Location: Quite near to Tanah Abang. If you're using public transportation, get off at the Tanah Abang station and continue with minivan Jaklingko and get off at right in front of the museum (you can also walk, since it's not far from the train station, but since the sidewalk is so messy and crowded I wouldn't recommend it).
Fee: quite cheap. Adult local tourist is charged 10K IDR on weekdays and 15K IDR on weekend. For international tourist, they charge 50K for weekend and weekdays.
Ambience: Very serene, quiet, peaceful and might I say this museum is underrated. You can explore their main exhibition hall where they display most Indonesian textile collections or go to the Batik Gallery to see batik from all around indonesia. Typically there are not many visitors here even in the weekend so it's perfect if you want explore all their exhibitions.
Interesting activity: there is a batik workshop at the museum where you can experience making your own batik and bring your craft home. The fee is 50k (for both locals and international tourist) and you'll be taught by the staff from A to Z. I'd say this is most interesting part of the museum and it's really worth to try.
They close at 3pm so make sure you come early if you wanna try making your own batik as it takes at...
Read moreMuseum Textile. This is a museum of textiles but not a museum of all kinds of textile, this museum is dominated by batik from ages. This museum is located in Jl. Ks. Tubun No.2-4, Palmerah area, West Jakarta. Activities in this museum are 3 big categories, as a museum of batik with beautiful batik collections inclusive of the types of pattern batik from many places in Indonesia, the batik stamp devices, all things related to batik. A second category is a place for batik workshop where anyone can come to learn batik and practicing how to make batik from zero to mastering how to make batik clothes. Start from designing, transferring a design into a chemical treated cloth as the base of batik then start writing the batik using a liquid wax following the pattern, then continue with coloring the batik, sox it in the fixing agent for color. Then flush it and dry it naturally. Then the last category is a function room to hold cultural events, exhibitions, education related to batik and textile.
This is a nice place to learn and know Batik. Forget not there're a cafe, canteen and souvenir shops sell batik and other craft...
Read moreMuseum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Bertempat di Jalan Aipda K.S. Tubun No.4, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, museum ini secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi. Dalam sejarahnya, gedung yang digunakan sebagai museum ini dahulu merupakan rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke-19. Namun gedung ini kemudian dijual pada seorang anggota konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Pada tahun 1942, gedung ini dijual lagi kepada orang yang bernama Karel Cristian Cruq. Tidak begitu lama, gedung ini pun beralihtangan lagi dan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, kepemilikan gedung ini dipegang oleh seseorang yang bernama Lie Sion Phin. Setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan beralih fungsi, akhirnya pada tahun 1975, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan dijadikan sebagai Museum Tekstil. Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976.
Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yakni sekitar 1.000 buah. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan koleksi pilihan, karena usianya yang paling tua. Bendera itu terbuat dari bahan kapas berupa batik tulis yang berhias kaligrafi Arab. Bendera mirip plakat itu konon merupakan peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M yang sangat disakralkan di Istana Cirebon. Pada saat itu bendera tersebut sering dipakai sebagai simbol syiar Islam.
Selain memamerkan koleksi pertekstilan, di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum. Kursus membuat batik ini dilaksanakan di sebuah bangunan yang terletak di halaman paling belakang Museum Tekstil. Bangunan ini bergaya rumah panggung lebar yang tak mempunyai sekat di dalamnya. Semua bahan bangunannya terbuat dari kayu dengan cat berwarna coklat tua. Di ruangan ini tidak terdapat pendingin ruangan (AC), karena telah terdapat beberapa jendela yang mengelilingi ruangan untuk mengalirkan...
Read more