I went here couple times for attending gig shows that my community held. I didn't stroll around enough to get to know it well, though the place looked so old and dusted. It was just like other poorly managed museums. The only thing amazed me was the real time conventional counter which counts people with cancer died every single seconds. Overall, if this place gets a little care from the govt or the privat owner, this place will be very attractive and educational for...
Read moreKetika pertama kali datang ke museum ini yang terlintas pertama kali terlihat oleh saya adalah sebuah bangunan tua, seperti bangunan peninggalan Belanda yang di perbarui, walaupun terlihat seperti bangunan lama namun bagian dalam museum ini cukup luas dan bersih serta bergaya modern. Sebelum mulai petualangan untuk melihat berbagai jenis sediaan awetan kanker dari berbagai organ, kita terlebih dahulu di arahkan untuk mengisi buku tamu, setelah itu baru mulai masuk ke dalam, dimana berbagai sediaan awetan kanker berbagai organ disimpan. Di museum ini kita dapat belajar mengenai kanker mulai dari penyebabnya, gejalanya, gambarannya, dan tentunya sediaan asli organ yang terkena kanker tersebut. Tidak hanya itu, kita juga dapat melihat apotek hidup di bagian belakang museum ini yang sebagian besar merupakan obat2n kanker alami. Disini juga tersedia kantin jika kita kelaparan saat berpetualang mengelilingi museum ini. Di akhir perjalanan kita bisa berdonasi untuk museum ini yang kemudian akan digunakan untuk kegiatan2 yang berhubungan dengan kanker serta pencegahannya, hal ini kita lakukan dengan cara memasukan uang ke dalam kotak donasi, seikhlasnya.. museum ini tidak memungut biaya masuk sama sekali.. sangat bagus untuk sarana edukasi bagi masyarakat awam maupun praktisi kesehatan...
Read moreMuseum Kanker Indonesia koleksinya bikin lebih waspada soal penyakit kanker. Apalagi ternyata ini juga satu-satunya museum kanker di dunia. Sejarah singkat berdirinya museum ini dimulai dari terbentuknya Yayasan Wisnuwardhana pada 30 Oktober 1969. Ini merupakan yayasan kanker pertama di Indonesia. Gedung Yayasan Kanker Wisnuwardhana yang kemudian disingkat YKW itu diresmikan pada 1974 oleh Moh. Noer, Gubernur Jawa Timur kala itu. Kemudian Gedung YKW menjadi museum kanker pada 2013 yang diprakarsai Pembina YKW dr. Ananto Sidohutomo. Museum ini lantas menjadi saksi dari ganasnya penyakit kanker. Sebagai buktinya, ada berbagai artefak seperti artefak kanker paru, kanker rahim, kanker tulang, dan lain sebagainya. Isi museum ini berasal dari koleksi pribadi milik dr Ananto selaku pembina YKW beserta istrinya dr Etty. Ada pula sumbangan dari beberapa dokter lain yang terhimpun di Yayasan Wisnuwardhana hingga sumbangan langsung dari para pasien kanker. Keberadaan museum kanker ini menjadi salah satu wisata edukasi yang bisa menjadi pilihan untuk menikmati akhir pekan agar bisa lebih bermakna dan sekaligus waspada terhadap penyakit...
Read more