Legenda Craterluri Tengger berasal dari suku Tengger yang mendiami wilayah sekitar Gunung Bromo di Jawa Timur. Legenda ini berkaitan dengan asal-usul dan hubungan antara masyarakat Tengger dengan Gunung Bromo, serta hubungan mereka dengan dewa-dewa yang dipercaya menguasai gunung tersebut. Cerita ini mengandung nilai-nilai kebersamaan, pengorbanan, dan kepercayaan spiritual yang erat dengan kehidupan mereka.
Menurut legenda, pada zaman dahulu, ada seorang raja dari kerajaan Tengger yang bernama Raja Jaka Seger. Ia memiliki seorang putri cantik bernama Roro Anteng. Suatu hari, Roro Anteng bertemu dengan seorang pemuda tampan bernama Joko Seger, yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Keduanya saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Namun, kehidupan mereka tidak berjalan mulus karena mereka belum dikaruniai anak. Mereka berdoa kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan) agar diberikan keturunan, dan setelah beberapa waktu, doa mereka dikabulkan. Roro Anteng hamil dan melahirkan seratus anak sekaligus. Namun, karena saking banyaknya anak yang dilahirkan, Raja Jaka Seger dan Roro Anteng merasa kesulitan dalam mengasuh dan merawat mereka.
Pada suatu malam, mereka bermimpi didatangi oleh seorang dewa yang memberitahukan mereka untuk memberikan pengorbanan demi kesejahteraan mereka dan anak-anak mereka. Dewa itu menyarankan agar mereka memberikan salah satu anak mereka sebagai persembahan kepada gunung sebagai simbol pengorbanan.
Roro Anteng dan Jaka Seger pun dengan berat hati memilih salah satu anak mereka yang paling kecil untuk dipersembahkan. Mereka membawa anak tersebut ke puncak Gunung Bromo, tempat suci yang dipercaya sebagai tempat tinggal dewa-dewa. Sesampainya di sana, anak itu pun dijadikan sesajen untuk menghormati para dewa dan menjaga agar kehidupan mereka aman.
Konon, setelah pengorbanan tersebut, Gunung Bromo yang sebelumnya dianggap sebagai gunung yang tidak ramah menjadi lebih tenang dan subur, sementara masyarakat Tengger hidup sejahtera. Sebagai penghormatan terhadap peristiwa ini, masyarakat Tengger setiap tahun melakukan upacara Yadnya Kasada, di mana mereka melemparkan sesajen ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai bentuk rasa syukur dan pengingat akan pengorbanan yang telah dilakukan oleh leluhur mereka.
Legenda ini mengajarkan nilai-nilai tentang pengorbanan dan keteguhan hati, serta hubungan harmonis antara...
Read moreVisited in July 2022. Cool to see hundreds of classic Toyota Land Cruisers and ride into the crater in one. Tengger is the caldera you view into after crossing much sand (horse rides for rent) and climbing many many steps. Steam was venting, making a other-worldly sound. Gn Semeru is the more active larger volcano in the far distance, often venting (sometimes erupts). Was told forbidden to climb Gn Batok, which is the dramatic fluted cone in the basin because the soil is unstable. Sunrise wasn't dramatic since rose behind a hill where we were standing since 4 am. The crater floor is fogged in until ~9 am. Wear a jacket if you come...
Read moreThe horses are distressed and mistreated, lacking basic care. Fat and lazy tourists who sit on those poor horses should be ashamed of themselves. They are too small to carry so...
Read more