Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya lokasinya berada di Jl. Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, tidak jauh dari Asrama Haji Pondok Gede. Museum ini dikelola oleh Pusat Sejarah TNI, dan instansi terkait, dengan koleksi ratusan benda bersejarah yang terkait peristiwa pemberontakan G30S-PKI (Gerakan 30 September - Partai Komunis Indonesia). Pintu gerbang tinggi menyambut pengunjung yang datang ke tempat ini, dengan jalan masuk lebar dan panjang yang dinaungi pepohonan rindang di kanan kirinya. Pengunjung membayar karcis masuk sebesar Rp.2.500 per orang, baik dewasa maupun anak-anak, dengan karcis parkir bus Rp. 3.000, mobil sedan Rp. 2.000, sepeda motor Rp. 1.000. Saat memasuki gedung Museum Pengkhianatan PKI kita bisa melihat diorama rangkaian peristiwa terkait PKI yang terjadi sejak awal revolusi kemerdekaan sampai setelah meletusnya peristiwa G30S-PKI pada tahun 1965. Setidaknya ada 34 diorama di museum yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober 1992 ini.Diorama di Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya Jakarta yang menggambarkan apa yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Tiga Daerah yang terjadi pada tanggal 4 November 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan oleh Soekarno - Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945, kelompok komunis bawah tanah mulai menyusupi ormas dan gerakan pemuda, seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Pada 8 Oktober 1945, AMRI Slawi yang dipimpin Sakirman dan AMRI Talang yang dipimpin oleh Kutil menangkapi dan membunuh sejumlah pejabat pemerintah. Lalu pada 4 November 1945, pasukan AMRI menyerbu Kantor Kabupaten dan Markas TKR di Tegal, namun serangan itu gagal. Para tokoh komunis lalu membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah dengan tujuan merebut kekuasaan di wilayah Tegal, Brebes dan Pekalongan.
Ce’ Mamat adalah gembong gerakan komunis pada tahun 1926, ia juga Ketua Komite Nasional Indonesia Serang. Orang itu menuduh pemerintah RI Banten sebagai kelanjutan kolonial, dan menghasut rakyat agar tidak percaya kepada pejabat pemerintah.
Diorama Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya tentang tindak kekerasan Pasukan Ubel-Ubel di Sepatan, Tangerang, yang terjadi pada 12 Desember 1945. Dimulai pada 18 Oktober 1945, Badan Direktorium Dewan Pusat pimpinan Ahmad Khairun dengan dukungan gembong komunis bawah tanah mengambil alih kekuasaan pemerintah RI Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
Mereka membubarkan aparatur pemerintah desa sampai kabupaten, menolak mengakui pemerintah pusat, membentuk Laskar Hitam atau Laskar Ubel-Ubel karena berpakaian serba hitam dan memakai ikat kepala. Mereka melakukan aksi teror dengan merampok harta dan membunuh penduduk Tangerang dan sekitarnya, seperti Mauk, Kronjo, Kresek, Sepatan. Pada 12 Desember 1945, dibawah pimpinan Usman, Laskar Ubel-Ubel merampok penduduk Desa Sepatan, melakukan pembunuhan, termasuk membunuh tokoh nasional Oto Iskandar Dinata di Mauk.
Diorama Museum Pengkhianatan PKI Lubang Buaya tentang revolusi sosial yang terjadi di Langkat pada 9 Maret 1946. Persoalannya adalah karena berdirinya Republik Indonesia masih belum diterima sepenuhnya oleh kerajaan-kerajaan Sumatera Timur. Ketidakpuasan rakyat yang timbul dan menuntut penghapusan kerajaan dimanfaatkan PKI serta Pesindo untuk mengambil alih kekuasaan secara kekerasan. Revolusi sosial dimulai pada 3 Maret 1946. Pembunuhan terjadi di Rantau Prapat, Sunggal, Tanjung Balai dan Pematang Siantar di hari itu.
Pada 5 Maret 1946 Kerajaan Langkat resmi dibubarkan dan berada dibawah pemerintahan RI Sumatera Timur, namun pada malam 9 Maret 1946 massa PKI pimpinan Usman Parinduri dan Marwan menyerang Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura. Istana diduduki massa PKI, beberapa keluarga Sultan dibunuh, Sultan beserta keluarganya dibawa ke Batang Sarangan. Setelah keluar dari gedung museum terdapat Museum Monumen Pancasila Sakti, yang diresmikan pada 1...
Read moreSejarah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis): Mengingat Tragedi Kelam Bangsa
Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), atau yang sering disingkat menjadi Museum Pengkhianatan PKI, adalah sebuah museum bersejarah yang terletak di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Museum ini didirikan untuk mengenang peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) serta sebagai pengingat akan bahaya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Latar Belakang Berdirinya Museum
Museum ini dibangun atas gagasan Presiden Soeharto dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1992. Tujuan utama pendiriannya adalah untuk mendokumentasikan tragedi G30S/PKI, di mana Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan dan membunuh tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat, yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.
Peristiwa ini terjadi pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965. Para jenderal diculik, disiksa, dan akhirnya dibunuh, kemudian jasad mereka dibuang ke sebuah sumur tua di Lubang Buaya. Kejadian ini menjadi titik balik sejarah bangsa Indonesia, memicu reaksi besar-besaran untuk menumpas PKI dan menegaskan kembali pentingnya Pancasila sebagai dasar negara.
Isi dan Koleksi Museum
Museum Pengkhianatan PKI memiliki beberapa ruangan dan diorama yang menggambarkan secara kronologis peristiwa G30S/PKI. Beberapa bagian penting dari museum ini meliputi:
Diorama Sejarah Terdapat sekitar 34 diorama yang menampilkan berbagai adegan pemberontakan PKI, mulai dari peristiwa Madiun 1948 hingga tragedi G30S/PKI 1965. Diorama-diorama ini memberikan gambaran visual mengenai kekejaman dan pengkhianatan PKI terhadap bangsa.
Ruang Koleksi Benda Sejarah Museum ini memamerkan benda-benda bersejarah seperti pakaian para Pahlawan Revolusi yang menjadi korban, dokumen, senjata, dan barang-barang pribadi milik para jenderal.
Sumur Maut Salah satu bagian paling terkenal dari kompleks museum ini adalah Sumur Maut Lubang Buaya, tempat di mana tujuh jenderal dibuang setelah dibunuh. Sumur ini menjadi simbol kekejaman PKI dan pengingat akan pengorbanan para pahlawan.
Patung Pahlawan Revolusi Di area luar museum, terdapat patung tujuh Pahlawan Revolusi yang berdiri tegak, melambangkan keteguhan mereka dalam mempertahankan Pancasila.
Makna dan Tujuan Museum
Museum Pengkhianatan PKI bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Dengan mempelajari peristiwa ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga persatuan bangsa dan tetap setia pada ideologi Pancasila.
Setiap tahun, terutama pada tanggal 30 September dan 1 Oktober (Hari Kesaktian Pancasila), museum ini menjadi lokasi peringatan untuk mengenang para pahlawan dan memperkuat komitmen bangsa terhadap Pancasila.
Kesimpulan
Museum Pengkhianatan PKI bukan hanya tempat untuk mengenang tragedi, tetapi juga pengingat bagi seluruh rakyat Indonesia agar tidak melupakan sejarah. Melalui museum ini, kita diajak untuk memahami betapa pentingnya menjaga keutuhan bangsa dari ancaman ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Sejarah memang pahit, tetapi dari sana kita belajar untuk menjadi bangsa yang lebih kuat. Dengan mengunjungi museum ini, kita tidak hanya mengenang para pahlawan, tetapi juga memperbarui janji untuk menjaga persatuan dan...
Read moreThis monument was built on an area of 14.6 hectares, at the initiative of the 2nd President of the Republic of Indonesia, Suharto. Built to remember the struggle of the Revolutionary Heroes who fought to defend the state ideology of the Republic of Indonesia, Pancasila from the threat of communist ideology. This monument is located in Lubang Buaya Village, Cipayung District, East Jakarta. To the south is the headquarters of the Indonesian National Army, Cilangkap, to the north is Halim Perdanakusuma Airport, while to the east is Pasar Pondok Gede, and to the west is Taman Mini Indonesia Indah. Before becoming a historical museum, this place was an empty land or garden that served as the final dumping ground for the victims of the 30 September 1965...
Read more