Ini restoran yang menurut saya restoran bingung. Ketika masuk restoran, duduk, tidak ada yang melayani. Ngelihat kasir, tampilan kayak fastfood. Langsung secara intuitif ngantri. Sudah antri agak lama karena pelayanan kasir agak lambat karena kasir yang cuma satu ini sambil menyiapkan minuman, eh ternyata harus nulis dulu di kertas. Instruksinya ternyata ada di pojokan membelakangi pintu masuk. Customer sambil jalan masuk gak bakal kebaca itu banner. Itu pun warna bannernya sama seperti banner jam layanan yang ada di pintu masuk. Secara intuitif tentu customer enggak bakal memperhatikan karena dikira sama. Mungkin bakal ada yang bilang, makanya baca. Saya ke restoran mau makan, kalau mau baca saya ke perpustakaan.
Ketika steak datang diantar oleh pelayan, eh tidak ada pisau dan garpu. Ternyata pisau dan garpu ambil sendiri di meja kasir. Padahal makan steak pasti pakai pisau dan garpu. Mungkin karena ada beberapa konsumen yang menguasai ilmu debus kali ya, itu rib eye panas2 di hotplate dicocol pakai tangan, makanya pisau dan garpu jadi semacam optional gitu. Itu juga pas nyampe kasir pisaunya yang ready kurang. Nunggu dulu. Keburu dingin itu steak. Eh tapi sedotan minuman malah diantar bersama minumannya lho. Bingung kan.
Mungkin arahnya sih mau kayak fastfood kali ya, self service. Masalahnya kan di restoran steak ini gak kayak fastfood, yang makanan sudah ready abis bayar langsung taruh nampan, lalu angkat sendiri. Karena waktu masak yang cukup lama, tentunya tetap saja pakai pelayan.
Uniknya lagi makanan disajikan dalam bentuk hot plate dan minum dalam bentuk gelas plastik, eh tapi fries disajikan pakai kertas. Gak matching sih. Klo fastfood emang pakai kertas karena formatnya self service. Habis makan langsung buang, gak perlu ada tenaga/mesin cuci piring di belakang. Ini cuci piring iya, kertas juga iya.
Itu sebabnya saya bilang ini restoran bingung. Full service enggak, self-service juga enggak.
Sedikit tips aja, kalau makan di sini jangan di tepi dinding. Mejanya relatif sempit untuk makan steak, lengan susah dipakai motong rib eye karena mentok dinding.
Untuk makanan sih menurut saya lumayan lah, sesuai...
Read morefor a local restaurant, the taste is quite good, for those who have never tried steak, it is not recommended to eat here, because the waiter did not explain the menu, when I asked the cashier, the cashier was also not friendly, even though there were not many customers at that time. for taste 3.5/5 the gravy was not worth the size of the steak, the potatoes were good, sides were ok, steak was burnt, so it was a bit bitter. for the drinks it tasted like regular milk. buttt yaampun lantai nya kotor bgt ini ruangan non smoking tp ad bekas roko kya ashes, tisu, dll , mau makan lg tp gak dlm wktu deket👍...
Read moreUntuk rasa enak.. tapi yang bikin ga enak adalah service nya. Saya dan klrg datang sekitar jam 8 malam. awal pesan saya ada 1 menu dengan nasi, sampai di kasir dibilang tidak ada nasinya. Kalau mau nunggu 30 menit dlu baru ready nasinya. Oke ganti menu. Setelah ganti menu, udh sampai meja ternyata ada menu yg kelewat ditulis sama kasirnya, ahirnya nambah pesenan lagi. Dan lamaa bnget datangnya untuk menu tambahan. Sambil nunggu, ternyata ngelihat org2 yang baru datang pesen yg ada menu nasinya, ternyata ready nasinya. Ga sampe 10 menit ada yang pesen nasi dianterin. Tau gitu kan saya ga perlu ganti menu dan jangan bilang harus nunggu 30 menit. Dan yang ga enaknya lagi, setelah selesai makan, saya pesan lagi untuk dibawa pulang. Saya nunggu pesenannya ready dan dipanggil, dan itu pesanan didiemin aja di kasir, klo saya ga nanya itu ga di kasih. Kasir sempat tanya pesnaan saya atas nama siapa, saya jawab nama saya. Ternyata belum ready, dan saya lihat ada pesanan yg dibungkus tapi didiemin ajaa sama orang nya, Malah orangnya ngobrol aja. Kalau saya ga tanya lagi, kayanya ga dikasih kasih tu pesanan saya. Maaf ya ini yang ga enak bukan makananya, tapi servicenya. Semoga bisa lebih baik...
Read more