Keraton Kadriyah Pontianak Review:
1️⃣ History 📜: Rich historical significance as the seat of the Pontianak Sultanate. Founded in the 18th century, reflecting the region's cultural heritage. Witness to pivotal events and traditions, preserving local history for generations.
2️⃣ Architecture 🏰: Majestic architecture characterized by traditional Malay and Javanese influences. Intricate carvings, ornate detailing, and vibrant colors adorn the palace's façade. Layout and design reflect the hierarchical structure of royal courts, offering insights into courtly life.
3️⃣ Cultural Heritage 🕌: Symbol of cultural identity and pride for the local community. Home to valuable artifacts, manuscripts, and relics that showcase the region's heritage. Continues to serve as a cultural hub for ceremonies, performances, and educational activities.
4️⃣ Preservation Efforts 🛡️: Ongoing efforts to preserve and restore the palace's architectural integrity. Collaborative initiatives between local authorities, heritage organizations, and community stakeholders. A symbol of commitment to safeguarding the region's cultural legacy for future generations.
Keraton Kadriyah Pontianak stands as a timeless symbol of historical significance, architectural beauty, and cultural heritage, serving as a testament to the region's rich past and...
Read moreIstana atau Kraton Kadriyah merupakan salah satu bangunan yang menjadi bukti berdirinya Kota Pontianak pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Lokasinya secara administratif berada di kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Sejarah menyebutkan bahwa pada tahun tersebut telah berdiri 2 bangunan berupa Masjid Jami’ dan Istana Kadriah serta pembukaan hutan di Persimpangan sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk tempat tinggal.
Kraton Kadriah yang sudah berusia lebih dari 300-an tahun ini memiliki kompleks bangunan yang megah yang berdiri di tepi sungai. Memiliki ukuran sekitar 30 x 50 meter, bangunan istana terdiri atas 3 tingkat dan hal inilah yang menjadikannya sebagai istana terbesar yang dimiliki Kalimantan Barat. Sejarah singkat mengungkapkan bahwa Sultan Abdurrhaman bertahta hingga tahun 1808, kemudian selanjutnya digantikan oleh Sultan Kasim Alkadrie hingga tahun 1819. Karena ditawan Jepang pada tahun 1944 Sultan Muhammada Alkadri yang sempat menjabat tahta, akhirnya digantikan oleh Sultan Thah Alkadri pada tahun 1945. Ditandai dengan masuknya tentara sekutu setelah mengalahkan Jepang, kemudian Sultan Hamid II Alkadrie (sang pencipta lambang Garuda/ lambang Negara Indonesia) dinobatkan sebagai Sultan Pontianak tahun 1950 menjadi saksi kerajaan Pontianak telah dilebur namanya menjadi Provinsi Kalimantan Barat.
Didalam Kraton Kadriah ini terdapat banyak sekali benda peninggalan sejarah. Seperti kursi singgasana, tempayan, keris pusaka, tombak penobatan, pedang, cermin seribu, baju kesultanan. Alqur’an serta masih banyak benda sejarah lainnya. Alqur’an yang terdapat di dalam istana memiliki umur lebih dari2 abad dan merupakan Alqur’an yang langsung ditulis sendiri oleh Sultan Abdurrahman. Cermin seribu tersebut kaca pemberian orang Perancis pada tahun 1823, disebut seribu karena pantulannya mampu memantulkan bayangan kita hingga ribuan kali. Adat istiadat yang masih dijalankan di kereton ini adalah acara perkawinan, gunting rambut bayi, tepong tawar dll, dimana orang luar kraton tidak diperkenankan untuk melakukan pernikahan di dalam kraton. Sedangkan Tepung tawar sendiri merupakan acara pembersihan keris pusaka oleh para ahli waris Kesultanan Pontianak di Keraton Kadriah.
Berada tepat di depan Keraton terdapat meriam stimbol karena meriam ini yang menentukan letak istana keraton. Keraton Kadriah memiliki lambang lancang kuning, sebab lancang kuning merupakan alat transportasi laut tradisional Kasultanan Pontianakserta lambang dari kraton. Pada bagian depan Kraton ini bisa dijumpai juga sebuah Lonceng yang akan dibunyikan jika ada keadaan darurat. Nah, kalau kamu belum mengunjungi Keraton Kadriah ini kamu sama saja dianggap belum pernah mengunjungi Kota Pontianak. Suasana yang dihadirkan pun sangat indah karena pemandangannya yang langsung menembus dari pinggir...
Read moreThe Palace is packed with historical items the Pontianak Sultanate Royal Family had left. Although the Palace is no longer the residence of the Royal Family, it now becomes akin to a museum. Throughout the visit, the local tour guide was welcoming and helpful in explaining everything we were curious about, including the political strife of the Royal Family (I dunno why but the story left a strong impression).
Although, the local government, in my opinion, should develop the surrounding areas since honestly I was surprised and didn't expect that there's a...
Read more