Temple with Unique Stories
This Temple notably known as oldest temple at Manado and several strange yet true miracle story (mostly about survive from incidentally destruction either by war or fire).
Officially positioned as Buddhist Monastery, but in reality more focusing to Tridharma (there are tri nabi in the temple) or lesser common considered following Taoist. Very very confusing. Note that Tridharma presence in Manado pertained very strong although considered by both public and government as Buddhist and never see it as different religion but related to Buddhist.
(Probably) Following local culture, the building consisted by three floor building. No lift and the stairs are quite steep, making a huge challenging for elders.
Due to the location near Pasar 45 and small size road, traffic jam often occurred and become challenge to visit Klenteng. Parking car quite hard due to road size,...
Read moreBan Hing Kiong berasa Tiongkok yang terdiri dari tiga kata, yaitu Ban yang sepadan dengan kata banyak, sedangkan Hing bermakna berkah, sedangkan Kiong memiliki arti istana. Secara harfiah, nama Ban Hing Kiong dapat dimaknakan sebagai suatu tempat ibadah yang dibangun sebagai istana Tuhan dan memiliki berkah yang melimpah.
Kelenteng yang diklaim tertua di Manado ini telah dibangun sejak 1819, dan mengalami beberapa kali pemugaran pada rentang waktu antara 1854-1859 dan 1895-1902. Bangunan ini pernah kebakaran, itu terjadi pada 14 Maret 1970. Akibat kebakaran itu, bangunan utama kelenteng hangus.
Kelenteng Ban Hing Kiong telah berdiri di Manado sejak 300 tahun lalu. Kemudian pada 1971, kelenteng didirikan kembali menyerupai bangunan pada awalnya. Setelah tragedi kebakaran tersebut, di akhir 1994 tepatnya pada 10 September atau bersamaan dengan 2545 bulan 8 pada penanggalan Imlek, kelenteng Ban Hing Kiong diresmikan berdiri kembali melalui upacara Pwa Pwe, yaitu upacara sembayang besar.
Saat menginjakkan kaki di pintu masuk, kelenteng Ban Hing Kiong dibalut banyak simbol pada tiap sudutnya. Berbagai simbol yang ada mengandung pesan suci bagi orang yang bisa membacanya. Saat menginjak lantai di bawah gapura misalnya, manusia diibaratkan sesang berada di kehidupan duniawi menuju kehidupan yang suci. Hal ini disimbolkan dengan jalan pintu masuk yang sempit menuju jalan yang lebih luas ke dalam. Kelenteng Ban Hing Kiong sempat mengalami kebakaran pada tahun 1970. Sementara itu, halaman kelenteng yang melebar mengandung makna bahwa Tuhan senantiasa menolong umatnya dengan memberikan jalan keluar dari setiap masalah kehidupan. Atap kelenteng ini berbentuk seperti perahu, dalam pengertian rohani, itu simbol bahwa Tuhan dan Dewa Dewi senaniasa menolong, melindungi, dan menyelamatkan umat manusia.
Tak hanya itu, simbol-simbol lainnya juga ditemukan di pintu utama kelenteng, misal tulisan Hong Tiau U Sun Kok Thay ping An yang memiliki arti, hujan dan angin selaras rakyat dan negara tentram. Sementara itu, di bagian kiri dan kanan pintu utama terdapat pintu kecil yang langsung menghubungkannya dengan ruang utama peribadatan. Tepat di belakang ruang peribadatan tersebut, terdapat ruang kebaktian, yang digunakan untuk penerangan batin dan menghayati sikap welas asih para Dewa-Dewi. (Ibo) (dikutip dari...
Read moreKlenteng Ban Hin Kiong (Tionghoa: 萬興宮; pinyin: Wàn xìng gōng) adalah kelenteng tertua di Manado yang didirikan pada tahun 1819, kemudian pada tahun 1839 dibangun rumah abu (Kong Tek Su). Pada awal berdirinya kelenteng ini terbuat dari rumah diselingi bambu yang sederhana.
Klenteng Ban Hin Kiong
萬興宮寺

Klenteng Ban Hin Kiong pada tahun 2009

Wikimedia | © OpenStreetMap
Informasi umumJenisKelentengGaya arsitekturTionghoaAlamatJl. D.I. Panjaitan, Kelurahan Calaca, WenangKotaManadoNegaraIndonesiaRampung1819Tanggal renovasi1970Data teknisJumlah lantai3
Ban Hin Kiong terdiri dari tiga kata, ban (萬) berarti 10.000 atau banyak, hin (興) berarti kelimpahan, dan kiong (宮) yang artinya istana.
Sejarah
sunting
Kelenteng ini mulai dikelola secara organisatoris sejak tahun 1935 melalui suatu organisasi perkumpulan Sam Khauw Hwee yang didirikan atas usaha dan inisiatif dua orang tokoh yakni Yo Sio Sien dan Que Boen Tjen.
Pada tanggal 14 Maret 1970, kelenteng ini pernah dibakar oleh beberapa orang. Atas inisiatif Nyong Loho (Soei Swie Goan) yang kemudian menjabat rangkap sebagai ketua pembangunan dan ketua kelenteng Ban Hin Kiong, mulailah pembangunan renovasi kelenteng. Sampai kini, kelenteng ini telah beberapa kali mengalami renovasi bangunan, baik penambahan lantai menjadi tiga lantai maupun peluasan...
Read more