HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman — Attraction in Pontianak

Name
Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman
Description
Nearby attractions
Keraton Kadriyah Pontianak Kalbar
X8CX+FWQ, Jl. Tj. Raya 1, Dalam Bugis, Kec. Pontianak Tim., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Nearby restaurants
Warung Kopi Suka Hati
Sekip Darat Jl. Tanjung Pura No.17, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Bar., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78117, Indonesia
RM Barito
Jl. Tanjung Pura No.43-45, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78123, Indonesia
Bintang Borneo, Dimsum & Congee (ex RM Borneo)
Jl. DR. Setia Budi No.4, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78122, Indonesia
Aming Coffee
Jl. H. Abbas 1 No.157, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78122, Indonesia
Warung Kopi ASIANG
Jl. Merapi, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Kwe Kia Theng Apo
X8CV+59C, Jl. Siam, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
RM Melda
Jln tanjung harapan, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Ahan Fish Soup Sisingamangaraja
Jl. Sisingamangaraja No.8, Darat Sekip, Kec. Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Warkop Sariwangi
Jl. Tanjung Pura, Benua Melayu Laut, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Mekuru Ramen House
Jl. Ketapang No.87 D, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78122, Indonesia
Nearby hotels
Hotel Aroma Inn Pontianak
Jl. DR. Setia Budi No.93, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
HOTEL KINI
X8FQ+HMW, Jl. Nusa Indah III, Darat Sekip, Kec. Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Perawatan Spa di Hotel Santika Pontianak
Jl. Diponegoro No.46, 78123, Darat Sekip, Kec. Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
RedDoorz @ H. Agus Salim Street Pontianak
Jl. H. Agus Salim No.82-84, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243, Indonesia
Berlian Hotel
Jl. Tanjung Pura No.91, Benua Melayu Darat, Kec. Pontianak Sel., Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78122, Indonesia
Related posts
Keywords
Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman tourism.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman hotels.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman bed and breakfast. flights to Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman attractions.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman restaurants.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman travel.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman travel guide.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman travel blog.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman pictures.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman photos.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman travel tips.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman maps.Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman things to do.
Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman
IndonesiaWest KalimantanPontianakJami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman

Basic Info

Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman

Jalan Kampung Masjid, Dalam Bugis, Pontianak Timur, Pontianak, West Kalimantan 78243, Indonesia
4.7(350)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
Accessibility
attractions: Keraton Kadriyah Pontianak Kalbar, restaurants: Warung Kopi Suka Hati, RM Barito, Bintang Borneo, Dimsum & Congee (ex RM Borneo), Aming Coffee, Warung Kopi ASIANG, Kwe Kia Theng Apo, RM Melda, Ahan Fish Soup Sisingamangaraja, Warkop Sariwangi, Mekuru Ramen House
logoLearn more insights from Wanderboat AI.

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Pontianak
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Pontianak
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Pontianak
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman

Keraton Kadriyah Pontianak Kalbar

Keraton Kadriyah Pontianak Kalbar

Keraton Kadriyah Pontianak Kalbar

4.6

(1.2K)

Open 24 hours
Click for details

Nearby restaurants of Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman

Warung Kopi Suka Hati

RM Barito

Bintang Borneo, Dimsum & Congee (ex RM Borneo)

Aming Coffee

Warung Kopi ASIANG

Kwe Kia Theng Apo

RM Melda

Ahan Fish Soup Sisingamangaraja

Warkop Sariwangi

Mekuru Ramen House

Warung Kopi Suka Hati

Warung Kopi Suka Hati

4.6

(829)

Click for details
RM Barito

RM Barito

4.3

(161)

Click for details
Bintang Borneo, Dimsum & Congee (ex RM Borneo)

Bintang Borneo, Dimsum & Congee (ex RM Borneo)

4.4

(272)

$$

Click for details
Aming Coffee

Aming Coffee

4.6

(1.9K)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Jami' Mosque of Sultan Syarif Abdurrahman

4.7
(350)
avatar
5.0
7y

Tersebutlah seorang tokoh Islam sekaligus penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang masih keturunan Arab, al-Habib Husein. Sekitar tahun 1733, ia meninggalkan kediamannya (Semarang) menuju Kerajaan Matan (kini daerah Kalimantan Barat) untuk menyebarkan syariat Islam. Oleh Raja Matan, Sultan Kamaluddin, ia langsung diangkat menjadi Mufti Peradilan Agama.

Meskipun Habib Husein telah diangkat menjadi mufti, namun ia tetap tidak mau meniggalkan tugas sucinya, yaitu menyebarkan agama Islam. Melihat kemampuan dalam menguasai ilmu Islam, Sultan Kamaluddin menikahkan salah seorang putrinya bernama Nyai Tua dengan Habib Husein. Dari hasil perkawinannya itu melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Syarif Abdurrahman pada tahun 1742.

Jabatan mufti di Kerajaan Matan sayang tidak dapat bertahan lama, sebab timbul perselisihan pendapat dengan Sultan Kamaluddin sehingga Habib Husein kemudian pindah ke Kerajaan Mempawah. Ketika ia meninggalkan Kerajaan Matan, ia diantar oleh tiga buah perahu. Sementara dari Kerajaan Mempawah yang menjemput sebanyak dua perahu, yang langsung dipimpin oleh Putra Panembahan Mempawah, Gusti Haji, dengan gelar Pangeran Mangku. Kepindahan Habib Husein terjadi pada tanggal 8 Muharam 1172 H. Tetapi, kemudian Habib Husein meninggal. Peran ayahnya itu kemudian digantikan oleh Syarif Abdurrahman.

Akan tetapi, pada tahun 1771 M, Syarif Abdurrahman dan saudara- saudaranya beserta pengikutnya meninggalkan Kerajaan Mempawah dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Perjalanannya itu dikawal oleh 14 buah perahu yang bernama Perahu Kakap. Abdurrahman bersama rombongannya langsung menyusuri Sungai Kapuas menuju Hulu.

Tepat tanggal 14 Rajab 1185 H (23 Oktober 1771 M) rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di tanjung ini, mereka naik ke darat kemudian menebas hutan belantara untuk dijadikan daerah pemukiman. Daerah tempat tinggal Syarif Abdurrahman itu lalu diberi nama Pontianak.

Di daerah “pemukimanbaru” itulah didirikan sebuah masjid yang atapnya terdiri atas daun rumbia, yang kondisinya pun belum sempurna, namun Sultan Syarif Abdurrahman keburu meninggal dunia tahun 1808 M. Dengan wafatnya Syarif Abdurrahman, Kesultanan Pontianak dilanjutkan oleh Sultan Syarif Kasim, adik Syarif Abdurrahman.

Hal itu dapat terjadi karena putra Abdurrahman, yaitu Syarif Usman belum dewasa. Akan tetapi, setelah Usman menginjak dewasa maka diangkatlah Syarif Usman sebagai Sultan Pontianak (1822-1855). Pada masa kesultanan Syarif Usman inilah, masjid yang dibangun pada masa Abdurrahman dibangun kembali bahkan masih dijadikan masjid kesultanan. Demi mengabadikan nama Abdurrahman yang memiliki jasa dalam pembangunan masjid tersebut, kemudian nama Abdurrahman diabadikan untuk nama masjid yang ia rintis pertama kali. Enam Tiang Besar

Setelah Masjid Abdurrahman ini penyempurnaannya diselesaikan, pada ruangan dalam terdapat enam buah tiang besar yang kokoh. Ini melambangkan sifat keimanan yang kuat dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Demikian juga atap masjid yang berbentuk bangunan joglo (terdiri atas empat atap). Pada tingkat ketiga terdapat empat buah menara kecil yang melambangkan keempat sahabat Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali).

Sejak masjid ini didirikan, fungsinya tidak hanya sekadar untuk kegiatan yang bersifat ubudiyah semata-mata, tetapi lebih dari itu masjid ini juga dijadikan basis (tempat) penyebaran agama Islam. Selain itu, Masjid Abdurrahman ini dijadikan pula sebagai pusat pendalaman masalah-masalah ilmu Islam. Penggalian-penggalian ilmu pengetahuan Islam tidak saja dilakukan oleh sultan sendiri, tetapi juga oleh tokoh- tokoh Islam pada saat itu, seperti Muhammad Alqadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, H. Ismail Kelantan, H. Muhammad Habsyi, Habib Ahmad Syahab, Syekh Yusuf Mansur, dan masih banyak lagi...

   Read more
avatar
5.0
7y

Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie terletak di Kampung Beting RT.01 RW.02 Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur, Pontianak, Kalimantan Barat

Masjid Jami' Pontianak atau dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua dan terbesar di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini merupakan satu dari dua bangunan yang menjadi pertanda berdirinya Kota Pontianak

Pendiri masjid sekaligus pendiri Kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Alkadrie. Ia seorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, seorang penyebar agama Islamdari Jawa. Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang meneruskan jejak ayahnya menyiarkan agama Islam.

Syarif Abdurrahman melakukan perjalanan dari Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas. Ikut dalam rombongannya sejumlah orang yang menumpang 14 perahu. Rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 23 Oktober 1771. Kemudian mereka membuka dan menebas hutan di dekat muara itu untuk dijadikan daerah permukiman baru. Abdurrahman mendirikan sebuah kerajaan baru Pontianak. Ia pun membangun masjid dan istana untuk sultan.

Masjid yang dibangun aslinya beratap rumbia dan konstruksinya dari kayu. Syarif Abdurrahman meninggal pada 1808 Masehi. Ia memiliki putera bernama Syarif Usman. Saat ayahnya meninggal, Syarif Usman masih berusia kanak-kanak, sehingga belum bisa meneruskan pemerintahan almarhum ayahnya. Maka pemerintahan sementara dipegang adik Syarif Abdurrahman, bernama Syarif Kasim. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai Sultan Pontianak, pada 1822 sampai dengan 1855Masehi. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif Usman, dan dinamakan sebagai Masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa-jasa ayahnya.

Beberapa ulama terkenal pernah mengajarkan agama Islam di masjid Jami' Sultan Abdurrahman. Mereka di antaranya Muhammad al-Kadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, dan H. Ismail Kelantan.

Masjid Jami' Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah salat. Masjid akan penuh terisi jamaah salat, saat waktu salat Jumat dan tarawih Ramadan. Pada sisi kiri pintu masuk masjid, terdapat pasar ikan tradisional. Di belakangnya merupakan permukiman padat penduduk Kampung Beting, kelurahan Dalam Bugis dan di bagian depan masjid, yang juga menghadap ke barat,...

   Read more
avatar
5.0
5y

Masjid Sultan Syarif Abdurrahman didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman ketika pertama kali membuka kawasan hutan persimpangan tiga Sungai Landak Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas tahun 1771. Tempat yang kini dikenal sebagai kota Pontianak. Sultan Syarif Abdurrahman juga membangun Istana tak jauh dari masjid ini.

Syarif Abdurrahman Alkadrie adalah seorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, penyebar agama Islam dari Semarang (Jawa Tengah). Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua, dan beliau diangkat sebagai Mufti Kerajaan. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie.

Dalam perkembangannya, kemudian terjadi perselisihan antara Sultan dengan al-Habib Husein. Akhirnya, al-Habib memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Matan, pindah ke Kerajaan Mempawah dan bermukim di kerajaan tersebut hingga ia meninggal dunia. Setelah al-Habib Husein meninggal dunia, posisinya digantikan oleh anaknya. Syarif Abdurrahman. Akan tetapi, Syarif Abdurrahman kemudian memutuskan pergi dari Mempawah dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam.

Foto dari panoramio

Syarif Abdurrahman melakukan perjalanan dari Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas. Ikut dalam rombongannya sejumlah orang yang menumpang 14 perahu. Rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 23 Oktober 1771. Kemudian membuka dan menebas hutan di dekat muara itu untuk dijadikan daerah permukiman baru, termasuk bangunan Masjid dan Istana dan membentuk Kesultanan Pontianak.

Masjid yang dibangun aslinya beratap rumbia dan konstruksinya dari kayu. Ketika Syarif Abdurrahman meninggal pada 1808 Masehi kekuasaanya diteruskan sementara waktu oleh adiknya yang bernama Syarif Kasim karena putera Syarif Abdurrahman yang bernama Syarif Usman masih kanak-kanak ketika ayahnya meninggal dunia. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai Sultan Pontianak pada tahun 1822 sampai dengan 1855 Masehi. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif Usman, dan dinamakan sebagai Masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa-jasa ayahnya.

Sejak masjid ini didirikan, selain berfungsi sebagai pusat ibadah, juga digunakan sebagai basis penyebaran Agama Islam di kawasan tersebut. Beberapa ulama terkenal yang pernah mengajarkan Agama Islam di masjid ini di antaranya Muhammad al-Kadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H Ismail Jabbar dan H...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Aim Ahmad SalimAim Ahmad Salim
Tersebutlah seorang tokoh Islam sekaligus penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang masih keturunan Arab, al-Habib Husein. Sekitar tahun 1733, ia meninggalkan kediamannya (Semarang) menuju Kerajaan Matan (kini daerah Kalimantan Barat) untuk menyebarkan syariat Islam. Oleh Raja Matan, Sultan Kamaluddin, ia langsung diangkat menjadi Mufti Peradilan Agama. Meskipun Habib Husein telah diangkat menjadi mufti, namun ia tetap tidak mau meniggalkan tugas sucinya, yaitu menyebarkan agama Islam. Melihat kemampuan dalam menguasai ilmu Islam, Sultan Kamaluddin menikahkan salah seorang putrinya bernama Nyai Tua dengan Habib Husein. Dari hasil perkawinannya itu melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Syarif Abdurrahman pada tahun 1742. Jabatan mufti di Kerajaan Matan sayang tidak dapat bertahan lama, sebab timbul perselisihan pendapat dengan Sultan Kamaluddin sehingga Habib Husein kemudian pindah ke Kerajaan Mempawah. Ketika ia meninggalkan Kerajaan Matan, ia diantar oleh tiga buah perahu. Sementara dari Kerajaan Mempawah yang menjemput sebanyak dua perahu, yang langsung dipimpin oleh Putra Panembahan Mempawah, Gusti Haji, dengan gelar Pangeran Mangku. Kepindahan Habib Husein terjadi pada tanggal 8 Muharam 1172 H. Tetapi, kemudian Habib Husein meninggal. Peran ayahnya itu kemudian digantikan oleh Syarif Abdurrahman. Akan tetapi, pada tahun 1771 M, Syarif Abdurrahman dan saudara- saudaranya beserta pengikutnya meninggalkan Kerajaan Mempawah dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Perjalanannya itu dikawal oleh 14 buah perahu yang bernama Perahu Kakap. Abdurrahman bersama rombongannya langsung menyusuri Sungai Kapuas menuju Hulu. Tepat tanggal 14 Rajab 1185 H (23 Oktober 1771 M) rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di tanjung ini, mereka naik ke darat kemudian menebas hutan belantara untuk dijadikan daerah pemukiman. Daerah tempat tinggal Syarif Abdurrahman itu lalu diberi nama Pontianak. Di daerah “pemukimanbaru” itulah didirikan sebuah masjid yang atapnya terdiri atas daun rumbia, yang kondisinya pun belum sempurna, namun Sultan Syarif Abdurrahman keburu meninggal dunia tahun 1808 M. Dengan wafatnya Syarif Abdurrahman, Kesultanan Pontianak dilanjutkan oleh Sultan Syarif Kasim, adik Syarif Abdurrahman. Hal itu dapat terjadi karena putra Abdurrahman, yaitu Syarif Usman belum dewasa. Akan tetapi, setelah Usman menginjak dewasa maka diangkatlah Syarif Usman sebagai Sultan Pontianak (1822-1855). Pada masa kesultanan Syarif Usman inilah, masjid yang dibangun pada masa Abdurrahman dibangun kembali bahkan masih dijadikan masjid kesultanan. Demi mengabadikan nama Abdurrahman yang memiliki jasa dalam pembangunan masjid tersebut, kemudian nama Abdurrahman diabadikan untuk nama masjid yang ia rintis pertama kali. Enam Tiang Besar Setelah Masjid Abdurrahman ini penyempurnaannya diselesaikan, pada ruangan dalam terdapat enam buah tiang besar yang kokoh. Ini melambangkan sifat keimanan yang kuat dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Demikian juga atap masjid yang berbentuk bangunan joglo (terdiri atas empat atap). Pada tingkat ketiga terdapat empat buah menara kecil yang melambangkan keempat sahabat Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Sejak masjid ini didirikan, fungsinya tidak hanya sekadar untuk kegiatan yang bersifat ubudiyah semata-mata, tetapi lebih dari itu masjid ini juga dijadikan basis (tempat) penyebaran agama Islam. Selain itu, Masjid Abdurrahman ini dijadikan pula sebagai pusat pendalaman masalah-masalah ilmu Islam. Penggalian-penggalian ilmu pengetahuan Islam tidak saja dilakukan oleh sultan sendiri, tetapi juga oleh tokoh- tokoh Islam pada saat itu, seperti Muhammad Alqadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, H. Ismail Kelantan, H. Muhammad Habsyi, Habib Ahmad Syahab, Syekh Yusuf Mansur, dan masih banyak lagi yang lainnya.
BANGKU CHANNELBANGKU CHANNEL
Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie terletak di Kampung Beting RT.01 RW.02 Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur, Pontianak, Kalimantan Barat Masjid Jami' Pontianak atau dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua dan terbesar di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini merupakan satu dari dua bangunan yang menjadi pertanda berdirinya Kota Pontianak Pendiri masjid sekaligus pendiri Kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Alkadrie. Ia seorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, seorang penyebar agama Islamdari Jawa. Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang meneruskan jejak ayahnya menyiarkan agama Islam. Syarif Abdurrahman melakukan perjalanan dari Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas. Ikut dalam rombongannya sejumlah orang yang menumpang 14 perahu. Rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 23 Oktober 1771. Kemudian mereka membuka dan menebas hutan di dekat muara itu untuk dijadikan daerah permukiman baru. Abdurrahman mendirikan sebuah kerajaan baru Pontianak. Ia pun membangun masjid dan istana untuk sultan. Masjid yang dibangun aslinya beratap rumbia dan konstruksinya dari kayu. Syarif Abdurrahman meninggal pada 1808 Masehi. Ia memiliki putera bernama Syarif Usman. Saat ayahnya meninggal, Syarif Usman masih berusia kanak-kanak, sehingga belum bisa meneruskan pemerintahan almarhum ayahnya. Maka pemerintahan sementara dipegang adik Syarif Abdurrahman, bernama Syarif Kasim. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai Sultan Pontianak, pada 1822 sampai dengan 1855Masehi. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif Usman, dan dinamakan sebagai Masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa-jasa ayahnya. Beberapa ulama terkenal pernah mengajarkan agama Islam di masjid Jami' Sultan Abdurrahman. Mereka di antaranya Muhammad al-Kadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, dan H. Ismail Kelantan. Masjid Jami' Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah salat. Masjid akan penuh terisi jamaah salat, saat waktu salat Jumat dan tarawih Ramadan. Pada sisi kiri pintu masuk masjid, terdapat pasar ikan tradisional. Di belakangnya merupakan permukiman padat penduduk Kampung Beting, kelurahan Dalam Bugis dan di bagian depan masjid, yang juga menghadap ke barat, terbentang Sungai Kapuas.
Suria SulaimanSuria Sulaiman
Traditional wooden mosque of the local architecture is situated beside the river. The mosque with its own jetty served the local congregation. The imam recites the verses in excellent way. The traditional village with houses built on stilt over the canals. The concrete paveways connected houses and enable the motobikes to ply, and boats are still used. The market place is separated by a small reverine. The palace, Kraton Kadriah, is linked to the mosque in axial form.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Pontianak

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Tersebutlah seorang tokoh Islam sekaligus penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang masih keturunan Arab, al-Habib Husein. Sekitar tahun 1733, ia meninggalkan kediamannya (Semarang) menuju Kerajaan Matan (kini daerah Kalimantan Barat) untuk menyebarkan syariat Islam. Oleh Raja Matan, Sultan Kamaluddin, ia langsung diangkat menjadi Mufti Peradilan Agama. Meskipun Habib Husein telah diangkat menjadi mufti, namun ia tetap tidak mau meniggalkan tugas sucinya, yaitu menyebarkan agama Islam. Melihat kemampuan dalam menguasai ilmu Islam, Sultan Kamaluddin menikahkan salah seorang putrinya bernama Nyai Tua dengan Habib Husein. Dari hasil perkawinannya itu melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Syarif Abdurrahman pada tahun 1742. Jabatan mufti di Kerajaan Matan sayang tidak dapat bertahan lama, sebab timbul perselisihan pendapat dengan Sultan Kamaluddin sehingga Habib Husein kemudian pindah ke Kerajaan Mempawah. Ketika ia meninggalkan Kerajaan Matan, ia diantar oleh tiga buah perahu. Sementara dari Kerajaan Mempawah yang menjemput sebanyak dua perahu, yang langsung dipimpin oleh Putra Panembahan Mempawah, Gusti Haji, dengan gelar Pangeran Mangku. Kepindahan Habib Husein terjadi pada tanggal 8 Muharam 1172 H. Tetapi, kemudian Habib Husein meninggal. Peran ayahnya itu kemudian digantikan oleh Syarif Abdurrahman. Akan tetapi, pada tahun 1771 M, Syarif Abdurrahman dan saudara- saudaranya beserta pengikutnya meninggalkan Kerajaan Mempawah dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Perjalanannya itu dikawal oleh 14 buah perahu yang bernama Perahu Kakap. Abdurrahman bersama rombongannya langsung menyusuri Sungai Kapuas menuju Hulu. Tepat tanggal 14 Rajab 1185 H (23 Oktober 1771 M) rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di tanjung ini, mereka naik ke darat kemudian menebas hutan belantara untuk dijadikan daerah pemukiman. Daerah tempat tinggal Syarif Abdurrahman itu lalu diberi nama Pontianak. Di daerah “pemukimanbaru” itulah didirikan sebuah masjid yang atapnya terdiri atas daun rumbia, yang kondisinya pun belum sempurna, namun Sultan Syarif Abdurrahman keburu meninggal dunia tahun 1808 M. Dengan wafatnya Syarif Abdurrahman, Kesultanan Pontianak dilanjutkan oleh Sultan Syarif Kasim, adik Syarif Abdurrahman. Hal itu dapat terjadi karena putra Abdurrahman, yaitu Syarif Usman belum dewasa. Akan tetapi, setelah Usman menginjak dewasa maka diangkatlah Syarif Usman sebagai Sultan Pontianak (1822-1855). Pada masa kesultanan Syarif Usman inilah, masjid yang dibangun pada masa Abdurrahman dibangun kembali bahkan masih dijadikan masjid kesultanan. Demi mengabadikan nama Abdurrahman yang memiliki jasa dalam pembangunan masjid tersebut, kemudian nama Abdurrahman diabadikan untuk nama masjid yang ia rintis pertama kali. Enam Tiang Besar Setelah Masjid Abdurrahman ini penyempurnaannya diselesaikan, pada ruangan dalam terdapat enam buah tiang besar yang kokoh. Ini melambangkan sifat keimanan yang kuat dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Demikian juga atap masjid yang berbentuk bangunan joglo (terdiri atas empat atap). Pada tingkat ketiga terdapat empat buah menara kecil yang melambangkan keempat sahabat Nabi (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali). Sejak masjid ini didirikan, fungsinya tidak hanya sekadar untuk kegiatan yang bersifat ubudiyah semata-mata, tetapi lebih dari itu masjid ini juga dijadikan basis (tempat) penyebaran agama Islam. Selain itu, Masjid Abdurrahman ini dijadikan pula sebagai pusat pendalaman masalah-masalah ilmu Islam. Penggalian-penggalian ilmu pengetahuan Islam tidak saja dilakukan oleh sultan sendiri, tetapi juga oleh tokoh- tokoh Islam pada saat itu, seperti Muhammad Alqadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, H. Ismail Kelantan, H. Muhammad Habsyi, Habib Ahmad Syahab, Syekh Yusuf Mansur, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Aim Ahmad Salim

Aim Ahmad Salim

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Pontianak

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Masjid Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie terletak di Kampung Beting RT.01 RW.02 Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur, Pontianak, Kalimantan Barat Masjid Jami' Pontianak atau dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua dan terbesar di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini merupakan satu dari dua bangunan yang menjadi pertanda berdirinya Kota Pontianak Pendiri masjid sekaligus pendiri Kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Alkadrie. Ia seorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, seorang penyebar agama Islamdari Jawa. Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang meneruskan jejak ayahnya menyiarkan agama Islam. Syarif Abdurrahman melakukan perjalanan dari Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas. Ikut dalam rombongannya sejumlah orang yang menumpang 14 perahu. Rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 23 Oktober 1771. Kemudian mereka membuka dan menebas hutan di dekat muara itu untuk dijadikan daerah permukiman baru. Abdurrahman mendirikan sebuah kerajaan baru Pontianak. Ia pun membangun masjid dan istana untuk sultan. Masjid yang dibangun aslinya beratap rumbia dan konstruksinya dari kayu. Syarif Abdurrahman meninggal pada 1808 Masehi. Ia memiliki putera bernama Syarif Usman. Saat ayahnya meninggal, Syarif Usman masih berusia kanak-kanak, sehingga belum bisa meneruskan pemerintahan almarhum ayahnya. Maka pemerintahan sementara dipegang adik Syarif Abdurrahman, bernama Syarif Kasim. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai Sultan Pontianak, pada 1822 sampai dengan 1855Masehi. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif Usman, dan dinamakan sebagai Masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa-jasa ayahnya. Beberapa ulama terkenal pernah mengajarkan agama Islam di masjid Jami' Sultan Abdurrahman. Mereka di antaranya Muhammad al-Kadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, dan H. Ismail Kelantan. Masjid Jami' Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah salat. Masjid akan penuh terisi jamaah salat, saat waktu salat Jumat dan tarawih Ramadan. Pada sisi kiri pintu masuk masjid, terdapat pasar ikan tradisional. Di belakangnya merupakan permukiman padat penduduk Kampung Beting, kelurahan Dalam Bugis dan di bagian depan masjid, yang juga menghadap ke barat, terbentang Sungai Kapuas.
BANGKU CHANNEL

BANGKU CHANNEL

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Pontianak

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Traditional wooden mosque of the local architecture is situated beside the river. The mosque with its own jetty served the local congregation. The imam recites the verses in excellent way. The traditional village with houses built on stilt over the canals. The concrete paveways connected houses and enable the motobikes to ply, and boats are still used. The market place is separated by a small reverine. The palace, Kraton Kadriah, is linked to the mosque in axial form.
Suria Sulaiman

Suria Sulaiman

See more posts
See more posts