Saya sebagai konsumen setia warung ini, sudah 3x beli rujak dalam waktu berbeda karena saya sangat doyan akan enak pada rujak segarnya. Namun pada kali ini saya dikecewakan oleh warung ini, karena hanya suatu masalah sepele yang sebenarnya sangat kecil. Pada Sabtu (30/12), pukul 15.00 WITA saya sendiri membeli rujak di warung ini. Saya mengambil catatan kemudian menulis pembelian saya lalu saya serahkan ke seorang pedagang warung ini. Sembari saya menunggu pesanan saya, ke bengkel motor yang satu tempat ini. Disitu ada sesajen ya, dan saya berencana beli lampu depan motor saya yang kebetulan bagiannya mati dan harus diganti. Saya sempat sedikit nonton tv, tapi tak lama ada seorang bapak (yang juga tukang bengkel pada tempat ini) pun menegur dengan arogan sedikit kepada saya karena berdiri di samping sesajen. Padahal, sebelum-sebelumnya kalau saya berdiri di samping sesajen di tempat lain tidak ada. Tapi saya baru tahu kalau ada larangannya, saya mohon maaf kepada bapak itu. Begitu setelah saya ditegur, saya sempatkan tanya bapak itu mengapa ada larangan hal itu? Bapak itu menjawab ada larangan hal itu, dan langsung saya paham. Maklum bapak itu pola pikirnya pluarisme, Saya juga karena berawal masih saya sekolah diajarkan budi pekerti lintas agama, dan saya mengerti paham adat dan keyakinan sampai sekarang. Namun pada saat saya tanya dengan baik dengan bapak itu, saya mengungkap pembenaran agak tidak terjadi acuan kesalah pahaman justru bapaknya semakin arogan ucapnya sampai merundung kepada saya dianggap perkataan buruk yang mengacu kejiwaan di depan konsumen sampai saya malu. Namun ada pedagang tua di warung ini mengaku kalau bapak itu "adik"nya dia memohon maaf kalau bapak itu sudah merudungi saya, dan saya terima permohonan maafnya lalu saya diam.Begitu tak lama pesanan saya sudah selesai. Saya bayar lebih dari harga rujak sebagai bentuk "damai" dengan saya, lalu saya bayar parkir ke tukangnya dengan lebih juga. Sesampai di tengah jalan, saya kasih rujak yang saya beli ke orang yang membutuhkan, karena niat makan rujak sudah urung karena hal itu, sampai di rumah saya nangis sumpah karena oknum bapaknya. Bagi kalian tidak tahu kalau saya orang normal, bukan orang gila atau apa. Kalau saya gila bisa hancurkan warungnya, tapi bagi saya normal tetap saya terima poin to poin oleh orang-orang. Orang memohon maaf, saya terima. Inti saya sebagai orang luar bali telah mengerti lebih adat dan keagamaan yang didapat dari pembelajaran budi pekerti dari saya masih sekolah dulu, namun karena ada yang bikin saya baru tahu kalau ada larangan itu yang padahal sebelumnya tidak ada teguran oleh pihak siapapun soal ada itu di tempat lain dan saya langsung paham. Hanya saja bapak itu sangat arogan dan merundungi saya begitu pedagangnya juga merundung. Mungkin karena bapak kurang paham perkataan saya, tapi bagaimana karena bapak itu makin pintar bicaranya sampai segitunya walau saya sudah benarkan dengan jelas. Di waktu itu adalah pembelian terakhir disini, dan kedepan saya beli rujak di tempat lain yang lebih murah namun lebih segar lagi. Matur nuwun untuk warung rujak glogor, dan terima kasih untuk bapak itu dengan ucapan yang sakitnya kepada saya. Semoga kalian semua sehat & usahanya diberkati sukses selalu....
Read moreHalo permisi. Saya dari Ibunda anak saya, Zoe. Saya menyampaikan permohonan maaf kepada pihak warung Rujak Glogor karena anak saya sudah melakukan kesalahanpahaman dengan bapak di tempat bengkel motor yang menyatu dengan warung ini pada Sabtu Sore (30/12). Saya perlu luruskan saja bahwa anak saya yang melakukan hal itu sama bapak sama sekali tidak gila, anak saya memang benar-benar normal kejiwaannya. Saya sudah buktikan melalui sebuah dokter kejiwaan di beberapa klinik kejiwaan di Bali maupun didalam hasilnya anak saya negatif gangguan jiwa. Mungkin bapak itu tidak tahu kalau anak saya normal, sok tau saja. Anak saya saat itu memang tengah mengalami depresi sedikit setelah ditinggal oleh orang tercinta dalam beberapa waktu lalu. Soal masalah suatu hal sama bapak itu, memang anak saya benar sudah memahami dengan adat dan keyakinan dalam sebuah Budi pekerti di saat anak saya sekolah. Tapi anak saya baru tahu ada larangan orang berdiri di samping sajen, padahal sebelumnya tidak terjadi. Jelas sebagai orang luar bali baru kali ini ada larangannya. Anak saya terima saja larangannya, tapi bapak itu sangat ngotot, sok pintar omong kepada anak saya sampai dirundung sama bapak itu. Ini yang bikin saya sakit hati kalau anak saya dirundung seperti ini. Kalau saya sebagai Ibu mohon maaf kalau ada yang salah sama anak saya. Tapi dengan perundungan melalui kata kepada anak saya jelas saya sebagai Ibu tidak terima untuk bapak dan pengelola warung ini. Meski ada wanita tua yang mengaku bapak itu sebagai "adik"nya telah memohon maaf kepada anak saya dan diterima anak saya, tapi saya rasa tidak cukup. Perlunya saya untuk mendatangkan ke warung ini dalam beberapa waktu kedepan untuk menemui bapak itu agar sesegera permintaan maaf kepada saya sebagai Ibu atas suatu kesalahpahaman oleh anak saya. Bagi pemilik warung ini, semoga saja dibaca ulasan saya dan mohon untuk kedepan evaluasi kesikapan kepada konsumen yang lebih baik. Bila perlu saja harus mohon maaf kepada saya dan anak saya. Ingat, tidak ada tempat baik untuk merundung kepada siapapun. Jika terjadi, saya siap proseskan kejadian ini ke ranah hukum nanti....
Read moreWarung rujak with a Balinese atmosphere that has been around for a long time, managed by a family who is very friendly and kind. Waryng rujak gelogor located in the center of denpasar and very easy to find although parking is a little difficult for the car. Very crowded with visitors, sometimes visited by artists. The service is very good and fast, the taste does not change and is at a very good level. Usually there are cute little kids there, but now it's rarely seen.. well i found...
Read more