The mosque measures 34 x 22 square meters. There is one large dome flanked by four small domes around it. One tower that functions as a place to place a horn or loudspeaker rises high next to it.
The dome of the mosque, which is shaped like a half onion, is decorated with ornaments. The color of the dome and the top of the mosque also tends to be camel and cream. Even at a glance, when seen from a distance, it is golden. Meanwhile, the mosque design chosen is Middle Eastern in style, in some parts of the architecture it is like the Nabawi Mosque in Medina. However, on several sides you can also see the architectural art of buildings typical of Cordova in Spain.
This is the Haji Keuchik Leumik Mosque, a mosque built with private funds from the family of a famous gold merchant in Lamseupeung. This mosque was built on 2,500 square meters of empty land. It is located in Lamseupeung Village, Lueng Bata District, Banda Aceh. The building, which is now a religious tourism destination, is located right inside the Keuchik Leumik Hajj Study Hall complex, which has a total land area of 3,500 meters. It is located a stone's throw from Krueng Aceh, which has long been a landmark of the Aceh area.
As the name suggests, the mosque belongs to the Haji Keuchik Leumik family and was built by his son, Haji Harun. Even though the construction funds came from the gold merchant's family, this mosque was used for the entire community.
The first stone for the construction of the mosque was laid on July 19 2016. Meanwhile, the construction of the Keuchik Leumik Mosque took 29 months. The mosque construction workers involved came from Aceh, North Sumatra and even Java.
To add to the beauty of the building, the managers then planted several date palm trees in the courtyard of the Keuchik Leumik Mosque.
Construction of the Keuchik Leumik Mosque was completed on 28 January 2019. After the mosque was opened to the public, every five daily prayers were often filled with worshipers. Apart from congregational prayers, this mosque also often holds recitations by two Acehnese clerics; Ustadz Masrul Aidi and Teungku Asnawi Ulee Titi.
Apart from recitations, this mosque also often holds dhikr on Friday nights at the beginning of the month. The participants in the remembrance are residents of Banda Aceh and Aceh Besar.
Even though the construction process was relatively fast, it took Haji Harun 20 years to start work on this beautiful mosque. The development process was initially constrained by land. However, one day, Haji Harun Keuchik Leumik got inspired after seeing the empty land around his family's Islamic Study Hall.
Until now, Haji Keuchik Leumik's extended family has kept the total amount of funds for the construction of the mosque a secret. All of this is well looked after by Haji Harun's family according to the will of the builder who has now appeared before...
Read moreMESJID HAJI KEUCHIK LEUMIK
Zawir mengulas balik kisah kakeknya, H Harun membangun masjid, menyebut keinginan tersebut telah lama dipendam oleh sang kakek, namun bisa terwujud pada tahun 2019, setelah kakeknya tanpa sengaja terpikir membuat masjid pada lahan kosong peninggalan Ayahanda H Harun yakni Haji Keuchik Leumik.
“Keinginan kakek membangun masjid dipendam selama 20 tahun, masjid urung dibangun karena terkendala lahan, namun pada suatu sore kakek terinspirasi pada lahan kosong ketika duduk menunggu adzan Magrib di Balai Pengajian Haji Keuchik Leumiek,” ulas Zawir pada Serambi.
Membangun sebuah masjid di Desa Lamseupeung adalah keinginan pria kelahiran 19 September 1942, lahir dari keluarga bangsawan tidak membuat dirinya merasa lupa dengan akhirat sehingga niat dan impian membangun masjid tertanam di dalam hati Haji Harun sampai 20 tahun lamanya.
Kendala utama Haji Harun membangun masjid karena kurangnya lahan, sehingga beliau membutuhkan waktu 20 tahun lebih untuk mewujdukan keinginan membangun Rumah Allah di tanah kelahiran, yakni Lamseupeung.
Suatu sore, saat sedang bersantai menunggu adzan shalat Magrib, Haji Harun berada di Balai Pengajian Haji Keuchik Leumiek. Balai pengajian tersebut dibangun pada tahun 2005 berlokasi di Lamseupeng yang tidak jauh dari lokasi masjid saat ini, Haji Harun duduk di tangga balai pengajian dan tidak sengaja matanya melihat ke arah lahan kosong seluas 2.500 meter.
Bak dapat inspirasi, Haji Harun langsung terpikir untuk membangun masjid di lahan kosong peninggalan orang tuanya tersebut, karena areal cukup luas dan tidak jauh dari Krueng Aceh. Sebenarnya lahan kosong yang menjadi lokasi masjid saat ini setiap hari dilihat Haji Harun, namun tidak terpikir untuk membangun masjid di tanah kosong itu.
Setelah terinspirasi membangun masjid pada lahan kosong yang dilihat saat sedang duduk di tangga balai pengajian, malamnya Haji Harun langsung menyampaikan keinginan hati kepada Istri (Ibu Salbiah), istri Haji Harun merespon baik dan memberikan dukungan penuh. Haji Harun juga turut menanyakan pendapat putra beliau yakni M Kamaruzzaman mengenai keinginan membangun masjid.
Haji Harun menyampaikan keinginan dan berdiskusi panjang, sehingga ananda M Kamaruzzaman mendukung penuh keinginan ayahanda untuk membangun sebuah Rumah Allah di Desa Lamseupeung, namun dengan empat syarat.
Empat Syarat untuk membangun masjid yakni :
Bangun masjid sebagus mungkin; Biaya pembangunan masjid murni dari keluarga, atau tidak menerima bantuan sampai masjid selesai; Nama masjid yang dibangun diberikan nama Haji Keuchik Leumiek yakni ayahanda H Harun Jangan memberitahu siapapun mengenai biaya pembangunan masjid.
Setelah mendapatkan persetujuan dari keluarga, pada 19 Juli 2016 maka dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Haji Keuchik Leumiek, pada waktu itu dilakukan oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’duddin Djamal, Imam Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Prof Dr H Azman Ismail, perangkat desa Lamseupeung dan keluarga Haji Harun.
Pada tanggal 28 Januari 2019, Masjid Haji Keuchik Leumiek diresmikan oleh Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Pengerjaan yang tergolong cepat, dengan para pekerja dari Aceh sampai didatangkan dari Sumatera Utara dan Pulau Jawa, memakan durasi 2,4 tahun dan desain masjid murni dari hasil diskusi H Harun dengan putera beliau M...
Read moreSebuah kubah besar diapit empat kubah lain yang berukuran kecil. Satu menara menjulang tinggi. Kubah dan menara itu berdiri kokoh di Masjid Haji Keuchik Leumik di Desa Lamseupeung, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Selain sebagai tempat beribadah, masjid berukuran 34x22 meter persegi itu kini menjadi primadona baru bagi wisatawan sejak diresmikan pada Senin 28 Januari 2019. Masjid yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 19 Juli 2016 itu dibangun di atas lahan seluas 2.500 meter persegi di Kompleks Balai Pengajian Haji Keuchik Leumiek yang memiliki luas total 3.500 meter.
Pengusaha Aceh, Haji Harun Keuchik Leumik, adalah donatur tunggal pembangunan masjid bergaya Timur Tengah ini. Mantan wartawan yang juga seorang kolektor benda bersejarah ini sudah lama memendam hasrat membangun sebuah masjid yang akan selalu menautkan hatinya dengan nuansa Timur Tengah.
Ini tampak dari arsitektur masjid yang mengingatkan kita pada istana megah yang dibangun Ratu Bilqis demi menggoda Nabi Sulaiman. Lihat saja bentuk relief masjid ini yang merupakan perpaduan antara gaya Timur Tengah. Di beberapa bagian, arsitektur masjid ini menyerupai Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Sejumlah pohon kurma ditanam di halaman masjid untuk menguatkan citra Timur Tengah.
Di bagian dalam masjid, warna kuning emas menghiasi bagian dinding depan. Lampu gantung berdiameter tiga meter yang menggantung di bagian dalam kubah menambah kemewahan masjid ini.
Di malam hari, masjid terlihat lebih berwarna. Kilauan lampu di bagian menara dan kubah tampak memukau. Apalagi jika disaksikan dari seberang bantaran Krueng Aceh. Gambaran masjid di dalam air sungai semakin membuat masjid ini menawan.
Kepada wartawan, Haji Harun Keuchik Leumik mengatakan pembangunan masjid itu telah direncanakan puluhan tahun lalu.
"Saya bernazar membangun masjid, tapi enggak ada tanah waktu itu. Berapa bulan lalu saya berjemaah di bale, saya menghadap ke tanah kosong. Kenapa tidak kita bangun di sini saja," kata Haji Harun Keuchik Leumik, seperti dinukilkan Serambi, saat peletakan batu pertama pembangunan...
Read more