terletak di Jl. KH. Wahid Hasyim, Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Sejarah Masjid Agung Al Jami
Nama masjid ini sebelumnya adalah Masjid Besar Pekalongan, yang berubah menjadi Masjid Agung Al Jami Pekalongan pada tahun 1968 atas saran Habib Ali bin Ahmad Al Atas.
Halaman Masjid Agung Al Jami Pekalongan dengan serambi masjid berada di sebelah kiri, dan menara masjid di pojok sana. Masjid ini dibangun oleh Raden Arjo Wirijo Tumenggung Adinegoro,bupati Pekalongan ketiga, pada 1852 M. Saat itu masjid berukuran 35×35 meter dengan sembilan pintu besar, duabelas jendela, ruang imam dan kubah untuk khatib.
Menara Masjid Agung Al Jami Pekalongan setinggi 27 meter itu selesai dibangun pada bulan Januari 1933 M, yang dibiayai seluruhnya oleh Sayyid Husein bin Ahmad bin Syahab. Ada 99 anak tangga berputar yang harus didaki untuk menuju ke puncak menara. Ketika menara dibangun memang lift belum lagi populer, tidak seperti ketika Masjid Agung Jawa Tengah dibuat.
'); }());
Ruang utama Masjid Agung Al Jami Pekalongan dengan pilar-pilar kayu dan ornamen yang masih asli, diperkuat 22 pilar beton penyangga. Lengkung di tengah adalah tempat imam, di sebelah kanan tempat khatib, dan lengkung kubah di kiri dibangun pada 3 Juni 1907 oleh Bupati Adipati Aryonotodirjo untuk tempat bupati saat shalat Jum’at dan shalat Hari Raya.
Bangunan Masjid Agung Al Jami
Masjid Agung Al Jami Pekalongan (tampak dari depan)
Gapura pada bagian tengah serambi Masjid Agung Al Jami Pekalongan berbentuk segi empat dengan menara dan kubah kecil di setiap pojoknya serta lubang masuk lengkung. Agak jauh di atas belakang terlihat puncak atap bangunan utama masjid yang berbentuk limasan tumpang. Arsitektur masjid ini menggabungkan gaya tradisional Jawa dengan gaya Timur Tengah.
Langit ruangan yang tinggi, dibantu dengan putaran kipas angin dalam jumlah banyak, membuat hawa di ruangan ini terasa cukup sejuk. Lantai keramik masjid yang biasanya sangat dingin telah tertutupi sebahagiannya dengan karpet sajadah warna dominan hijau dan ornamen putih.
Meskipun sudah jauh dari pusat pemerintahan, namun sekitar Masjid Agung Al Jami Pekalongan dan alun-alun tetap menjadi pusat keramaian dan tempat favorit pejalan. Itu karena di sisi utara alun-alun terdapat warung makan Garang Asem H. Masduki yang terkenal serta kuliner lainnya, sejumlah bank, serta di sisi Timur terdapat Plaza Pekalongan, lapangan tenis dan basket.
Diambil dari...
Read moreDi jantung Kota Pekalongan, tepat di sebelah barat alun-alun, berdiri sebuah bangunan megah yang telah menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Masjid Agung Al-Jami’ Pekalongan, begitu namanya, bukan sekadar tempat ibadah, melainkan juga simbol kejayaan Islam yang telah berdiri kokoh sejak tahun 1852. Dibangun atas prakarsa Raden Ario Wirio Tumenggung Adi Negoro, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan bagi masyarakat setempat. Dari generasi ke generasi, lantunan azan terus menggema dari menara masjid, memanggil umat untuk bersujud dalam keheningan.
Keunikan Masjid Agung Al-Jami’ terletak pada arsitekturnya yang memadukan gaya Jawa dan Arab. Kubahnya berbentuk joglo, khas rumah tradisional Jawa, sementara unsur Arab terlihat jelas di serambi yang terbuka dan anggun. Di dalamnya, delapan tiang kayu kokoh berdiri menopang struktur utama, berpadu dengan 22 tiang beton yang menambah kesan megah. Keistimewaan lain terletak pada atap kayunya yang dibuat tanpa sambungan—sebuah bukti kepiawaian para pengrajin masa lalu. Seiring waktu, masjid ini tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga tempat berkumpulnya para santri, ulama, dan masyarakat yang ingin mendalami ilmu agama.
Tahun 1933 menjadi titik penting dalam sejarah masjid ini. Sebuah menara setinggi 27 meter didirikan, hadiah dari Sayyid Husein bin Ahmad bin Syahab. Untuk mencapai puncaknya, seseorang harus menaiki 99 anak tangga yang berputar—melambangkan 99 nama Allah yang suci. Dari atas menara, mata bisa menatap luasnya Kota Pekalongan, seakan menyaksikan peradaban yang terus berkembang di bawah naungan masjid ini. Meski telah mengalami beberapa renovasi, Masjid Agung Al-Jami’ tetap mempertahankan keasliannya, berdiri anggun sebagai warisan budaya dan spiritual yang tak ternilai. Setiap sudutnya menyimpan kisah, setiap lantunannya mengandung doa, dan setiap hembusan angin yang berdesir di serambinya membawa ketenangan bagi siapa pun...
Read moreMasjid Agung Kauman Pekalongan adalah sebuah masjid di Pekalongan Jawa Tengah. Lokasi masjid ini berada di alun alun kota Pekalongan. Masjid peninggalan sejarah ini menjadi salah satu ciri khas Kota Pekalongan. Meskipun telah dibangun beberapa Masjid baru yang tak kalah megahnya, namun Masjid Agung Kauman ini tetap tak tergantikan sebagai simbol islami warga Pekalongan.
Kegiatan
Saat Ramadhan masjid ini selalu ramai dengan orang yang akan berbuka puasa, panitia masjid agung selalu menyediakan ta’jil untuk berbuka mulai dari makanan ataupun minuman dengan total ta’jil lebih dari 200 buah. Sembari menunggu berbuka kami selalu ada kajian islami selain diadakannya tarawih berjamaah yang terkadang dihadiri oleh wali kota atau wakil wali kota Pekalongan. Kegiatan keagamaan saat malam ahad ada pengajian sehabis taraweh, ada pula khataman al-qu’ran, dan pembagian zakat fitrah saat Idul fitri tiba.
Tradisi unik saat bulan Ramadan terdapat dua jamaah salat tarawih dengan jumlah rakaat berbeda. Satu sisi, ada satu jamaah salat tarawih dengan 23 rakaat. Satunya jamaah salat tarawih 11 rakaat. Kebiasaan unik itu bisa jadi hanya ada di Masjid Jami Kota Pekalongan di wilayah pantura, bahkan Indonesia. Kendati beda rakaat, bukan alasan untuk tidak menjaga ukhuwah islamiyah. Mereka tetap rukun, saling menghormati, dan menghargai. Sebelum salat tarawih, kedua golongan itu salat isya berjamaah dengan satu imam. Salat tarawih dimulai bersama-sama. Usai rakaat kedelapan, sebagian keluar dari shaf, kemudian mundur membentuk shaf sendiri di belakang. Selanjutnya mereka melaksanakan salat witir tiga rakaat.Usai salat witir, jamaah itu turun dari masjid. Sementara, jamaah sebelumnya tetap melanjutkan salat tarawih hingga 23 rakaat, termasuk salat witir. Tradisi itu sudah...
Read more