Monumen Pancasila Sakti
Tempat bersejarah yang berada di Jl.Pondok Gede,Lubang Buaya,Jakarta Timur ini merupakan salah satu tempat yang menceritakan para pahlawan revolusi Indonesia yang telah gugur melawan para penghianat negara Indonesia.Monumen yang memiliki luas 14,3 hektar ini telah diresmikan oleh presiden Soeharto,pada tanggal 1 Oktober 1972 yang bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.Sebelum menjadi monumen dan museum,tempat ini dulunya untuk pelatihan milik Partai Komunis Indonesia,hingga pada tanggal 30 September 2015 tempat ini digunakan untuk tempat penyiksaan 7 pahlawan revolusi dan pembuangan mayat di dalam sumur tua yang memiliki kedalaman 12 meter dan berdiameter 75 cm.
Sumur Lubang Buaya
Sumur yang berada di titik pusat Lubang Buaya ini menjadi tempat dimana 6 perwira tinggi dan 1 perwira pertama dikubur secara keji.Jenazah ketujuh perwira tersebut dimasukkan kedalam sumur tua dengan posisi kepala di bawah secara berurutan.Setelah ketujuh jenazah telah dimasukkan kedalam sumur tua itu,gerombolan G 30 S/PKI menutupnya dengan potongan batang pisang,sampah serta daun-daunan dan terakhir sumur tua itu ditutup dengan tanah diatasnya.Sebagai tipuan ketika warga mencari ketujuh jenazah itu,gerombolan G 30 S/PKI menggali lubang lainnya di sekitar sumur itu,dan diatas sumur dibuat seperti jalan yang digunakan lalu lalang kendaraan.
Ruangan Tempat Penyiksaan
Ruangan yang berukuran 8 m x 15,5 m ini,berada persis di samping Sumur Lubang Buaya.Ruangan yang digunakan untuk tempat penyiksaan para Jenderal TNI.Rumah yang digunakan untuk menyiksa para Jenderal ini dulunya milik Bapak Bambang Harjono.Di dalam rumah tersebut terdapat diorama yang menggambarkan tentang penyiksaan yang terjadi pada malam 30 September 1965.
Rumah Pos Komando
Dulunya rumah ini milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb.Pada waktu meletusnya G 30 S/PKI tahun1965,rumah ini dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu Letkol Untung dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap tujuh Jenderal.Pada tenggal 30 September 1965 pukul 24.00 WIB,di rumah pos komando diadakan sebuah briefing tentang pelaksanaan penculikan.
Rumah Dapur Umum
Rumah yang dulunya milik Ibu Amroh itu dipakai oleh PKI sebagai tempat penyedia sarana konsumsi gerombolan G 30 S/PKI di Lubang Buaya.Sebelum PKI menguasai desa Lubang Buaya(sekarang Monumen Pancasila Sakti),mereka mengadakan pendekatan terlebuh dahulu terhadap penduduk yang tinggal di Monumen.
Tugu dan Relief Monumen Pancasila Sakti
Tugu Monumen Pancasila Sakti ini terletak 45 m(melambangkan tahun kemerdekaan)sebelah utara cungkup sumur maut.Ketujuh patung Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang dinding setinggi 17 m(melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia) dengan hiasan patung Garuda Pancasila.Dinding berbentuk trapesium tersebut berdiri diatas landasan yang berukur 17 x 17 m2 dengan 7 anak tangga menuju pelataran (melambangkan 7 Pahlawan Revolusi).Ketujuh patung Pahlawan Nasional berdiri berderet dalam setengah lingkaran dari barat ke timur,yaitu : Patung Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo,Mayjen TNI Anumerta D.I. Pandjaitan,Letjen TNI Anumerta R.Soeprapto,Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani,Letjen TNI Anumerta M.T.Harjono,Letjen TNI AnumertaS.Parman,dan Kapten Czi Anumerta P.A.Tendean.Dibawah patung tujuh Pahlawanrevolusi terdapat hiasan relief yang melukiskan peristiwa prolog ,kejadian dan penumpasan G 30 S/PKI oleh ABRI dan rakyat.Dari ketujuh patung Pahlawan Revolusi terdapat satu patung yang menunjuk kearah sumur maut yaitu Patung Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani.
Kendaraan Peninggalan Sejarah
-Truk Dodge -Mobil Dinas Men/Pangad Letjen Ahmad Yani -Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI...
Read moreMonumen Pancasila Sakti: Simbol Penghormatan bagi Pahlawan Revolusi
Monumen Pancasila Sakti adalah sebuah monumen bersejarah yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa tragis Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965, di mana tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat menjadi korban kekejaman gerakan tersebut. Monumen ini juga bertujuan untuk meneguhkan kembali pentingnya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Latar Belakang Sejarah
Pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965, terjadi upaya kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dikenal sebagai G30S/PKI. Gerakan ini menculik dan membunuh tujuh jenderal TNI Angkatan Darat, yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi. Jenazah mereka ditemukan di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya.
Untuk mengenang jasa para pahlawan dan memperingati perlawanan terhadap ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, pemerintah membangun Monumen Pancasila Sakti. Monumen ini diresmikan pada 1 Oktober 1973 oleh Presiden Soeharto, bersamaan dengan penetapan tanggal tersebut sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Arsitektur dan Fasilitas Monumen
Monumen Pancasila Sakti memiliki beberapa bagian penting yang sarat makna sejarah, yaitu:
Patung Pahlawan Revolusi Patung tujuh Pahlawan Revolusi berdiri tegak di depan monumen utama. Mereka adalah:
Jenderal Ahmad Yani
Letnan Jenderal R. Suprapto
Letnan Jenderal M.T. Haryono
Letnan Jenderal S. Parman
Mayor Jenderal D.I. Panjaitan
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Kapten Pierre Tendean
Patung-patung ini melambangkan keteguhan dan keberanian mereka dalam mempertahankan ideologi bangsa.
Relief Perjuangan Terdapat relief yang menggambarkan kronologi peristiwa G30S, mulai dari penculikan hingga penumpasan gerakan tersebut. Relief ini menjadi pengingat akan bahaya laten komunisme dan pentingnya menjaga persatuan bangsa.
Sumur Maut Salah satu bagian paling mengharukan adalah sumur tua tempat para jenderal dibuang setelah dibunuh. Sumur ini dilestarikan sebagai simbol kekejaman G30S/PKI, sekaligus pengingat betapa mahalnya harga yang harus dibayar demi mempertahankan Pancasila.
Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) Di area monumen juga terdapat museum yang memamerkan diorama serta koleksi benda-benda bersejarah, termasuk pakaian para pahlawan yang menjadi korban, dokumen penting, serta foto-foto peristiwa terkait.
Makna dan Fungsi Monumen
Monumen Pancasila Sakti memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Tempat ini menjadi simbol keteguhan ideologi Pancasila melawan segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.
Setiap 1 Oktober, upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila rutin digelar di lokasi ini. Acara tersebut dihadiri oleh pejabat negara dan masyarakat, sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan revolusi dan pengingat untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila.
Kesimpulan
Monumen Pancasila Sakti bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol perjuangan dan pengorbanan demi menjaga dasar negara Indonesia. Dengan mengunjungi dan mempelajari sejarah di tempat ini, generasi muda diharapkan semakin memahami pentingnya menjaga persatuan dan kesetiaan terhadap Pancasila.
Monumen ini mengajarkan kita bahwa kemerdekaan dan ideologi bangsa bukanlah sesuatu yang datang secara cuma-cuma, melainkan hasil dari perjuangan panjang dan pengorbanan para pahlawan. Oleh karena itu, semangat mereka harus terus hidup di dalam hati setiap...
Read moreMonumen Pancasila Sakti adalah sebuah situs bersejarah yang krusial untuk dipelajari, namun sayangnya, pengalaman berkunjung dari ulasan Anda menunjukkan adanya beberapa kendala signifikan yang perlu segera ditangani. Kesan Awal & Potensi: Monumen ini memiliki potensi besar sebagai pusat edukasi sejarah dan refleksi, terutama karena suasana yang bersih dan sepi, yang memungkinkan pengunjung untuk merenung. Harga tiket yang terjangkau (Rp 15.000 untuk dua orang) plus stiker, serta biaya parkir yang wajar (Rp 3.000 per jam), adalah nilai tambah yang patut diapresiasi. Kekurangan Mayor yang Perlu Perhatian Mendesak: Namun, ada beberapa aspek yang sangat menghambat kenyamanan dan pengalaman pengunjung: AC Mati: Ini adalah masalah utama. Di iklim Indonesia yang cenderung panas, ketiadaan AC di seluruh area, termasuk museum, dapat membuat kunjungan menjadi sangat tidak nyaman. Pengunjung akan terburu-buru dan sulit fokus memahami informasi yang disajikan. Ruangan Museum Gelap: Museum yang gelap bukan hanya membuat pengunjung sulit melihat display atau informasi, tetapi juga bisa menciptakan kesan yang kurang terawat dan tidak profesional. Pencahayaan yang memadai adalah kunci untuk menampilkan artefak dan informasi sejarah secara efektif. Sepi Pengunjung: Kondisi sepi pengunjung, meskipun memberikan ketenangan, juga bisa menjadi indikasi bahwa monumen ini kurang menarik atau belum banyak diketahui masyarakat luas. Ini bisa jadi akibat dari fasilitas yang kurang memadai atau kurangnya promosi. Saran dan Harapan untuk Peningkatan: Untuk mengoptimalkan pengalaman di Monumen Pancasila Sakti, berikut beberapa saran mendesak: Prioritaskan Perbaikan AC dan Pencahayaan: Ini adalah langkah pertama yang paling krusial. Pastikan semua area, terutama museum, memiliki pencahayaan yang cukup dan AC yang berfungsi optimal. Lingkungan yang nyaman akan mendorong pengunjung untuk berlama-lama dan mendalami sejarah. Optimalisasi Tata Pamer Museum: Selain pencahayaan, pertimbangkan untuk meninjau kembali tata letak dan presentasi di museum. Apakah informasi sudah disajikan dengan jelas? Apakah ada elemen interaktif yang bisa menarik minat pengunjung? Strategi Promosi yang Lebih Gencar: Dengan fasilitas yang sudah diperbaiki, lakukan promosi yang lebih luas melalui media sosial, kerja sama dengan sekolah, atau paket wisata sejarah. Menarik lebih banyak pengunjung akan membantu monumen ini mencapai potensinya sebagai pusat pembelajaran sejarah yang vital. Monumen Pancasila Sakti adalah pengingat penting akan sejarah bangsa. Dengan perbaikan fasilitas yang fundamental, tempat ini bisa menjadi destinasi yang lebih menarik dan berdampak positif bagi generasi muda dan masyarakat umum dalam memahami...
Read more