļ„āļ§āļĢ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāļŠāļ­āļ‡āļŠāļąāđ‰āļ™āđāļšāđˆāļ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļĄāļĩāļĨāļēāļ™āļāļ§āđ‰āļēāļ‡āļ„āļąāđˆāļ™āļĢāļ°āļŦāļ§āđˆāļēāļ‡āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļāļąāļšāļāđˆāļēāļĒāđƒāļ™āļ‹āļķāđˆāļ‡āļĄāļĩāļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŦāļąāļšāļ™āļąāļšāļŠāļīāļšāļŦāđ‰āļ­āļ‡āđƒāļŠāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļŠāļīāđˆāļ‡āļĨāļ°āļ­āļąāļ™āļžāļĢāļĢāļ“āļĨāļ°āļ™āđ‰āļ­āļĒāđ€āļĨāđˆāļēāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāđ€āļ›āđ‡āļ™āļĄāļēāļ•āļąāđ‰āļ‡āđāļ•āđˆāļšāļĢāļĢāļžāļāļēāļĨāļ•āļĨāļ­āļ”āļˆāļ™āļ—āļĢāļąāļžāļĒāđŒāđƒāļ™āļ”āļīāļ™āļŠāļīāļ™āđƒāļ™āļ™āđ‰āļģāļ‚āļ­āļ‡āļ—āļĩāđˆāļ™āļĩāđˆ āđāļ•āđˆāļ–āđ‰āļēāđ€āļˆāļēāļ°āļˆāļ‡āļĨāļ‡āđ„āļ›āļ–āļķāļ‡āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĄāļŦāļĢāļĢāļ†āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļ‚āļ­āļ‡āđ€āļˆāđ‰āļēāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļŠāđˆāļ§āļ™āđƒāļŦāļāđˆāļāđ‡āļŠāļđāļāļŦāļēāļĒāđ„āļ›āļāļąāļšāļāļēāļĢāđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āđāļ›āļĨāļ‡āļ—āļēāļ‡āļāļēāļĢāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡ āļĄāļĩāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļĨāđˆāļēāļ§āđˆāļēāļ‚āļ­āļ‡āļˆāļĢāļīāļ‡āļ”āļąāđ‰āļ‡āđ€āļ”āļīāļĄāļ–āļđāļāđ€āļˆāđ‰āļēāļ­āļēāļ“āļēāļ™āļīāļ„āļĄ/āļ”āļąāļ•āļŠāđŒāļ›āļĨāđ‰āļ™āļŠāļ°āļ”āļĄāđ„āļ› āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļāđ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āļˆāļģāļĨāļ­āļ‡āļ‚āļķāđ‰āļ™āđāļ•āđˆāļāđ‡āļĒāļąāļ‡āđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļđāļ›āđ‚āļ āļ„āļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļ‡āļīāļ™āļ—āļĩāđˆāļžāļ­āļ™āļąāļšāļˆāļģāļ™āļ§āļ™āđ„āļ”āđ‰āļ­āļĩāļāļ™āļīāļ”āļŦāļ™āđˆāļ­āļĒāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ–āļķāļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāļĢāļļāđˆāļ‡āđ€āļĢāļ·āļ­āļ‡āđƒāļ™āļ­āļ”āļĩāļ• āļŠāđˆāļ§āļ™āļ­āļ āļīāļĢāļļāļĄāļŠāļļāļĄāļŠāļēāļĒāđāļĨāļ°āļ‰āļąāļ•āļĢāļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āđ„āļĄāđˆāļĄāļĩāļ„āđˆāļēāđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āļ­āļĒāļđāđˆāđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āđ‰āļēāđ€āļ‡āļ·āđˆāļ­āļ™ āļ—āļĩāđˆāļ™āđˆāļēāļ›āļĢāļ°āļŦāļĨāļēāļ”āđƒāļˆāļ„āļ·āļ­āļāļēāļĢāļŠāļ·āļšāļ„āđ‰āļ™āļ•āđ‰āļ™āļ§āļ‡āļĻāđŒ "āļ­āļŠāļąāļāđāļ”āļŦāļ§āļē" āļ‚āļķāđ‰āļ™āđ„āļ›āđ„āļ”āđ‰āļāļ§āđˆāļēāđ€āļˆāđ‡āļ”āļĢāđ‰āļ­āļĒāļ›āļĩ āđ€āļĢāļīāđˆāļĄāļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļīāļŠāļ•āđŒāļĻāļ•āļ§āļĢāļĢāļĐāļ—āļĩāđˆ 13/14 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļĒāļąāļ‡āļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļĻāļēāļŠāļ™āļēāļŪāļīāļ™āļ”āļđāļ„āļ·āļ­āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļēāļ āļąāļ—āļĢāļ­āļēāļāļ‡āđ€āļ—āļ§āļĻāļąāļāļ•āļī ( Batara Agong Dewa Sakti ) āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1300 āļˆāļ™āļ–āļķāļ‡āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļē āļ›āļąāļāļˆāļĢāļąāļāļ­āļ™āļąāļĄāļ›āļąāļāļˆāļĄāļąāļ“āđ€āļ—āļž ( Pangeran Anum Panja Mendapa ) āļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 1700-1735 āļˆāļķāļ‡āđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āļĄāļēāļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļ­āļīāļŠāļĨāļēāļĄāļŠāļĄāļąāļĒ āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļīāļ”āļīāļĢāđŒāļŠ ( Sultan Muhammad Idris) āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1735-1778 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ–āļķāļ‡āļŠāļĄāļąāļĒāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ‹āļēāļ­āļļāļ”āļīāļ™ āļ—āļĩāđˆ 2 āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 2001 āļ–āļķāļ‡ 2018 āļŦāļĨāļąāļ‡āļˆāļēāļāļŠāļīāđ‰āļ™āļžāļĢāļ°āļŠāļ™āļĄāđŒāļāđ‡āļĒāļāđ€āļĨāļīāļāļĢāļ°āļšāļšāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āđ„āļ› āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āļ—āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļēāļĢāļĩāļŸāļīāļ™ ( Muhammad Arifin) āļ™āļąāļšāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ•āđ‰āļ™āļŠāļāļļāļĨāđāļĨāļ°āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ›āļĢāļ°āļ˜āļēāļ™āđƒāļ™āļžāļīāļ˜āļĩāļ—āļĩāđˆāļ–āļ·āļ­āļ›āļŽāļīāļšāļąāļ•āļīāļ•āļēāļĄāļ›āļĢāļ°āđ€āļžāļ“āļĩāđ€āļ”āļīāļĄ āļŠāđˆāļ§āļ™āļ§āļąāļ‡/āļāļĢāļēāļ•āļ™ āļ—āļĩāđˆāđƒāļŠāđ‰āļ›āļĢāļ°āļāļ­āļšāļžāļīāļ˜āļĩāļāļĢāļĢāļĄāļāđ‡āļ­āļĒāļđāđˆāđ„āļĄāđˆāļŦāđˆāļēāļ‡āļˆāļēāļāļ§āļąāļ‡āđ€āļ”āļīāļĄāļ—āļĩāđˆāđƒāļŠāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒ
Ardian Perdana PutraArdian Perdana Putra
I visited this historical place on Erau Festival 2013, as my duty as a Journalist. Beautiful building with mystical nuance around it. An unforgetful moment in my life.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in East Kalimantan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Kedaton Kutai Kartanegara adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Arsitektur Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istana Kerajaan Kutai Kartanegara.[1] Ruangan istana tampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas.[1] Di sebelah kiri Singgasana terdapat Gamelan Jawa.[1] Di dalam Kedaton juga terdapat banyak ukiran yang berciri khas adat Kutai, Dayak dan Jawa untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak dan kesultanan di Jawa.[1] Catatan mengenai kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman diperoleh dari Carl Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan perjalanannya ke pedalaman sungai Mahakam. Dalam catatannya, Carl Bock menyebutkan mengenai pendapa dari kedaton Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang terbuat dari bahan kayu ulin. Meskipun Kesultanan Kutai sempat berakhir pada tahun 1960-an, yaitu pada masa awal order baru. Namun dengan seiring runtuhnya orde baru pada tahun 1998, beberapa Kesultanan yang merupakan bagian dari Kesultanan Nusantara mulai bangun kembali. Pada tahun 2001 dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kesultanan Kutai Kartanegara mulai dihidupkan kembali. Ini ditandai dengan pengangkatan putera mahkota, yaitu Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara yang baru. Sultan yang baru diangkat ini diberikan gelar berupa H. Adji Mohamad Salehoeddin II. Setelah penerus tahta Kesultanan Kutai Kartanegara ditunjuk kembali pada tahun 2001, pemerintah lokal Kabupaten Kutai Kartanegara lebih lanjut lagi membangun kedaton baru di Tenggarong pada tahun 2002 yang bisa digunakan bagi Sultan untuk melakukan kegiatannya. Kedaton ini dibangun bersebelahan dengan kompleks Masjid Jami’ Aji Amir Hasanoeddin, yaitu masjid yang dibangun pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman. Desain arsitektur dari Kedaton Kutai Kartanegara yang baru dibangun pada tahun 2002 mengikuti bangunan kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman berdasarkan catatan dari Carl Bock. Beberapa pengaruh arsitektur modern juga bisa terlihat dari bangunan Kedaton Kutai Kartanegara. Bangunan kedaton sebagian besar menggunakan beton yang terdiri dari dua lantai dengan atap kayu. Ada dua bagian atap yang dimiliki oleh kedaton dengan atap utama yang terdiri dari tiga tingkat. Tepat dibawah atap ini terdapat 5 pintu utama yang terbuat dari kayu sehingga total ada 10 pintu yang tersebar di dua lantai yang berbeda. Setiap pintu ini mempunyai daun pintu berjumlah masing-masing 2 unit. Pada bagian dalam Kedaton Kutai Kartanegara terdapat singgasana sultan pada bagian tengah bangunan. Lantai singgasana ini ditinggikan sedikit dengan tiga anak tangga dari lantai utama yang semuanya ditutup dengan marmer. Singgasana ini diapit oleh dua buah patung yang merupakan simbol dari Kesultanan Kutai Kartanegara.
IQSebentar Gaming

IQSebentar Gaming

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in East Kalimantan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
āļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļŠāļēāļ§āđ€āļœāđˆāļēāļāļđāđ„āļ—/āļāļđāđ„āļ• āļ‹āļķāđˆāļ‡āļ•āļąāđ‰āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļ­āļĩāļāļāļąāđˆāļ‡āļŦāļ™āļķāđˆāļ‡āļ‚āļ­āļ‡āđāļĄāđˆāļ™āđ‰āļģāļĄāļŦāļēāļāđˆāļģāļ•āļĢāļ‡āļ‚āđ‰āļēāļĄāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āđ‚āļ”āļĒāđƒāļŠāđ‰āļ§āļąāļ‡ (āļāļĢāļēāļ•āļ™) āđ€āļ”āļīāļĄāļ‚āļ­āļ‡āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļŠāļēāļ§āļ āļđāđ„āļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļ„āļĒāļ›āļāļ„āļĢāļ­āļ‡āļ”āļīāļ™āđāļ”āļ™āđāļ–āļšāļ™āļĩāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļ—āļģāļāļēāļĢāļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāđāļšāļšāļĒāļļāđ‚āļĢāļ›āļ‚āļ™āļēāļ”āļĒāđˆāļ­āļĄāļŠāļąāļ”āļŠāđˆāļ§āļ™āļŠāļ§āļĒāļ‡āļēāļĄāļ•āļēāļĄāļŠāļĄāļ„āļ§āļĢ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāļŠāļ­āļ‡āļŠāļąāđ‰āļ™āđāļšāđˆāļ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļĄāļĩāļĨāļēāļ™āļāļ§āđ‰āļēāļ‡āļ„āļąāđˆāļ™āļĢāļ°āļŦāļ§āđˆāļēāļ‡āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļāļąāļšāļāđˆāļēāļĒāđƒāļ™āļ‹āļķāđˆāļ‡āļĄāļĩāļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŦāļąāļšāļ™āļąāļšāļŠāļīāļšāļŦāđ‰āļ­āļ‡āđƒāļŠāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļŠāļīāđˆāļ‡āļĨāļ°āļ­āļąāļ™āļžāļĢāļĢāļ“āļĨāļ°āļ™āđ‰āļ­āļĒāđ€āļĨāđˆāļēāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāđ€āļ›āđ‡āļ™āļĄāļēāļ•āļąāđ‰āļ‡āđāļ•āđˆāļšāļĢāļĢāļžāļāļēāļĨāļ•āļĨāļ­āļ”āļˆāļ™āļ—āļĢāļąāļžāļĒāđŒāđƒāļ™āļ”āļīāļ™āļŠāļīāļ™āđƒāļ™āļ™āđ‰āļģāļ‚āļ­āļ‡āļ—āļĩāđˆāļ™āļĩāđˆ āđāļ•āđˆāļ–āđ‰āļēāđ€āļˆāļēāļ°āļˆāļ‡āļĨāļ‡āđ„āļ›āļ–āļķāļ‡āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĄāļŦāļĢāļĢāļ†āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļ‚āļ­āļ‡āđ€āļˆāđ‰āļēāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļŠāđˆāļ§āļ™āđƒāļŦāļāđˆāļāđ‡āļŠāļđāļāļŦāļēāļĒāđ„āļ›āļāļąāļšāļāļēāļĢāđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āđāļ›āļĨāļ‡āļ—āļēāļ‡āļāļēāļĢāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡ āļĄāļĩāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļĨāđˆāļēāļ§āđˆāļēāļ‚āļ­āļ‡āļˆāļĢāļīāļ‡āļ”āļąāđ‰āļ‡āđ€āļ”āļīāļĄāļ–āļđāļāđ€āļˆāđ‰āļēāļ­āļēāļ“āļēāļ™āļīāļ„āļĄ/āļ”āļąāļ•āļŠāđŒāļ›āļĨāđ‰āļ™āļŠāļ°āļ”āļĄāđ„āļ› āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļāđ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āļˆāļģāļĨāļ­āļ‡āļ‚āļķāđ‰āļ™āđāļ•āđˆāļāđ‡āļĒāļąāļ‡āđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļđāļ›āđ‚āļ āļ„āļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļ‡āļīāļ™āļ—āļĩāđˆāļžāļ­āļ™āļąāļšāļˆāļģāļ™āļ§āļ™āđ„āļ”āđ‰āļ­āļĩāļāļ™āļīāļ”āļŦāļ™āđˆāļ­āļĒāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ–āļķāļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāļĢāļļāđˆāļ‡āđ€āļĢāļ·āļ­āļ‡āđƒāļ™āļ­āļ”āļĩāļ• āļŠāđˆāļ§āļ™āļ­āļ āļīāļĢāļļāļĄāļŠāļļāļĄāļŠāļēāļĒāđāļĨāļ°āļ‰āļąāļ•āļĢāļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āđ„āļĄāđˆāļĄāļĩāļ„āđˆāļēāđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āļ­āļĒāļđāđˆāđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āđ‰āļēāđ€āļ‡āļ·āđˆāļ­āļ™ āļ—āļĩāđˆāļ™āđˆāļēāļ›āļĢāļ°āļŦāļĨāļēāļ”āđƒāļˆāļ„āļ·āļ­āļāļēāļĢāļŠāļ·āļšāļ„āđ‰āļ™āļ•āđ‰āļ™āļ§āļ‡āļĻāđŒ "āļ­āļŠāļąāļāđāļ”āļŦāļ§āļē" āļ‚āļķāđ‰āļ™āđ„āļ›āđ„āļ”āđ‰āļāļ§āđˆāļēāđ€āļˆāđ‡āļ”āļĢāđ‰āļ­āļĒāļ›āļĩ āđ€āļĢāļīāđˆāļĄāļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļīāļŠāļ•āđŒāļĻāļ•āļ§āļĢāļĢāļĐāļ—āļĩāđˆ 13/14 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļĒāļąāļ‡āļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļĻāļēāļŠāļ™āļēāļŪāļīāļ™āļ”āļđāļ„āļ·āļ­āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļēāļ āļąāļ—āļĢāļ­āļēāļāļ‡āđ€āļ—āļ§āļĻāļąāļāļ•āļī ( Batara Agong Dewa Sakti ) āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1300 āļˆāļ™āļ–āļķāļ‡āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļē āļ›āļąāļāļˆāļĢāļąāļāļ­āļ™āļąāļĄāļ›āļąāļāļˆāļĄāļąāļ“āđ€āļ—āļž ( Pangeran Anum Panja Mendapa ) āļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 1700-1735 āļˆāļķāļ‡āđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āļĄāļēāļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļ­āļīāļŠāļĨāļēāļĄāļŠāļĄāļąāļĒ āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļīāļ”āļīāļĢāđŒāļŠ ( Sultan Muhammad Idris) āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1735-1778 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ–āļķāļ‡āļŠāļĄāļąāļĒāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ‹āļēāļ­āļļāļ”āļīāļ™ āļ—āļĩāđˆ 2 āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 2001 āļ–āļķāļ‡ 2018 āļŦāļĨāļąāļ‡āļˆāļēāļāļŠāļīāđ‰āļ™āļžāļĢāļ°āļŠāļ™āļĄāđŒāļāđ‡āļĒāļāđ€āļĨāļīāļāļĢāļ°āļšāļšāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āđ„āļ› āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āļ—āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļēāļĢāļĩāļŸāļīāļ™ ( Muhammad Arifin) āļ™āļąāļšāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ•āđ‰āļ™āļŠāļāļļāļĨāđāļĨāļ°āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ›āļĢāļ°āļ˜āļēāļ™āđƒāļ™āļžāļīāļ˜āļĩāļ—āļĩāđˆāļ–āļ·āļ­āļ›āļŽāļīāļšāļąāļ•āļīāļ•āļēāļĄāļ›āļĢāļ°āđ€āļžāļ“āļĩāđ€āļ”āļīāļĄ āļŠāđˆāļ§āļ™āļ§āļąāļ‡/āļāļĢāļēāļ•āļ™ āļ—āļĩāđˆāđƒāļŠāđ‰āļ›āļĢāļ°āļāļ­āļšāļžāļīāļ˜āļĩāļāļĢāļĢāļĄāļāđ‡āļ­āļĒāļđāđˆāđ„āļĄāđˆāļŦāđˆāļēāļ‡āļˆāļēāļāļ§āļąāļ‡āđ€āļ”āļīāļĄāļ—āļĩāđˆāđƒāļŠāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒ
sarthit medhasith Suksumret

sarthit medhasith Suksumret

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in East Kalimantan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

I visited this historical place on Erau Festival 2013, as my duty as a Journalist. Beautiful building with mystical nuance around it. An unforgetful moment in my life.
Ardian Perdana Putra

Ardian Perdana Putra

See more posts
See more posts

Reviews of Kedaton Kutai Kartanegara

4.5
(88)
avatar
5.0
7y

Kedaton Kutai Kartanegara adalah istana milik Sultan Kutai Kartanegara yang terletak di pusat kota Tenggarong, Kalimantan Timur, Indonesia. Istana ini selesai dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2002 setelah dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.

Arsitektur Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istana Kerajaan Kutai Kartanegara.[1] Ruangan istana tampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas.[1] Di sebelah kiri Singgasana terdapat Gamelan Jawa.[1] Di dalam Kedaton juga terdapat banyak ukiran yang berciri khas adat Kutai, Dayak dan Jawa untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak dan kesultanan di Jawa.[1]

Catatan mengenai kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman diperoleh dari Carl Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan perjalanannya ke pedalaman sungai Mahakam. Dalam catatannya, Carl Bock menyebutkan mengenai pendapa dari kedaton Aji Sultan Muhammad Sulaiman yang terbuat dari bahan kayu ulin. Meskipun Kesultanan Kutai sempat berakhir pada tahun 1960-an, yaitu pada masa awal order baru. Namun dengan seiring runtuhnya orde baru pada tahun 1998, beberapa Kesultanan yang merupakan bagian dari Kesultanan Nusantara mulai bangun kembali. Pada tahun 2001 dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kesultanan Kutai Kartanegara mulai dihidupkan kembali. Ini ditandai dengan pengangkatan putera mahkota, yaitu Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara yang baru. Sultan yang baru diangkat ini diberikan gelar berupa H. Adji Mohamad Salehoeddin II. Setelah penerus tahta Kesultanan Kutai Kartanegara ditunjuk kembali pada tahun 2001, pemerintah lokal Kabupaten Kutai Kartanegara lebih lanjut lagi membangun kedaton baru di Tenggarong pada tahun 2002 yang bisa digunakan bagi Sultan untuk melakukan kegiatannya. Kedaton ini dibangun bersebelahan dengan kompleks Masjid Jami’ Aji Amir Hasanoeddin, yaitu masjid yang dibangun pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman. Desain arsitektur dari Kedaton Kutai Kartanegara yang baru dibangun pada tahun 2002 mengikuti bangunan kedaton pada masa Aji Sultan Muhammad Sulaiman berdasarkan catatan dari Carl Bock. Beberapa pengaruh arsitektur modern juga bisa terlihat dari bangunan Kedaton Kutai Kartanegara. Bangunan kedaton sebagian besar menggunakan beton yang terdiri dari dua lantai dengan atap kayu. Ada dua bagian atap yang dimiliki oleh kedaton dengan atap utama yang terdiri dari tiga tingkat. Tepat dibawah atap ini terdapat 5 pintu utama yang terbuat dari kayu sehingga total ada 10 pintu yang tersebar di dua lantai yang berbeda. Setiap pintu ini mempunyai daun pintu berjumlah masing-masing 2 unit. Pada bagian dalam Kedaton Kutai Kartanegara terdapat singgasana sultan pada bagian tengah bangunan. Lantai singgasana ini ditinggikan sedikit dengan tiga anak tangga dari lantai utama yang semuanya ditutup dengan marmer. Singgasana ini diapit oleh dua buah patung yang merupakan simbol dari Kesultanan Kutai...

   Read more
avatar
4.0
21w

āļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļŠāļēāļ§āđ€āļœāđˆāļēāļāļđāđ„āļ—/āļāļđāđ„āļ• āļ‹āļķāđˆāļ‡āļ•āļąāđ‰āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļ­āļĩāļāļāļąāđˆāļ‡āļŦāļ™āļķāđˆāļ‡āļ‚āļ­āļ‡āđāļĄāđˆāļ™āđ‰āļģāļĄāļŦāļēāļāđˆāļģāļ•āļĢāļ‡āļ‚āđ‰āļēāļĄāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āđ‚āļ”āļĒāđƒāļŠāđ‰āļ§āļąāļ‡ (āļāļĢāļēāļ•āļ™) āđ€āļ”āļīāļĄāļ‚āļ­āļ‡āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļŠāļēāļ§āļ āļđāđ„āļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļ„āļĒāļ›āļāļ„āļĢāļ­āļ‡āļ”āļīāļ™āđāļ”āļ™āđāļ–āļšāļ™āļĩāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļ—āļģāļāļēāļĢāļžāļīāļžāļīāļ˜āļ āļąāļ“āļ‘āđŒ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāđāļšāļšāļĒāļļāđ‚āļĢāļ›āļ‚āļ™āļēāļ”āļĒāđˆāļ­āļĄāļŠāļąāļ”āļŠāđˆāļ§āļ™āļŠāļ§āļĒāļ‡āļēāļĄāļ•āļēāļĄāļŠāļĄāļ„āļ§āļĢ āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ­āļēāļ„āļēāļĢāļŠāļ­āļ‡āļŠāļąāđ‰āļ™āđāļšāđˆāļ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļĄāļĩāļĨāļēāļ™āļāļ§āđ‰āļēāļ‡āļ„āļąāđˆāļ™āļĢāļ°āļŦāļ§āđˆāļēāļ‡āļ—āđ‰āļ­āļ‡āļžāļĢāļ°āđ‚āļĢāļ‡āļāļąāļšāļāđˆāļēāļĒāđƒāļ™āļ‹āļķāđˆāļ‡āļĄāļĩāļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŦāļąāļšāļ™āļąāļšāļŠāļīāļšāļŦāđ‰āļ­āļ‡āđƒāļŠāđ‰āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļŠāļīāđˆāļ‡āļĨāļ°āļ­āļąāļ™āļžāļĢāļĢāļ“āļĨāļ°āļ™āđ‰āļ­āļĒāđ€āļĨāđˆāļēāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāđ€āļ›āđ‡āļ™āļĄāļēāļ•āļąāđ‰āļ‡āđāļ•āđˆāļšāļĢāļĢāļžāļāļēāļĨāļ•āļĨāļ­āļ”āļˆāļ™āļ—āļĢāļąāļžāļĒāđŒāđƒāļ™āļ”āļīāļ™āļŠāļīāļ™āđƒāļ™āļ™āđ‰āļģāļ‚āļ­āļ‡āļ—āļĩāđˆāļ™āļĩāđˆ āđāļ•āđˆāļ–āđ‰āļēāđ€āļˆāļēāļ°āļˆāļ‡āļĨāļ‡āđ„āļ›āļ–āļķāļ‡āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĄāļŦāļĢāļĢāļ†āļ āļąāļ“āļ‘āđŒāļ‚āļ­āļ‡āđ€āļˆāđ‰āļēāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡āļŠāđˆāļ§āļ™āđƒāļŦāļāđˆāļāđ‡āļŠāļđāļāļŦāļēāļĒāđ„āļ›āļāļąāļšāļāļēāļĢāđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āđāļ›āļĨāļ‡āļ—āļēāļ‡āļāļēāļĢāđ€āļĄāļ·āļ­āļ‡ āļĄāļĩāđ€āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļĨāđˆāļēāļ§āđˆāļēāļ‚āļ­āļ‡āļˆāļĢāļīāļ‡āļ”āļąāđ‰āļ‡āđ€āļ”āļīāļĄāļ–āļđāļāđ€āļˆāđ‰āļēāļ­āļēāļ“āļēāļ™āļīāļ„āļĄ/āļ”āļąāļ•āļŠāđŒāļ›āļĨāđ‰āļ™āļŠāļ°āļ”āļĄāđ„āļ› āļ—āļĩāđˆāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āļ­āļĒāļđāđˆāļāđ‡āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āļˆāļģāļĨāļ­āļ‡āļ‚āļķāđ‰āļ™āđāļ•āđˆāļāđ‡āļĒāļąāļ‡āđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļđāļ›āđ‚āļ āļ„āļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āļĢāļ·āđˆāļ­āļ‡āđ€āļ‡āļīāļ™āļ—āļĩāđˆāļžāļ­āļ™āļąāļšāļˆāļģāļ™āļ§āļ™āđ„āļ”āđ‰āļ­āļĩāļāļ™āļīāļ”āļŦāļ™āđˆāļ­āļĒāļˆāļąāļ”āđāļŠāļ”āļ‡āđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āļ–āļķāļ‡āļ„āļ§āļēāļĄāļĢāļļāđˆāļ‡āđ€āļĢāļ·āļ­āļ‡āđƒāļ™āļ­āļ”āļĩāļ• āļŠāđˆāļ§āļ™āļ­āļ āļīāļĢāļļāļĄāļŠāļļāļĄāļŠāļēāļĒāđāļĨāļ°āļ‰āļąāļ•āļĢāļ—āļĩāđˆāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ‚āļ­āļ‡āđ„āļĄāđˆāļĄāļĩāļ„āđˆāļēāđ€āļŦāļĨāļ·āļ­āļ­āļĒāļđāđˆāđƒāļŦāđ‰āđ€āļŦāđ‡āļ™āđ€āļ›āđ‡āļ™āđ€āļ„āđ‰āļēāđ€āļ‡āļ·āđˆāļ­āļ™ āļ—āļĩāđˆāļ™āđˆāļēāļ›āļĢāļ°āļŦāļĨāļēāļ”āđƒāļˆāļ„āļ·āļ­āļāļēāļĢāļŠāļ·āļšāļ„āđ‰āļ™āļ•āđ‰āļ™āļ§āļ‡āļĻāđŒ "āļ­āļŠāļąāļāđāļ”āļŦāļ§āļē" āļ‚āļķāđ‰āļ™āđ„āļ›āđ„āļ”āđ‰āļāļ§āđˆāļēāđ€āļˆāđ‡āļ”āļĢāđ‰āļ­āļĒāļ›āļĩ āđ€āļĢāļīāđˆāļĄāļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļīāļŠāļ•āđŒāļĻāļ•āļ§āļĢāļĢāļĐāļ—āļĩāđˆ 13/14 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļĒāļąāļ‡āļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļĻāļēāļŠāļ™āļēāļŪāļīāļ™āļ”āļđāļ„āļ·āļ­āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļēāļ āļąāļ—āļĢāļ­āļēāļāļ‡āđ€āļ—āļ§āļĻāļąāļāļ•āļī ( Batara Agong Dewa Sakti ) āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1300 āļˆāļ™āļ–āļķāļ‡āļžāļĢāļ°āđ€āļˆāđ‰āļē āļ›āļąāļāļˆāļĢāļąāļāļ­āļ™āļąāļĄāļ›āļąāļāļˆāļĄāļąāļ“āđ€āļ—āļž ( Pangeran Anum Panja Mendapa ) āļ—āļĩāđˆāļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 1700-1735 āļˆāļķāļ‡āđ€āļ›āļĨāļĩāđˆāļĒāļ™āļĄāļēāļ™āļąāļšāļ–āļ·āļ­āļ­āļīāļŠāļĨāļēāļĄāļŠāļĄāļąāļĒ āļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļīāļ”āļīāļĢāđŒāļŠ ( Sultan Muhammad Idris) āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡āļ›āļĩ āļ„.āļĻ.1735-1778 āđ€āļĄāļ·āđˆāļ­āļ–āļķāļ‡āļŠāļĄāļąāļĒāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ‹āļēāļ­āļļāļ”āļīāļ™ āļ—āļĩāđˆ 2 āļ„āļĢāļ­āļ‡āļĢāļēāļŠāļĒāđŒāļŠāđˆāļ§āļ‡ āļ„.āļĻ. 2001 āļ–āļķāļ‡ 2018 āļŦāļĨāļąāļ‡āļˆāļēāļāļŠāļīāđ‰āļ™āļžāļĢāļ°āļŠāļ™āļĄāđŒāļāđ‡āļĒāļāđ€āļĨāļīāļāļĢāļ°āļšāļšāļŠāļļāļĨāļ•āđˆāļēāļ™āđ„āļ› āļ›āļąāļˆāļˆāļļāļšāļąāļ™ āļ—āđˆāļēāļ™āļĄāļđāļŪāļąāļĄāļŦāļĄāļąāļ”āļ­āļēāļĢāļĩāļŸāļīāļ™ ( Muhammad Arifin) āļ™āļąāļšāđ€āļ›āđ‡āļ™āļ•āđ‰āļ™āļŠāļāļļāļĨāđāļĨāļ°āđ€āļ›āđ‡āļ™āļ›āļĢāļ°āļ˜āļēāļ™āđƒāļ™āļžāļīāļ˜āļĩāļ—āļĩāđˆāļ–āļ·āļ­āļ›āļŽāļīāļšāļąāļ•āļīāļ•āļēāļĄāļ›āļĢāļ°āđ€āļžāļ“āļĩāđ€āļ”āļīāļĄ āļŠāđˆāļ§āļ™āļ§āļąāļ‡/āļāļĢāļēāļ•āļ™...

   Read more
avatar
5.0
7y

One of historical place in Tenggarong. So many stories that we can learn when visit this place. Not only part of kutai kertanegara kingdom but also museum off many things available in here....

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next