HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Candi Tikus — Attraction in Trowulan

Name
Candi Tikus
Description
Nearby attractions
Candi Bajang Ratu
Jl. Candi Tikus No.9, Pelem, Temon, Kec. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur 61362, Indonesia
Situs Kumitir
CCH6+JV4, Unnamed Road, Sedati, Kumitir, Jatirejo, Mojokerto Regency, East Java 61373, Indonesia
Nearby restaurants
Nearby hotels
Related posts
Keywords
Candi Tikus tourism.Candi Tikus hotels.Candi Tikus bed and breakfast. flights to Candi Tikus.Candi Tikus attractions.Candi Tikus restaurants.Candi Tikus travel.Candi Tikus travel guide.Candi Tikus travel blog.Candi Tikus pictures.Candi Tikus photos.Candi Tikus travel tips.Candi Tikus maps.Candi Tikus things to do.
Candi Tikus things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Candi Tikus
IndonesiaEast JavaTrowulanCandi Tikus

Basic Info

Candi Tikus

CCH3+7CM, Jalan Raya Trowulan, Jatirejo, Temon, Kec. Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur 61362, Indonesia
4.5(1.1K)
Open until 4:00 PM
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Outdoor
Family friendly
attractions: Candi Bajang Ratu, Situs Kumitir, restaurants:
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Open hoursSee all hours
Tue7 AM - 4 PMOpen

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Trowulan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Trowulan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Trowulan
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Candi Tikus

Candi Bajang Ratu

Situs Kumitir

Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu

4.6

(1.2K)

Open until 3:00 PM
Click for details
Situs Kumitir

Situs Kumitir

4.6

(58)

Open 24 hours
Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Candi Tikus

4.5
(1,056)
avatar
4.0
5y

Candi Tikus (Rat Temple) is a relic of the Hindu-style kingdom located in the Trowulan Complex, precisely in the hamlet of Dinuk, Temon Village, Trowulan District, Mojokerto Regency, East Java. The name 'Rat' is just a designation used by the local community. It is said that, when it was discovered, the place where the temple is located is a rat's nest. The building of the Candi Tikus resembles a "pool" in the form of a pond with several buildings in it. Nearly all rectangular buildings with a size of 29.5 m x 28.25 m are made of red bricks. Interestingly, it is located lower than about 3.5 m from the surrounding land surface. On the top surface there is a corridor about 75 cm wide that surrounds the building. On the inner side, down about 1 m, there is a wider corridor around the edge of the pond. The entrance to the temple is on the north side, in the form of a 3.5 m wide ladder leading to the bottom of the pool. Another interesting thing is the presence of two types of bricks of different sizes used in the construction of this temple. The temple's foot consists of a large arrangement of red bricks that are closed with a smaller size of red bricks. Aside from the foot of the building, there are also two types of water fountains in this temple, which are made of brick and those made...

   Read more
avatar
4.0
7y

Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu.

Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama 'Tikus' hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.

Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu.

Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah petirtaan mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan, tempat mandi keluarga raja, namun sebagian pakar ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.

Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.

Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit.

Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah 'menara' setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara.

Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini. Kaki candi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi inipun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit.

Review: Panas banget kurang tempat iup an. Tapi candinya...

   Read more
avatar
5.0
6y

Candi Tikus ( Tikus Temple ) is a relic of Majapahit Kingdom that exist at Trowulan complex, Mojokerto. Why is called Candi Tikus because when this place is discovered which this place is rat breeding that ate paddy of farmers. According to historians, Candi Tikus is used as a bathing place of King family. But many also say that Candi Tikus is worship place to God. The form itself is more like pond and in the centre there is a temple that resembles the shape of Mahameru. The unique architucture of this temple because the ornament of the main building decorated by fountain with lotus shape and makara shape, the temple also has two ponds and waterways containing " petirtaan " structure. Another uniqueness use two main materials are red brick and andesite. The building of this temple is also decreased down about 3 meters below the surface of surrounding land. In addition to a beatiful temple, the place has a very nice garden that suitable for you who want to relax with girlfriend or boyfriend or family or just taking a...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Friartianto DonnyFriartianto Donny
Candi Tikus (Rat Temple) is a relic of the Hindu-style kingdom located in the Trowulan Complex, precisely in the hamlet of Dinuk, Temon Village, Trowulan District, Mojokerto Regency, East Java. The name 'Rat' is just a designation used by the local community. It is said that, when it was discovered, the place where the temple is located is a rat's nest. The building of the Candi Tikus resembles a "pool" in the form of a pond with several buildings in it. Nearly all rectangular buildings with a size of 29.5 m x 28.25 m are made of red bricks. Interestingly, it is located lower than about 3.5 m from the surrounding land surface. On the top surface there is a corridor about 75 cm wide that surrounds the building. On the inner side, down about 1 m, there is a wider corridor around the edge of the pond. The entrance to the temple is on the north side, in the form of a 3.5 m wide ladder leading to the bottom of the pool. Another interesting thing is the presence of two types of bricks of different sizes used in the construction of this temple. The temple's foot consists of a large arrangement of red bricks that are closed with a smaller size of red bricks. Aside from the foot of the building, there are also two types of water fountains in this temple, which are made of brick and those made of andesite.
Rino SaputraRino Saputra
Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu. Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama 'Tikus' hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus. Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu. Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah petirtaan mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan, tempat mandi keluarga raja, namun sebagian pakar ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan. Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam. Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit. Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah 'menara' setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara. Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini. Kaki candi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi inipun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit. Review: Panas banget kurang tempat iup an. Tapi candinya bersih sekali.
Heritage TripHeritage Trip
Semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914 . Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan oleh masyarakat setempat karena konon pada saat ditemukan, candi tersebut jadi sarang tikus. Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan/tempat mandi keluarga raja, namun ada juga yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, dari menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan. Dulu, ada petani dari Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto gelisah karena serbuan tikus sawah. Hasil tani yang biasanya cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga, kini nyaris tak tersisa. Tak tahan menghadapi serbuan tikus, ia memohon pada Sang Pencipta. Suatu malam, Si Petani mendapat wisik (wangsit,) agar mengambil air di kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut sawah. Sebuah keajaiban terjadi. Tikus-tikus yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja. Tanah sawah juga mendadak jadi subur. Si Petani tak kuasa menahan kegembiraannya dan bercerita pada warga desa. Beberapa saat kemudian, ada saudagar kaya mendengar kabar tentang khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus, ia mencari jalan pintas untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, ia mencuri batu candi dan meletakkannya di sudut-sudut sawah. Lagi-lagi sebuah kejaiban terjadi. Tapi kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi di sawah. Fenomena ini membuat warga desa sadar, bahwa mereka tak bisa berharap lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di Candi Tikus, tapi bukan batu-batu candi," kata mereka. Dan mitos ini, ternyata masih dipercaya hingga kini. Di sisi lain, ada mitos lain yang berkembang kebalikannya. Pada tahun 1914, candi ini ditemukan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromojoyo Adinegoro. Sebelumnya, ia mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka. Tanpa pikir panjang, Kromojoyo memerintah aparat desa agar memobilisasi massa dan menyatakan perang pada tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk dalam lobang dalam sebuah gundukan besar. Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo memilnta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam gundukan terdapat sebuah candi. Melihat sejarah penemuannya, Kromojoyo memberi nama Candi Tikus. Memasuki masa kemerdekaan, Candi Tikus yang mulai rusak dipugar setahap demi setahap. Puncaknya, Candi Tikus dipugar pada tahun 1984 hingga 1989.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Trowulan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Candi Tikus (Rat Temple) is a relic of the Hindu-style kingdom located in the Trowulan Complex, precisely in the hamlet of Dinuk, Temon Village, Trowulan District, Mojokerto Regency, East Java. The name 'Rat' is just a designation used by the local community. It is said that, when it was discovered, the place where the temple is located is a rat's nest. The building of the Candi Tikus resembles a "pool" in the form of a pond with several buildings in it. Nearly all rectangular buildings with a size of 29.5 m x 28.25 m are made of red bricks. Interestingly, it is located lower than about 3.5 m from the surrounding land surface. On the top surface there is a corridor about 75 cm wide that surrounds the building. On the inner side, down about 1 m, there is a wider corridor around the edge of the pond. The entrance to the temple is on the north side, in the form of a 3.5 m wide ladder leading to the bottom of the pool. Another interesting thing is the presence of two types of bricks of different sizes used in the construction of this temple. The temple's foot consists of a large arrangement of red bricks that are closed with a smaller size of red bricks. Aside from the foot of the building, there are also two types of water fountains in this temple, which are made of brick and those made of andesite.
Friartianto Donny

Friartianto Donny

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Trowulan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Candi Tikus terletak di di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Dari jalan raya Mojokerto-Jombang, di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Candi Bajangratu yang terletak di sebelah kiri jalan. Candi Tikus juga terletak di sisi kiri jalan, sekitar 600 m dari Candi Bajangratu. Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama 'Tikus' hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus. Belum didapatkan sumber informasi tertulis yang menerangkan secara jelas tentang kapan, untuk apa, dan oleh siapa Candi Tikus dibangun. Akan tetapi dengan adanya miniatur menara diperkirakan candi ini dibangun antara abad 13 sampai 14 M, karena miniatur menara merupakan ciri arsitektur pada masa itu. Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah petirtaan mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan, tempat mandi keluarga raja, namun sebagian pakar ada yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan. Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam. Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit. Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah 'menara' setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara. Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan candi ini. Kaki candi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di candi inipun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit. Review: Panas banget kurang tempat iup an. Tapi candinya bersih sekali.
Rino Saputra

Rino Saputra

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Trowulan

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914 . Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan oleh masyarakat setempat karena konon pada saat ditemukan, candi tersebut jadi sarang tikus. Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan/tempat mandi keluarga raja, namun ada juga yang berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk Trowulan. Namun, dari menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan candi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan. Dulu, ada petani dari Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto gelisah karena serbuan tikus sawah. Hasil tani yang biasanya cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga, kini nyaris tak tersisa. Tak tahan menghadapi serbuan tikus, ia memohon pada Sang Pencipta. Suatu malam, Si Petani mendapat wisik (wangsit,) agar mengambil air di kawasan Candi Tikus lalu menyiramkan air itu ke empat sudut sawah. Sebuah keajaiban terjadi. Tikus-tikus yang biasanya kerap beraksi di malam hari hilang begitu saja. Tanah sawah juga mendadak jadi subur. Si Petani tak kuasa menahan kegembiraannya dan bercerita pada warga desa. Beberapa saat kemudian, ada saudagar kaya mendengar kabar tentang khasiat air Candi Tikus. Dengan rakus, ia mencari jalan pintas untuk menambah kekayaannya. Suatu malam, ia mencuri batu candi dan meletakkannya di sudut-sudut sawah. Lagi-lagi sebuah kejaiban terjadi. Tapi kali ini, tikus-tikus malah datang dan menghabisi padi di sawah. Fenomena ini membuat warga desa sadar, bahwa mereka tak bisa berharap lebih. "Kami hanya bisa memanfaatkan air di Candi Tikus, tapi bukan batu-batu candi," kata mereka. Dan mitos ini, ternyata masih dipercaya hingga kini. Di sisi lain, ada mitos lain yang berkembang kebalikannya. Pada tahun 1914, candi ini ditemukan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromojoyo Adinegoro. Sebelumnya, ia mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka. Tanpa pikir panjang, Kromojoyo memerintah aparat desa agar memobilisasi massa dan menyatakan perang pada tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk dalam lobang dalam sebuah gundukan besar. Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo memilnta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam gundukan terdapat sebuah candi. Melihat sejarah penemuannya, Kromojoyo memberi nama Candi Tikus. Memasuki masa kemerdekaan, Candi Tikus yang mulai rusak dipugar setahap demi setahap. Puncaknya, Candi Tikus dipugar pada tahun 1984 hingga 1989.
Heritage Trip

Heritage Trip

See more posts
See more posts