HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Fort De Kock — Attraction in Bukittinggi

Name
Fort De Kock
Description
Fort de Kock was a 19th-century Dutch sconce fortification established over a hill in Bukittinggi, West Sumatra, Indonesia. Around the fortification, a new settlement grew, which eventually grew into the city of Bukittinggi, the second largest city in West Sumatra.
Nearby attractions
Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan
Jl. Cindua Mato, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Jam Gadang Bukittinggi
M9V9+WQH, Jl. Raya Bukittinggi - Payakumbuh, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Taman Ngarai Maaram Bukittinggi
M9X7+GW2, Kayu Kubu, Guguk Panjang, Bukittinggi City, West Sumatra 26136, Indonesia
Kinantan Bird Park
Jl. Ahmad Yani No.128, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Bung Hatta Birthplace Museum
Jl. Soekarno Hatta No.37, Campago Ipuh, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26137, Indonesia
Museum Perjuangan "Tridaya Eka Dharma"
Jl. Panorama No.22, Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Nearby restaurants
Bedudal Cafe
Jl. Ahmad Yani No.105, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
CK Center
Jl. Ahmad Yani No.85, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
turret Cafe
Jl. Ahmad Yani No.142, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Minori Bento Simpang Tembok
Jl. Veteran, Puhun Tembok, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
RM Selamat
Jl. Ahmad Yani No.19, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26115, Indonesia
Warung Mas Blangkon Pemuda
Jl. Pemuda No.3A, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26111, Indonesia
PICAL AYANG
Jalan Simpang Atas Ngarai No.37, Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Nasi Kapau Ni Lis
Jl. Pemuda Los Lambuang Wisata, Benteng Pasar Atas, Guguk Panjang, Bukittinggi City, West Sumatra 26136, Indonesia
Saka Coffee & Resto
Grand Gallery Hotel, Jl. H. Agus Salim No.25, Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Nasi Kapau Uni Lis
Los Lambuang, pasar lereng, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Nearby hotels
Grand Royal Denai Hotel
Jl. Yos Sudarso No.5, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Royal Denai Hotel
Jl. Dr. Abdul Rivai No.26, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Royal Denai View
Jl. Yos Sudarso No.7A, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Grand Rocky Hotel Bukittinggi
Jl. Yos Sudarso No.29, Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26115, Indonesia
Hotel Asia Bukittinggi
Jl. Kesehatan No.38, Puhun Tembok, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 37465, Indonesia
Riad Hotel Bukittinggi
Jl. Kesehatan No.30, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Hotel Benteng
Jalan Benteng No.1, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26113, Indonesia
Treeli Boutique Hotel
Jl. Kesehatan No. 36A Guguk Panjang, Jl. Dr. Abdul Rivai No.36, Puhun Tembok, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
Lima's Hotel Bukittinggi
Jl. Kesehatan No.34, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26113, Indonesia
Hotel Hello Guest House
Jl. Teuku Umar Kampung Cina No.6B, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26113, Indonesia
Related posts
Keywords
Fort De Kock tourism.Fort De Kock hotels.Fort De Kock bed and breakfast. flights to Fort De Kock.Fort De Kock attractions.Fort De Kock restaurants.Fort De Kock travel.Fort De Kock travel guide.Fort De Kock travel blog.Fort De Kock pictures.Fort De Kock photos.Fort De Kock travel tips.Fort De Kock maps.Fort De Kock things to do.
Fort De Kock things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Fort De Kock
IndonesiaWest SumatraBukittinggiFort De Kock

Basic Info

Fort De Kock

M9X9+Q3W, Jl. Yos Sudarso, Benteng Ps. Atas, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26136, Indonesia
4.5(832)
Closed
Save
spot

Ratings & Description

Info

Fort de Kock was a 19th-century Dutch sconce fortification established over a hill in Bukittinggi, West Sumatra, Indonesia. Around the fortification, a new settlement grew, which eventually grew into the city of Bukittinggi, the second largest city in West Sumatra.

Cultural
Outdoor
Family friendly
attractions: Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Jam Gadang Bukittinggi, Taman Ngarai Maaram Bukittinggi, Kinantan Bird Park, Bung Hatta Birthplace Museum, Museum Perjuangan "Tridaya Eka Dharma", restaurants: Bedudal Cafe, CK Center, turret Cafe, Minori Bento Simpang Tembok, RM Selamat, Warung Mas Blangkon Pemuda, PICAL AYANG, Nasi Kapau Ni Lis, Saka Coffee & Resto, Nasi Kapau Uni Lis
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Open hoursSee all hours
Sun9:30 AM - 5:30 PMClosed

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Bukittinggi
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Bukittinggi
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Bukittinggi
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Fort De Kock

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan

Jam Gadang Bukittinggi

Taman Ngarai Maaram Bukittinggi

Kinantan Bird Park

Bung Hatta Birthplace Museum

Museum Perjuangan "Tridaya Eka Dharma"

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan

Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan

4.5

(3.5K)

Open 24 hours
Click for details
Jam Gadang Bukittinggi

Jam Gadang Bukittinggi

4.7

(20.7K)

Open 24 hours
Click for details
Taman Ngarai Maaram Bukittinggi

Taman Ngarai Maaram Bukittinggi

4.4

(742)

Open until 6:00 PM
Click for details
Kinantan Bird Park

Kinantan Bird Park

4.4

(34)

Closed
Click for details

Nearby restaurants of Fort De Kock

Bedudal Cafe

CK Center

turret Cafe

Minori Bento Simpang Tembok

RM Selamat

Warung Mas Blangkon Pemuda

PICAL AYANG

Nasi Kapau Ni Lis

Saka Coffee & Resto

Nasi Kapau Uni Lis

Bedudal Cafe

Bedudal Cafe

4.5

(154)

Click for details
CK Center

CK Center

4.2

(194)

Click for details
turret Cafe

turret Cafe

4.9

(26)

Click for details
Minori Bento Simpang Tembok

Minori Bento Simpang Tembok

4.3

(207)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Fort De Kock

4.5
(832)
avatar
4.0
7y

Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825pada masa Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi. Benteng Fort de Kock digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837 .Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah Kolonial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.

Fort de Kock juga diba­ngun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda telah berhasil menduduki daerah di Sumatera Barat. Benteng tersebut meru­pakan tanda penjajahan dan perluasan kekuasaan Belandaterhadap wilayah Bukittinggi,Agam, dan Pasaman. Belanda memang cerdik untuk menduduki Su­ma­tera Barat, mereka meman­faatkan konflik intern saat itu, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok adat dan kelompok agama. Bahkan Belanda sendiri ikut membantu kelompok adat, guna menekan kelompok aga­ma selama Perang Paderi yang berlangsung 1821 hingga tahun 1837.

Belanda yang membantu kaum adat melahirkan sebuah kesepakatan bahwa Belanda diperbolehkan membangun basis pertahan militer yang dibangun Kaptain Bauer di puncak Bukit Jirek Hill, yang kemudian diberi nama Fort de Kock.

Setelah membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolo­nial Belanda pun melanjutkan rencananyamengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malam­bung. Di daerah tersebut juga dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah, kom­pleks pemakaman, pasar, sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Pada masa itu memang, Kolonial Belanda menguasai 75 persen wilayah dari lima desa yang dijadikan pusat perdagangan.

Sejak direnovasi pada tahun 2002 lalu oleh pemerintah daerah, Fort de Kock, kawasan benteng Fort de Kock kini berubah menjadi Taman Kota Bukittinggi (Bukittinggi City Park) dan Taman Burung Tropis (Tropical Bird Park). Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putih-hijausetinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.

Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk sedangkan kawasan kebun binatangdan museum berbentuk rumah gadangtersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukittinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan...

   Read more
avatar
5.0
2y

I went to Fort de Kock as part of my trip to Bukittinggi, and I was fascinated by its historical significance and scenic location. Fort de Kock is a 19th-century Dutch fort that was built on a hill during the Padri War, a conflict between the local Minangkabau people and the colonial forces. The fort was named after Hendrik Merkus de Kock, the commander of the Dutch troops and the vice governor of the Dutch Indies at that time.

The fort is not very big, but it has some interesting features, such as the old cannons, the stone monument, and the radio antenna tower. The tower offers a stunning view of the city and the surrounding mountains. You can also see the Limpapeh bridge, a colorful suspension bridge that connects the fort with the cultural and wildlife park across the street. The park has a zoo, a museum, and a traditional house that showcase the culture and nature of Sumatra.

The fort is a great place to learn about the history and heritage of Bukittinggi and Sumatra. It is also a nice spot to relax and enjoy the fresh air and the green scenery. The entrance fee is very cheap, and there are some souvenir shops and food stalls nearby. I recommend Fort de Kock to anyone who visits Bukittinggi. It is a beautiful and historic attraction that you...

   Read more
avatar
5.0
7y

Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat, Indonesia.

Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.[1]

Sejarah Pendirian Sunting

Benteng Fort de Kock digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837 .Semasa pemerintahan Be­lan­da, Bukittinggi dijadikan sebagai salah satu pusat peme­rintahan, kota ini disebut sebagai Gemetelyk Resort pada tahun 1828. Sejak tahun 1825 pemerintah Kolonial Belan­da telah mendirikan sebuah benteng di kota ini sebagai tempat pertahanan, yang hingga kini para wisatawan dapat melihat langsung benteng tersebut yaitu Fort de Kock. Selain itu, kota ini tak hanya dijadikan sebagai pusat peme­rintahan dan tempat pertahanan bagi pemerintah kolonial Belanda, namun juga dijadikan sebagai tempat peristirahatan para opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya.

Fort de Kock juga diba­ngun sebagai lambang bahwa Kolonial Belanda telah berhasil menduduki daerah di Sumatera Barat. Benteng tersebut meru­pakan tanda penjajahan dan perluasan kekuasaan Belanda terhadap wilayah Bukittinggi,Agam, dan Pasaman. Belanda memang cerdik untuk menduduki Su­ma­tera Barat, mereka meman­faatkan konflik intern saat itu, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok adat dan kelompok agama. Bahkan Belanda sendiri ikut membantu kelompok adat, guna menekan kelompok aga­ma selama Perang Paderi yang berlangsung 1821 hingga tahun 1837.

Belanda yang membantu kaum adat melahirkan sebuah kesepakatan bahwa Belanda diperbolehkan membangun basis pertahan militer yang dibangun Kaptain Bauer di puncak Bukit Jirek Hill, yang kemudian diberi nama Fort de Kock.

Setelah membangun di Bukit Jirek, Pemerintah Kolo­nial Belanda pun melanjutkan rencananyamengambil alih beberapa bukit lagi seperti Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cubadak Bungkuak, dan Bukit Malam­bung. Di daerah tersebut juga dibangun gedung perkantoran, rumah dinas pemerintah, kom­pleks pemakaman, pasar, sarana transportasi, sekolah juga tempat rekreasi. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda tersebut dalam istilah Minangkabau dikenal dengan “tajua nagari ka Bulando” yang berarti Terjual negeri pada Belanda. Pada masa itu memang, Kolonial Belanda menguasai 75 persen wilayah dari lima desa yang dijadikan pusat...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Pasha AlifPasha Alif
I went to Fort de Kock as part of my trip to Bukittinggi, and I was fascinated by its historical significance and scenic location. Fort de Kock is a 19th-century Dutch fort that was built on a hill during the Padri War, a conflict between the local Minangkabau people and the colonial forces. The fort was named after Hendrik Merkus de Kock, the commander of the Dutch troops and the vice governor of the Dutch Indies at that time. The fort is not very big, but it has some interesting features, such as the old cannons, the stone monument, and the radio antenna tower. The tower offers a stunning view of the city and the surrounding mountains. You can also see the Limpapeh bridge, a colorful suspension bridge that connects the fort with the cultural and wildlife park across the street. The park has a zoo, a museum, and a traditional house that showcase the culture and nature of Sumatra. The fort is a great place to learn about the history and heritage of Bukittinggi and Sumatra. It is also a nice spot to relax and enjoy the fresh air and the green scenery. The entrance fee is very cheap, and there are some souvenir shops and food stalls nearby. I recommend Fort de Kock to anyone who visits Bukittinggi. It is a beautiful and historic attraction that you should not miss.
Erwan AlricErwan Alric
Heartbreaking from the beginning to the end… Don’t go there unless you want to witness how cruel human can be I bought the ticket for fort Kock without knowing it gave access to the zoo, the fort wasn’t even worth it. I knew the zoo would be bad but I went there to witness it : the first thing you see are two elephants chained to the ground with just 1-2m of freedom, one of them wasn’t able to trim its tusks which were too long for him and where bothering him. Then you can see birds, reptiles, monkey, bears,… in very small and dirty (there were rats eating the animals food) enclosures made of concrete or iron fences. On top of that, most local visitors are knocking on the enclosures to wake the animals and get a good picture. I couldn’t see any signs from the zoo to raise awareness about animal wellbeing.
Budi Nurul HudaBudi Nurul Huda
Benteng Fort de Kock adalah bangunan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Benteng ini menjadi tempat bersejarah atas kegigihan pasukan Paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol dalam melawan pasukan Hindia Belanda. Kisah Awal Benteng Fort de Kock Benteng Fort de Kock didirikan sekitar tahun 1826 oleh seorang kapten bernama Johan Heinrich Conrad Bauer. Saat itu ia menjadi pemimpin salah satu satuan pasukan tentara Hindia-Belanda di wilayah pedalaman Sumatera Barat. Dulunya, benteng ini dinamai 'Sterreschans' yang artinya benteng pelindung. Lalu diubah menjadi Fort de Kock yang diambil dari nama lain dari Bukit Jirek. Bukit Jirek adalah nama tempat dimana benteng itu dibangun. Nama tempat itu dibuat oleh Bauer atas penghargaan kepada Hendrik Merkus Baron de Kock. Dia waktu itu menjabat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dan sekaligus menjadi Komandan Militer. Pada saat Perang Paderi tahun 1803-1838 terjadi pertikaian antara kaum adat yang masih melakukan adat lama dengan Kaum Paderi yang percaya kepada syariat Islam. Kawan benteng Fort de Kock di tahun 1825. Bangunan putih di kawasan benteng Fort de Kock. Ketika itu terjadi, tentara Hindia-Belanda ikut membantu kaum adat. Mereka dengan bebas mendirikan beberapa benteng di wilayah dataran tinggi Minangkabau untuk mengalahkan Kaum Paderi. Dua benteng yang mereka bangun adalah benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan Fort van der Capellen di Batusangkar. Tetapi ternyata hubungan kaum adat dan Hindia-Belanda tersebut tidak berjalan baik. Kaum adat pun merasa dirugikan karena kerajaan pagaruyung menjadi runtuh. Hampir seluruh bangunan di sana hancur dan tidak tersisa. Pemandangan yang tersisa hanya sisa-sisa parit yang pernah ada di sana. Di atas wilayah benteng ini, saat ini bediri sebuah bangunan yang bercat putih. Bangunan ini digunakan pengunjung untuk melihat pemandangan sekeliling Kota Bukittinggi. Bangunan bercat putih itu juga sering difoto oleh pengunjung jika datang ke sana. Karena bangunan asli dari benteng Fort de Kock sudah hancur dan tidak ada lagi.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Bukittinggi

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

I went to Fort de Kock as part of my trip to Bukittinggi, and I was fascinated by its historical significance and scenic location. Fort de Kock is a 19th-century Dutch fort that was built on a hill during the Padri War, a conflict between the local Minangkabau people and the colonial forces. The fort was named after Hendrik Merkus de Kock, the commander of the Dutch troops and the vice governor of the Dutch Indies at that time. The fort is not very big, but it has some interesting features, such as the old cannons, the stone monument, and the radio antenna tower. The tower offers a stunning view of the city and the surrounding mountains. You can also see the Limpapeh bridge, a colorful suspension bridge that connects the fort with the cultural and wildlife park across the street. The park has a zoo, a museum, and a traditional house that showcase the culture and nature of Sumatra. The fort is a great place to learn about the history and heritage of Bukittinggi and Sumatra. It is also a nice spot to relax and enjoy the fresh air and the green scenery. The entrance fee is very cheap, and there are some souvenir shops and food stalls nearby. I recommend Fort de Kock to anyone who visits Bukittinggi. It is a beautiful and historic attraction that you should not miss.
Pasha Alif

Pasha Alif

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Bukittinggi

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Heartbreaking from the beginning to the end… Don’t go there unless you want to witness how cruel human can be I bought the ticket for fort Kock without knowing it gave access to the zoo, the fort wasn’t even worth it. I knew the zoo would be bad but I went there to witness it : the first thing you see are two elephants chained to the ground with just 1-2m of freedom, one of them wasn’t able to trim its tusks which were too long for him and where bothering him. Then you can see birds, reptiles, monkey, bears,… in very small and dirty (there were rats eating the animals food) enclosures made of concrete or iron fences. On top of that, most local visitors are knocking on the enclosures to wake the animals and get a good picture. I couldn’t see any signs from the zoo to raise awareness about animal wellbeing.
Erwan Alric

Erwan Alric

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Bukittinggi

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Benteng Fort de Kock adalah bangunan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Benteng ini menjadi tempat bersejarah atas kegigihan pasukan Paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol dalam melawan pasukan Hindia Belanda. Kisah Awal Benteng Fort de Kock Benteng Fort de Kock didirikan sekitar tahun 1826 oleh seorang kapten bernama Johan Heinrich Conrad Bauer. Saat itu ia menjadi pemimpin salah satu satuan pasukan tentara Hindia-Belanda di wilayah pedalaman Sumatera Barat. Dulunya, benteng ini dinamai 'Sterreschans' yang artinya benteng pelindung. Lalu diubah menjadi Fort de Kock yang diambil dari nama lain dari Bukit Jirek. Bukit Jirek adalah nama tempat dimana benteng itu dibangun. Nama tempat itu dibuat oleh Bauer atas penghargaan kepada Hendrik Merkus Baron de Kock. Dia waktu itu menjabat sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dan sekaligus menjadi Komandan Militer. Pada saat Perang Paderi tahun 1803-1838 terjadi pertikaian antara kaum adat yang masih melakukan adat lama dengan Kaum Paderi yang percaya kepada syariat Islam. Kawan benteng Fort de Kock di tahun 1825. Bangunan putih di kawasan benteng Fort de Kock. Ketika itu terjadi, tentara Hindia-Belanda ikut membantu kaum adat. Mereka dengan bebas mendirikan beberapa benteng di wilayah dataran tinggi Minangkabau untuk mengalahkan Kaum Paderi. Dua benteng yang mereka bangun adalah benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan Fort van der Capellen di Batusangkar. Tetapi ternyata hubungan kaum adat dan Hindia-Belanda tersebut tidak berjalan baik. Kaum adat pun merasa dirugikan karena kerajaan pagaruyung menjadi runtuh. Hampir seluruh bangunan di sana hancur dan tidak tersisa. Pemandangan yang tersisa hanya sisa-sisa parit yang pernah ada di sana. Di atas wilayah benteng ini, saat ini bediri sebuah bangunan yang bercat putih. Bangunan ini digunakan pengunjung untuk melihat pemandangan sekeliling Kota Bukittinggi. Bangunan bercat putih itu juga sering difoto oleh pengunjung jika datang ke sana. Karena bangunan asli dari benteng Fort de Kock sudah hancur dan tidak ada lagi.
Budi Nurul Huda

Budi Nurul Huda

See more posts
See more posts