Cagar budaya yang patut dijaga dan dilestarikan, terdapat patung wr. Supratman sambil memegang biola kesayangannya. Meski rumahnya kecil, namun kenangan yang ada tak bisa hilang begitu saja. Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo dan wafat di Jalan Mangga 21 Surabaya. Rumah wafat pencipta lagu Indonesia raya itu kini telah menjadi museum sekaligus menjadi bangunan cagar budaya di Surabaya. Rumah kecil dengan luas 5x10 meter itu memiliki dua kamar. Kamar di sebelah kanan merupakan kamar keluarga Roekiyem dan kamar di sebelah kiri adalah kamar WR Soepratman. Pada kamar WR Soepratman terdapat kasur miliknya yang dibawa langsung dari Purworejo. Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17...
Read moreBerlokasi dekat taman mundu dan stadion gelora sepuluh nopember, bangunan ini hampir tak dikenal karena letak dan akses menuju ke sana yang agak rumit. Ditambah lagi tidak ada petunjuk yang jelas di kedua lokasi utama yang saya sebutkan tadi. Padahal bangunan ini merupakan suatu simbol sejarah yang bisa menjadi bahan belajar riwayat hidup tokoh, Wage Soepratman. Karena di sana dijelaskan perjalanan hidup beliau dan biola yang legendaris itu. Bangunan ini bisa dikenali karena adanya tiang bendera dan patung dari W.R. Soepratman. Bangunan museum tergolong sempit karena hanya ada 2 kamar, 1 ruang tamu, 1 toilet dan 1 gudang di bagian belakang museum. Pengelolaan bangunan dikelola dengan sangat baik, terbukti dari terawatnya bangunan mulai dari segi kebersihan dan kerapihan barang-barang di sana. Dan ada petugas penjaga bangunan yang setiap hari sampai pukul 17.00 WIB selalu berjaga di sana untuk merawat dan menjaga bangunan tersebut kecuali hari Senin libur. Kondisi bangunan masih asli tapi kurasa ada sedikit perubahan yaitu bagian toiletnya yang terkesan mewah, selebihnya ada sedikit penambahan furnitur tempat duduk untuk pengunjung. Kekurangan yang lain yaitu kurangnya lahan parkir dan rak sepatu karena memang wajib melepas alas kaki saat mau masuk rumah tersebut. Tapi overall sangat bagus dan menarik dan tentunya bisa dikembangkan lagi untuk salah satu objek wisata sejarah di Kota...
Read moreMuseum ini hanya punya 3 ruangan yang terbagi menjadi 2 kamar dan 1 ruang tengah. Sederhana, tapi mengambarkan kisah perjuangan Wage Rudolf Soepratman yang tergolong singkat. Museum ini adalah bekas rumah kakak dari WR Soepratman dan disinilah alm menghembuskan nafas terakhir di umur yang cukup muda yaitu 34 tahun. Alm pun juga belum menikah hingga akhir hayat nya.
Museum ini berada di perkampungan dengan lingkungan mayoritas Kristen. Meski harus memasuki wilayah perkampungan, pemerintah Surabaya sebagai pengelola telah menyediakan petunjuk yang sangat jelas menuju museum ini.
Bagi yang hendak menuju museum menggunakan motor, dapat parkir di depan museum. Bila menggunakan mobil atau kendaraan besar lainnya, sebaik nya parkir di Lahan Parkiran Taman Mundu yang lebih luas.
Di museum ini, teman-teman akan dipandu oleh Guide Profesional bernama mas Arif yang akan menceritakan kisah hidup WR Soepratman dengan detail dari lahir hingga menghembuskan nafas terakhir. Terimakasih mas Arif untuk Guidence nya ^^
Setelah itu, teman-teman dapat berkeliling, untuk melihat lebih sesama dan jangan lupa untuk berfoto. Greet Job untuk Museum WR Soepratman. Thanks Surabaya, The...
Read more