HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) — Attraction in Surakarta

Name
Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)
Description
Nearby attractions
Tirtonadi Dam Park
Jl. Popda No.9, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
Taman Air Kali Pepe
Jl. A. Yani No.270A, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57139, Indonesia
Nearby restaurants
Soto Kwali
Jl. Adi Sumarmo No.8, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
Wedangan Lawang Djoendjing
Gg. Gunung Kelud II No.7, Kadipiro, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57136, Indonesia
Restaurant Srikandi
Grand Setiakawan, Jl. A. Yani No.290A, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57139, Indonesia
Nearby hotels
RedDoorz near Terminal Tirtonadi
Jl. Kediri Utama No.21A, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
Swiss-Belhotel Solo
Jl. A. Yani No.45, RT.002/RW.006, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57134, Indonesia
OYO 1523 Erna's Solo House
Jl. Majapahit VII No.4, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
DR Living Syariah Solo Mitra RedDoorz
Jl. Kediri Utara II No.3, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
Reddoorz Plus @ Hotel Surya Solo
Jl. Tagore No.125, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57134, Indonesia
FrontOne Budget Hotel Tirtonadi Solo
Jl. Dr. Setiabudi No.32, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57134, Indonesia
OYO 94082 Hotel Gurita
Jl. Dr. Setiabudi No.31, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57134, Indonesia
Red Chilies Hotel
Jl. A. Yani No.286, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57139, Indonesia
Hotel Tirtonadi Permai
Jl. Tagore No.6, Gilingan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57134, Indonesia
Simple Inn Hotel
Jl. A. Yani No.280, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57139, Indonesia
Related posts
Keywords
Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) tourism.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) hotels.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) bed and breakfast. flights to Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI).Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) attractions.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) restaurants.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) travel.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) travel guide.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) travel blog.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) pictures.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) photos.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) travel tips.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) maps.Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) things to do.
Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI) things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)
IndonesiaCentral JavaSurakartaAstana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)

Basic Info

Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)

FR3F+3GF, Jl. Nayu, Nusukan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57135, Indonesia
4.9(32)
Closed
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Family friendly
Accessibility
attractions: Tirtonadi Dam Park, Taman Air Kali Pepe, restaurants: Soto Kwali, Wedangan Lawang Djoendjing, Restaurant Srikandi
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Open hoursSee all hours
Sat9 AM - 3 PMClosed

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)

Tirtonadi Dam Park

Taman Air Kali Pepe

Tirtonadi Dam Park

Tirtonadi Dam Park

4.6

(99)

Open 24 hours
Click for details
Taman Air Kali Pepe

Taman Air Kali Pepe

4.2

(10)

Open until 12:00 AM
Click for details

Nearby restaurants of Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)

Soto Kwali

Wedangan Lawang Djoendjing

Restaurant Srikandi

Soto Kwali

Soto Kwali

4.2

(41)

Click for details
Wedangan Lawang Djoendjing

Wedangan Lawang Djoendjing

4.2

(862)

Click for details
Restaurant Srikandi

Restaurant Srikandi

4.1

(11)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Astana Oetara (Museum & Situs Cagar Budaya K.G.P.A.A. Mangkunegara VI)

4.9
(32)
avatar
5.0
3y

Tengah-tengah perjuangan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara (M.N.) VI telah berhasil membawa Praja Mangkunegaran bangkit kembali dari himpitan ekonomi, Sang Adipati berfikir untuk mengundurkan diri. Langkah ini adalah janggal di kalangan trah Mataram Islam. Hampir nihil dalam catatan sejarah. Amat kompleks alasan yang melatarbelakangi niat M.N. VI ini.

Hingga akhirnya ia betul-betul mengajukan pengunduran diri pada 1912. Surat itu dibalas pada 1914, dan resmi sudah tidak lagi menjabat pada 11 Januari 1916. Tiga hari setelahnya yaitu 14 Januari, beliau pindah ke Surabaya lewat Stasiun Balapan. Sempat dihadang oleh utusan residen karena disangka membawa lari harta Mangkunegaran, tapi itu tidak terbukti. Malah, beliau menyumbangkan harta pribadinya di bank senilai 10 ribu gulden diserahkan untuk kas Praja Mangkunagaran. Beliau diantar secara tidak resmi oleh prajurit legiun Mangkunegaran untuk memberikan penghormatan sebelum hijrah.

Beliau kemudian menetap di Surabaya, tepatnya di Palmenlaan straat atau sekarang menjadi Jalan Panglima Sudirman No. 35. Beliau memulai usaha di sana. Berdagang dengan mendirikan badan usaha bernama 'Soejono Soewasti'. Betul-betul hidup mandiri, meskipun beliau berhak menerima uang pensiun sebesar 6 ribu gulden per bulan.

Tahun 1912 mungkin menjadi tahun yang berat bagi KGPAA. M.N. VI (kemudian dibaca KPA. Dayaningrat), sebab beberapa pihak baik dalam istana maupun luar istana dalam hal ini pemerintah kolonial menjagokan kandidat lain di luar kandidat yang dicalonkan oleh beliau. Peristiwa ini pula menjadi titik awal perubahan sikap terhadap orang-orang di sekelilingnya, di samping pula mulai menderita sakit yaitu di sekitar perut.

Tahun 1927 tepat KPA. Dayaningrat menginjak umur kepala 7, beliau sering sakit dan keluhan di bagian perut. 13 Juni 1928 beliau dibawa ke Darmo Zuikenhuis (sekarang jadi R.S. Darmo) untuk tindakan operasi. Operasi berjalan lancar, KPA. Dayaningrat diperkenankan pulang.

Sebuah suratan takdir mengatakan bahwa pada 25 Juni 1928 Sang Pemimpin wafat pada 01.15 dini hari. Beliau wafat di usia 71 tahun. Berita wafat beliau ditulis dalam surat kabar Haagsche Courant di kolom Vorstenlanden.

Sebelum wafat, beliau menghendaki apabila meninggal untuk dimakamkan di Astana Bata Putih Surabaya. Namun di hari beliau wafat, keluarga Mangkunegaran bersikeras agar KPA. Dayaningrat dimakamkan di Surakarta. Akhirnya beliau dimakamkan di Surakarta, dibawa dengan kereta melalui stasiun Gubeng Surabaya pukul 10.00 di hari yang sama. Sebuah cerita menceritakan bahwa di setiap stasiun pemberhentian, beliau selalu disambut oleh petinggi setempat untuk menyampaikan hormat terakhir, hingga tiba di Sragen beliau disambut oleh Bupati...

   Read more
avatar
5.0
28w

Sebuah tempat sejarah. Makam dari Mangkunegara VI. Tempatnya tenang, asri, masih banyak pohon pohon besar. Merupakan situs cagar budaya. Meskipun demikian, tempat ini dikelola dan dirawat oleh keturunan Mangkunegara VI. Bila kalian berkunjung, bisa menemui salah satu keturunan beliau di Pendopo sebelah kanan dari gerbang masuk. Bila mencari keheningan dalam ibadah, kalian bisa sholat di masjidnya. Menarik bagi saya, di depan masjid terdapat pohon asoka oranye yang batangnya cukup besar, jarang sekali ditemuka asoka dengan batang sebesar itu kecuali umurnya sudah tua. Oh iya, masuk tempat ini belum ditarik retribusi, bisa mengisi dana seiklasnya untuk mendukung pemeliharaan situs cagar budaya. Berbeda dengan makam raja raja, masuk ke makam ini kita tidak diwajibkan menggunakan...

   Read more
avatar
5.0
1y

Makam dari pembaharu Pura Mangkunagaran. Walaupun agak tidak disukai oleh kerabat-kerabat Mangkunagaran pada masa kepemimpinannya karena kebijakannya yang melakukan penghematan. Walaupun begitu, tokoh ini cukup berjasa menyelamatkan keuangan Pura yang awut-awutan. Lokasinya ada di bagian utara kota Sala. Berbeda dengan adipati lainnya yang dimakamkan di Astana Girilayu dan Mangadeg, MN VI dan keturunannya dimakamkan di sini. Tempatnya...

   Read more
Page 1 of 5
Previous
Next

Posts

Rohman “Maestro Laser Cutting”Rohman “Maestro Laser Cutting”
Tengah-tengah perjuangan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara (M.N.) VI telah berhasil membawa Praja Mangkunegaran bangkit kembali dari himpitan ekonomi, Sang Adipati berfikir untuk mengundurkan diri. Langkah ini adalah janggal di kalangan trah Mataram Islam. Hampir nihil dalam catatan sejarah. Amat kompleks alasan yang melatarbelakangi niat M.N. VI ini. Hingga akhirnya ia betul-betul mengajukan pengunduran diri pada 1912. Surat itu dibalas pada 1914, dan resmi sudah tidak lagi menjabat pada 11 Januari 1916. Tiga hari setelahnya yaitu 14 Januari, beliau pindah ke Surabaya lewat Stasiun Balapan. Sempat dihadang oleh utusan residen karena disangka membawa lari harta Mangkunegaran, tapi itu tidak terbukti. Malah, beliau menyumbangkan harta pribadinya di bank senilai 10 ribu gulden diserahkan untuk kas Praja Mangkunagaran. Beliau diantar secara tidak resmi oleh prajurit legiun Mangkunegaran untuk memberikan penghormatan sebelum hijrah. Beliau kemudian menetap di Surabaya, tepatnya di Palmenlaan straat atau sekarang menjadi Jalan Panglima Sudirman No. 35. Beliau memulai usaha di sana. Berdagang dengan mendirikan badan usaha bernama 'Soejono Soewasti'. Betul-betul hidup mandiri, meskipun beliau berhak menerima uang pensiun sebesar 6 ribu gulden per bulan. Tahun 1912 mungkin menjadi tahun yang berat bagi KGPAA. M.N. VI (kemudian dibaca KPA. Dayaningrat), sebab beberapa pihak baik dalam istana maupun luar istana dalam hal ini pemerintah kolonial menjagokan kandidat lain di luar kandidat yang dicalonkan oleh beliau. Peristiwa ini pula menjadi titik awal perubahan sikap terhadap orang-orang di sekelilingnya, di samping pula mulai menderita sakit yaitu di sekitar perut. Tahun 1927 tepat KPA. Dayaningrat menginjak umur kepala 7, beliau sering sakit dan keluhan di bagian perut. 13 Juni 1928 beliau dibawa ke Darmo Zuikenhuis (sekarang jadi R.S. Darmo) untuk tindakan operasi. Operasi berjalan lancar, KPA. Dayaningrat diperkenankan pulang. Sebuah suratan takdir mengatakan bahwa pada 25 Juni 1928 Sang Pemimpin wafat pada 01.15 dini hari. Beliau wafat di usia 71 tahun. Berita wafat beliau ditulis dalam surat kabar Haagsche Courant di kolom Vorstenlanden. Sebelum wafat, beliau menghendaki apabila meninggal untuk dimakamkan di Astana Bata Putih Surabaya. Namun di hari beliau wafat, keluarga Mangkunegaran bersikeras agar KPA. Dayaningrat dimakamkan di Surakarta. Akhirnya beliau dimakamkan di Surakarta, dibawa dengan kereta melalui stasiun Gubeng Surabaya pukul 10.00 di hari yang sama. Sebuah cerita menceritakan bahwa di setiap stasiun pemberhentian, beliau selalu disambut oleh petinggi setempat untuk menyampaikan hormat terakhir, hingga tiba di Sragen beliau disambut oleh Bupati Sragen. @lampaubercerita
Rizky NovitaRizky Novita
Sebuah tempat sejarah. Makam dari Mangkunegara VI. Tempatnya tenang, asri, masih banyak pohon pohon besar. Merupakan situs cagar budaya. Meskipun demikian, tempat ini dikelola dan dirawat oleh keturunan Mangkunegara VI. Bila kalian berkunjung, bisa menemui salah satu keturunan beliau di Pendopo sebelah kanan dari gerbang masuk. Bila mencari keheningan dalam ibadah, kalian bisa sholat di masjidnya. Menarik bagi saya, di depan masjid terdapat pohon asoka oranye yang batangnya cukup besar, jarang sekali ditemuka asoka dengan batang sebesar itu kecuali umurnya sudah tua. Oh iya, masuk tempat ini belum ditarik retribusi, bisa mengisi dana seiklasnya untuk mendukung pemeliharaan situs cagar budaya. Berbeda dengan makam raja raja, masuk ke makam ini kita tidak diwajibkan menggunakan pakaian adat.
Jaso Jangan SotoJaso Jangan Soto
Makam dari pembaharu Pura Mangkunagaran. Walaupun agak tidak disukai oleh kerabat-kerabat Mangkunagaran pada masa kepemimpinannya karena kebijakannya yang melakukan penghematan. Walaupun begitu, tokoh ini cukup berjasa menyelamatkan keuangan Pura yang awut-awutan. Lokasinya ada di bagian utara kota Sala. Berbeda dengan adipati lainnya yang dimakamkan di Astana Girilayu dan Mangadeg, MN VI dan keturunannya dimakamkan di sini. Tempatnya asri, dan tenang.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Tengah-tengah perjuangan Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara (M.N.) VI telah berhasil membawa Praja Mangkunegaran bangkit kembali dari himpitan ekonomi, Sang Adipati berfikir untuk mengundurkan diri. Langkah ini adalah janggal di kalangan trah Mataram Islam. Hampir nihil dalam catatan sejarah. Amat kompleks alasan yang melatarbelakangi niat M.N. VI ini. Hingga akhirnya ia betul-betul mengajukan pengunduran diri pada 1912. Surat itu dibalas pada 1914, dan resmi sudah tidak lagi menjabat pada 11 Januari 1916. Tiga hari setelahnya yaitu 14 Januari, beliau pindah ke Surabaya lewat Stasiun Balapan. Sempat dihadang oleh utusan residen karena disangka membawa lari harta Mangkunegaran, tapi itu tidak terbukti. Malah, beliau menyumbangkan harta pribadinya di bank senilai 10 ribu gulden diserahkan untuk kas Praja Mangkunagaran. Beliau diantar secara tidak resmi oleh prajurit legiun Mangkunegaran untuk memberikan penghormatan sebelum hijrah. Beliau kemudian menetap di Surabaya, tepatnya di Palmenlaan straat atau sekarang menjadi Jalan Panglima Sudirman No. 35. Beliau memulai usaha di sana. Berdagang dengan mendirikan badan usaha bernama 'Soejono Soewasti'. Betul-betul hidup mandiri, meskipun beliau berhak menerima uang pensiun sebesar 6 ribu gulden per bulan. Tahun 1912 mungkin menjadi tahun yang berat bagi KGPAA. M.N. VI (kemudian dibaca KPA. Dayaningrat), sebab beberapa pihak baik dalam istana maupun luar istana dalam hal ini pemerintah kolonial menjagokan kandidat lain di luar kandidat yang dicalonkan oleh beliau. Peristiwa ini pula menjadi titik awal perubahan sikap terhadap orang-orang di sekelilingnya, di samping pula mulai menderita sakit yaitu di sekitar perut. Tahun 1927 tepat KPA. Dayaningrat menginjak umur kepala 7, beliau sering sakit dan keluhan di bagian perut. 13 Juni 1928 beliau dibawa ke Darmo Zuikenhuis (sekarang jadi R.S. Darmo) untuk tindakan operasi. Operasi berjalan lancar, KPA. Dayaningrat diperkenankan pulang. Sebuah suratan takdir mengatakan bahwa pada 25 Juni 1928 Sang Pemimpin wafat pada 01.15 dini hari. Beliau wafat di usia 71 tahun. Berita wafat beliau ditulis dalam surat kabar Haagsche Courant di kolom Vorstenlanden. Sebelum wafat, beliau menghendaki apabila meninggal untuk dimakamkan di Astana Bata Putih Surabaya. Namun di hari beliau wafat, keluarga Mangkunegaran bersikeras agar KPA. Dayaningrat dimakamkan di Surakarta. Akhirnya beliau dimakamkan di Surakarta, dibawa dengan kereta melalui stasiun Gubeng Surabaya pukul 10.00 di hari yang sama. Sebuah cerita menceritakan bahwa di setiap stasiun pemberhentian, beliau selalu disambut oleh petinggi setempat untuk menyampaikan hormat terakhir, hingga tiba di Sragen beliau disambut oleh Bupati Sragen. @lampaubercerita
Rohman “Maestro Laser Cutting”

Rohman “Maestro Laser Cutting”

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Sebuah tempat sejarah. Makam dari Mangkunegara VI. Tempatnya tenang, asri, masih banyak pohon pohon besar. Merupakan situs cagar budaya. Meskipun demikian, tempat ini dikelola dan dirawat oleh keturunan Mangkunegara VI. Bila kalian berkunjung, bisa menemui salah satu keturunan beliau di Pendopo sebelah kanan dari gerbang masuk. Bila mencari keheningan dalam ibadah, kalian bisa sholat di masjidnya. Menarik bagi saya, di depan masjid terdapat pohon asoka oranye yang batangnya cukup besar, jarang sekali ditemuka asoka dengan batang sebesar itu kecuali umurnya sudah tua. Oh iya, masuk tempat ini belum ditarik retribusi, bisa mengisi dana seiklasnya untuk mendukung pemeliharaan situs cagar budaya. Berbeda dengan makam raja raja, masuk ke makam ini kita tidak diwajibkan menggunakan pakaian adat.
Rizky Novita

Rizky Novita

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Makam dari pembaharu Pura Mangkunagaran. Walaupun agak tidak disukai oleh kerabat-kerabat Mangkunagaran pada masa kepemimpinannya karena kebijakannya yang melakukan penghematan. Walaupun begitu, tokoh ini cukup berjasa menyelamatkan keuangan Pura yang awut-awutan. Lokasinya ada di bagian utara kota Sala. Berbeda dengan adipati lainnya yang dimakamkan di Astana Girilayu dan Mangadeg, MN VI dan keturunannya dimakamkan di sini. Tempatnya asri, dan tenang.
Jaso Jangan Soto

Jaso Jangan Soto

See more posts
See more posts