Dulu sekitar 2017 2018 saya sering lewat daerah sini tapi belum sempat mampir ke Rijsttafel Resto. Akhirnya baru-baru ini sempat juga mampir. Lokasinya di samping jalan besar, di daerah sibuk juga, with easy access, ada sign restonya juga jadi terlihat dari jauh. Menyediakan aneka makanan Indonesia-Belanda, tempat ini berkesan retro, lantai ubinnya masih yang abu-abu itu, kata nyokap mirip di rumah nenek saya dulu waktu beliau masih muda. Non-smoking room-nya di dalam, sedangkan smoking room di luar, di teras. Menurut saya akan tambah afdol lagi kalau diputar musik lawas Belanda era eyang Wieteke atau bisa juga era 40's-50's macam Dean Martin atau The Platters gitu (well it might be subjective but my head was playing Little Richard's Long Tall Sally all the way through my dining here hahaha).
Pertama ke sini nyoba Nasi Tutug Oncom Komplit. Isinya nasi tutug oncom, ayam goreng serundeng, tahu dan tempe goreng, timun, dan sambal terasi. Cukup enak, nasinya wangi, ayamnya gurih sedap. Nyokap pesen mie tek-tek, bokap pesen nasi timbel. Cuma lupa gak kefoto soalnya udah agak malem maklum udah laper jadi gak sempet snapshot 🤣 Saya kurang inget nasi timbelnya, tapi kalau mie tek-teknya oke, gurih, saya ngerasa ada sedikit aroma udang di kuahnya. Mungkin pakai udang kering.
Next time (selang beberapa bulan), saya ke sini lagi tapi sendiri. Karena namanya rijsttafel ya, saya mau nyoba three-course meal. Untuk voorgerecht saya coba Bitterballen, hoofdgerecht saya coba Galantine, dan pamungkas, nagerecht saya coba poffertjes. Rijsttafel zonder rijs! 🤣 Bitterballen-nya soft and rouxy, luarnya crunchy, disajikan dengan mustard. Untuk Galantine-nya cukup oke, semacam rolade paduan ayam dan udang yang cukup solid, disajikan dengan aardappelpartjes (potato wedges), mixed veggies, dan brown sauce. Poffertjes-nya lumayan, soft and bouncy, mirip kue cubit. Ada vanilla ice cream-nya juga satu scoop. Minumnya saya pesan classic americano aja, rasanya lumayan oke. Pas bill keluar harganya bikin kaget, karena menurut saya relatif murah banget, three course meal dengan harga bersahabat.
Karena kesan pertamanya oke jadi saya sempat beberapa kali ke sini lagi, pesan Chicken Cordon Bleu. Disajikan dengan fries, mixed veggies, dan brown sauce yang dominan bawang bombay-nya. Udah dipotong-potong jadi bisa di-dip ke sausnya. Kejunya ya cukup lah, bread coat-nya juga renyah. Nyobain vanilla ice cream-nya juga lumayan dapat dua scoop. Minuman kali ini pesan Mojito. Refreshing enough.
Segitu dulu, will definitely come...
Read morei came here around 10a.m for brunch. i tried spaghetti tuna pedas and coffee latte. spaghetti is good, not too spicy so i can enjoy it. but it's a little bit salty. for coffee latte, the latte is not sweet at all, so you can adjust by yourself. for the place, it's vintage, legend, and very bandung actually. for social distancing, ya they implement it. but for me, there's a little bit annoying. for a long long long table, they only add 4 chairs. we don't even know how to talk to each other, because we have to yell to each other. i think 6 chairs okay. for the service, i don't know why, but the staff looks like confused when we asked about the menu. when we asked "any option for tea?", he confused and answered it doubtfully, oh hmm,...
Read moreRijsttafel Resto Sensasi Nasi Liwet Bunda Di Desa
Saat menyusuri Jalan Pasir Kalili Pasteur Bandung. Jangan lupa mampir di Rijsttafel Resto. Apalagi setelah jalan kaki dari Living Plaza yang tidak jauh dari Rijsttafel Resto, sekitar 100 meter saja. Tidak jauh, tapi cukup untuk membangkitkan selera makan. Apalagi suasana Bandung yang sering adem dan biasanya hujan di sore hari.
"Huuh, bakal nambah nih, " ungkap Kang Iman, peserta Diklatpim III Angkatan V Sumatera Selatan 2017.
"Weh, sambalnya mantap. Tempe dan tahunya yang khas rasa Sumedang, memang makyus, " timpali Legian2, yang juga peserta Diklapim III berasal dari Kota "Duta" Kayuagung.
Rombongan Diklatpim yang berjumlah 40an orang ini, memang tepat sekali datang di jam saat lambung mengkerut-kerut utk menggiling santapan yang masuk ke perut. Pas jam makan siang. Begitu datang, langsung suguhan tempe, tahu, dan kentang goreng garing yang krepes-krepes di lidah. Ditemani sambal terasi yang pedasnya pas di lidah.
Tak lama, ini yang menjadi favorit atau daya tarik Rijsttafel "Meja Nasi" bahasa Belanda, Nasi liwet. Disajikan dengan periuk kecil dilengkapi dengan bumbu-bumbu seperti laos, bawang putih, dan daun salam, membangkitkan air liur tuk menyantapnya. Sensasi masakan ibu nang ndeso menggelayut di kepala ini.
Begitu datang, waw, bau harum menghampiri hidung dan langsung membangkitkan selera makan. "Memang oke banget travel agent," celetuk Kang Redja sambil menelan liur, untung tudak ngeces bagi yang menghirup baunya.
"Caknyo bekelas jugo trapel ajen kito nih" tambah Legian dengan logat Plembang.
Rugi rasanya kalo tidak menikmati nasiliwetnya Rijsttafel, bila sedang jalan jalan di kawasan Pasir Kalili ini.
Rijsttapel Resto tepatnya, di sekitaran Grand Pasific Hotel yang tidak lebih 50 meter dari hotel. Sekitar 100 meter dari Living Plaza yang berada di perempatan jalan. Di sisi lain ada Atlantic City hotel dan RS Melinda 2. Sepertinya Rejsttafel Resto membidik pangsa pasar dari kelas menengah ke atas yang menginap di hotel-hotel sekitaran resto.
Salam makyus, Nasi Liwet Rijsttafel Resto, sensasi masakan bunda di...
Read more