HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Makam Sunan Bungkul — Attraction in Surabaya

Name
Makam Sunan Bungkul
Description
Nearby attractions
Bungkul Park
Taman Bungkul St, Darmo, Wonokromo, Surabaya, East Java 60241, Indonesia
Surabaya Zoo
Jl. Setail No.1, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Suro and Boyo Statue
Jl. Diponegoro No.1-B, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Aquanoctudio Surabaya Zoo
Jl. Bumiarjo No.2-F, RT.009/RW.05, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Nearby restaurants
Rawon Kalkulator
Sentra PKL Tamam Bungkul, Jl. Raya Darmo, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
KFC - Raya Darmo
Jl. Raya Darmo No.101, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Arunaya Resto
Jl. Bengawan No.5-7, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
DK26 RESTO
Jl. Darmokali No.26, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Sea Monsters Seafood Restaurant
Jl. Darmokali No.20, Keputran, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60281, Indonesia
Lontong Kikil Bu Sugeng
PP5V+44H, Jl. Ngagel, Ngagel, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60246, Indonesia
Ayam Guling Lambeh
Taman Bungkul St No.23, Darmo, Wonokromo, Surabaya, East Java 60241, Indonesia
Pizza Hut Ristorante
Jl. Raya Darmo No.79 A, Keputran, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60265, Indonesia
Rama Rama Dine & Lounge
Jl. Progo No.1-3, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Nasi Pecel Bu Is
Jl. Darmokali No.1P, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Nearby hotels
Grand Darmo Suite by Amithya
Jl. Progo No.1-3, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
BATIQA Hotel Darmo - Surabaya
Jl. Darmokali No.60, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
POP! Hotel Diponegoro - Surabaya
Jl. Diponegoro No.33, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Oval Hotel
Jl. Diponegoro No.23, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
KYRIE HOTEL
Jl. Ciliwung No.8, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Style50 Homestay
Jl. Setail No.50, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60241, Indonesia
Mercure Surabaya Grand Mirama
Jl. Raya Darmo No.68 - 78, DR. Soetomo, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60264, Indonesia
Grand Swiss-Belhotel Darmo, Surabaya
Jl. Bintoro No.21 - 25, DR. Soetomo, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60264, Indonesia
Amaris Hotel Darmo Surabaya
Jl. Taman Bintoro No. 3-5, DR. Soetomo, Tegalsari, Surabaya, East Java 60264, Indonesia
Midtown Residence Surabaya
Jl. Ngagel No.123, Ngagel, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60246, Indonesia
Related posts
Keywords
Makam Sunan Bungkul tourism.Makam Sunan Bungkul hotels.Makam Sunan Bungkul bed and breakfast. flights to Makam Sunan Bungkul.Makam Sunan Bungkul attractions.Makam Sunan Bungkul restaurants.Makam Sunan Bungkul travel.Makam Sunan Bungkul travel guide.Makam Sunan Bungkul travel blog.Makam Sunan Bungkul pictures.Makam Sunan Bungkul photos.Makam Sunan Bungkul travel tips.Makam Sunan Bungkul maps.Makam Sunan Bungkul things to do.
Makam Sunan Bungkul things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Makam Sunan Bungkul
IndonesiaEast JavaSurabayaMakam Sunan Bungkul

Basic Info

Makam Sunan Bungkul

PP5Q+CXR, Taman Bungkul St, Darmo, Wonokromo, Surabaya, East Java 60291, Indonesia
4.7(93)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Cultural
attractions: Bungkul Park, Surabaya Zoo, Suro and Boyo Statue, Aquanoctudio Surabaya Zoo, restaurants: Rawon Kalkulator, KFC - Raya Darmo, Arunaya Resto, DK26 RESTO, Sea Monsters Seafood Restaurant, Lontong Kikil Bu Sugeng, Ayam Guling Lambeh, Pizza Hut Ristorante, Rama Rama Dine & Lounge, Nasi Pecel Bu Is
logoLearn more insights from Wanderboat AI.

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Surabaya
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Makam Sunan Bungkul

Bungkul Park

Surabaya Zoo

Suro and Boyo Statue

Aquanoctudio Surabaya Zoo

Bungkul Park

Bungkul Park

4.6

(20.7K)

Open 24 hours
Click for details
Surabaya Zoo

Surabaya Zoo

4.4

(20K)

Open 24 hours
Click for details
Suro and Boyo Statue

Suro and Boyo Statue

4.7

(3.3K)

Open 24 hours
Click for details
Aquanoctudio Surabaya Zoo

Aquanoctudio Surabaya Zoo

3.7

(36)

Closed
Click for details

Things to do nearby

Watch the sunrise at Mount Bromo
Watch the sunrise at Mount Bromo
Tue, Dec 9 • 12:00 AM
Tambaksari, East Java, 60281, Indonesia
View details

Nearby restaurants of Makam Sunan Bungkul

Rawon Kalkulator

KFC - Raya Darmo

Arunaya Resto

DK26 RESTO

Sea Monsters Seafood Restaurant

Lontong Kikil Bu Sugeng

Ayam Guling Lambeh

Pizza Hut Ristorante

Rama Rama Dine & Lounge

Nasi Pecel Bu Is

Rawon Kalkulator

Rawon Kalkulator

4.4

(3.7K)

Click for details
KFC - Raya Darmo

KFC - Raya Darmo

4.3

(2.7K)

Click for details
Arunaya Resto

Arunaya Resto

4.6

(264)

$$

Click for details
DK26 RESTO

DK26 RESTO

4.6

(606)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Posts

Gani KurniawanGani Kurniawan
The pilgrims believe that Sunan Bungkul is a guardian, but the story of the Sunan Bungkul is too minimal to be traced. However, his tomb that is located in the complex of Taman Bungkul saves uneasily revealed historical mystery. There is a saga that mentions that Mbah Bungkul, or Sunan Bungkul, was also Empu Supa, a community and religious leaders in Majapahit kingdom in the 15th century. He is the elder of Bungkul village, which was ever visited by Raden Rahmat or Sunan Ampel, around 600 years ago, when he was traveling from Trowulan Majapahit towards Kalimas in Ampel Denta. Ki Supa later converted to Islam and changed his nickname to Ki Ageng Mahmudin. Because he lived in Bungkul village, Ki Supa was better known as Sunan Bungkul. Their relationship grew stronger as Sunan Bungkul was later becoming Raden Rahmat’s father in law. This relationship became one of the reasons why Islam was spread faster in Southern Surabaya than in other regions. Mbah Bungkul is now believed to be one of the guardians in Surabaya. Pilgrims who visit the Ampel tomb will definitely visit this tomb complex which is located in Progo Street. Mbah Bungkul’s existence can be placed equal to Sheikh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Stage (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), and other local guardians around of different cities.
Wawan KawolWawan Kawol
Sunan Bungkul atau Mbah Bungkul, tokoh yang menyebarkan agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Mbah Bungkul saat itu berdakwah di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Nama asli Sunan Bungkul adalah Ki Ageng Supo atau Mpu Supo, dan ia merupakan bangsawan di zaman Kerajaan Majapahit. Setelah mendapat hidayah dan memeluk Islam, Sunan Bungkul mengganti namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin/Syaikh Mahmuddin (1400-1481 M). Diketahui, dulunya Sunan Bungkul adalah seorang petinggi Kerajaan Majapahit, setingkat Tumenggung. Beliau diminta oleh Raja Majapahit, yang saat itu dipimpin Brawijaya, untuk menemani putra mahkota, yang lebih tertarik belajar agama dibanding mewarisi kerajaan, ke Sunan Bejagung di Tuban. Putra Mahkota dan Tumenggung akhirnya belajar agama ke Sunan Bejagung yang memiliki nama asli Syaikh Abdullah Asy’ari. Menurut sejarah, Syaikh Abdullah Asy'ari adalah adik dari Syaikh Maulana Ibrahim Asmoroqondhi, ayah Sunan Ampel dan kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Di kemudian hari, putra mahkota Majapahit tersebut dijadikan menantu oleh Sunan Bejagung. Hingga akhir hayatnya, sang putra mahkota tidak tertarik kembali ke Majapahit. Makam putra mahkota tersebut kini ada di Desa Bejagung, Tuban, dan lebih dikenal dengan makam Sunan Bejagung Kidul. Sedangkan makam Syaikh Abdullah Asyari atau Sunan Bejagung disebut makam Sunan Bejagung Lor. Selepas kepergian Sunan Bejagung Kidul, Sunan Bungkul kembali ke Majapahit. Dalam perjalanannya, dia terus menyebarkan ajaran Islam hingga ke daerah Pati, Jawa Tengah. Menurut kisah, Sunan Bungkul usianya mencapai sekitar 300 tahun. Bahkan Sunan Bungkul mempunyai banyak murid hingga di daerah Pati, Jawa Tengah. Sesampainya di Majapahit, Sunan Bungkul hidup di daerah Bungkul. Karena itu dia lebih dikenal sebagai Susuhunan Bungkul atau Sunan Bungkul. Tidak diketahui pasti bagaimana makam Sunan Bungkul ada di Surabaya, sedangkan dulu dia hidup di Majapahit (daerah Trowulan, Mojokerto). Buku Oud Soerabaia yang ditulis GH Von Faber, ahli sejarah asal Belanda, menyebut bahwa saat zaman kolonial, Sunan Bungkul sengaja tidak mengungkap jati diri yang sebenarnya. Dalam buku yang diterbitkan pada 1931 itu, tertulis, orang akan celaka (kualat, bahasa Jawa), jika mencoba mengetahui siapa sebenarnya Sunan Bungkul.
Jeffry RisandyJeffry Risandy
Tempat ziarah makam di tengah taman kota Surabaya. Nama tempat ini adalah Makam Sunan Bungkul yang terletak di belakang taman Bungkul, jalan raya Darmo Surabaya. Makam Sunan Bungkul ini terbuka setiap hari. Dengan fasilitas masjid, toilet dan parkir kendaraan yang berada di luar tepi jalan. Tidak sedikit peziarah yang nyekar dan berdoa di area pemakaman Mbah Bungkul yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di akhir kejayaan kerajaan Majapahit. Konon katanya, disematkannya nama Bungkul karena jasadnya bungkul atau utuh. Dengan nama asli Ki Ageng Supo, yakni seorang bangsawan Majapahit yang memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah tidak hanya memerintahkan ziarah kubur, tapi juga menjelaskan manfaat-manfaat dalam melaksanakan ziarah kubur. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut: "Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah)." (HR. Hakim) Anjuran melaksanakan ziarah kubur ini bersifat umum, baik menziarahi kuburan orang-orang salih ataupun menziarahi kuburan orang Islam secara umum. Hal ini seperti ditegaskan oleh Imam al-Ghazali sebagaimana berikut: "Ziarah kubur disunahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang salih disunahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran. (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, hal: 521) Bahkan legalitas melaksanakan ziarah kubur ini telah disepakati oleh seluruh mazhab umat Islam. Hal ini seperti disampaikan dalam kitab Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah sebagaimana berikut: "Ziarah kubur diperbolehkan oleh seluruh mazhab umat Islam. (KH Ali Maksum Krapyak, Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah, hal: 53) Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas ziarah kubur merupakan salah satu ajaran agama Islam yang secara tegas dianjurkan oleh syariat. Dan sebaiknya seseorang pada saat melaksanakan ziarah kubur agar senantiasa menjaga adab agar yang dilakukan mendapatkan pahala dan kemanfaatan serta dilakukan dengan cara yang benar. Wallahu a’lam
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

The pilgrims believe that Sunan Bungkul is a guardian, but the story of the Sunan Bungkul is too minimal to be traced. However, his tomb that is located in the complex of Taman Bungkul saves uneasily revealed historical mystery. There is a saga that mentions that Mbah Bungkul, or Sunan Bungkul, was also Empu Supa, a community and religious leaders in Majapahit kingdom in the 15th century. He is the elder of Bungkul village, which was ever visited by Raden Rahmat or Sunan Ampel, around 600 years ago, when he was traveling from Trowulan Majapahit towards Kalimas in Ampel Denta. Ki Supa later converted to Islam and changed his nickname to Ki Ageng Mahmudin. Because he lived in Bungkul village, Ki Supa was better known as Sunan Bungkul. Their relationship grew stronger as Sunan Bungkul was later becoming Raden Rahmat’s father in law. This relationship became one of the reasons why Islam was spread faster in Southern Surabaya than in other regions. Mbah Bungkul is now believed to be one of the guardians in Surabaya. Pilgrims who visit the Ampel tomb will definitely visit this tomb complex which is located in Progo Street. Mbah Bungkul’s existence can be placed equal to Sheikh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Stage (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), and other local guardians around of different cities.
Gani Kurniawan

Gani Kurniawan

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Sunan Bungkul atau Mbah Bungkul, tokoh yang menyebarkan agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Mbah Bungkul saat itu berdakwah di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Nama asli Sunan Bungkul adalah Ki Ageng Supo atau Mpu Supo, dan ia merupakan bangsawan di zaman Kerajaan Majapahit. Setelah mendapat hidayah dan memeluk Islam, Sunan Bungkul mengganti namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin/Syaikh Mahmuddin (1400-1481 M). Diketahui, dulunya Sunan Bungkul adalah seorang petinggi Kerajaan Majapahit, setingkat Tumenggung. Beliau diminta oleh Raja Majapahit, yang saat itu dipimpin Brawijaya, untuk menemani putra mahkota, yang lebih tertarik belajar agama dibanding mewarisi kerajaan, ke Sunan Bejagung di Tuban. Putra Mahkota dan Tumenggung akhirnya belajar agama ke Sunan Bejagung yang memiliki nama asli Syaikh Abdullah Asy’ari. Menurut sejarah, Syaikh Abdullah Asy'ari adalah adik dari Syaikh Maulana Ibrahim Asmoroqondhi, ayah Sunan Ampel dan kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Di kemudian hari, putra mahkota Majapahit tersebut dijadikan menantu oleh Sunan Bejagung. Hingga akhir hayatnya, sang putra mahkota tidak tertarik kembali ke Majapahit. Makam putra mahkota tersebut kini ada di Desa Bejagung, Tuban, dan lebih dikenal dengan makam Sunan Bejagung Kidul. Sedangkan makam Syaikh Abdullah Asyari atau Sunan Bejagung disebut makam Sunan Bejagung Lor. Selepas kepergian Sunan Bejagung Kidul, Sunan Bungkul kembali ke Majapahit. Dalam perjalanannya, dia terus menyebarkan ajaran Islam hingga ke daerah Pati, Jawa Tengah. Menurut kisah, Sunan Bungkul usianya mencapai sekitar 300 tahun. Bahkan Sunan Bungkul mempunyai banyak murid hingga di daerah Pati, Jawa Tengah. Sesampainya di Majapahit, Sunan Bungkul hidup di daerah Bungkul. Karena itu dia lebih dikenal sebagai Susuhunan Bungkul atau Sunan Bungkul. Tidak diketahui pasti bagaimana makam Sunan Bungkul ada di Surabaya, sedangkan dulu dia hidup di Majapahit (daerah Trowulan, Mojokerto). Buku Oud Soerabaia yang ditulis GH Von Faber, ahli sejarah asal Belanda, menyebut bahwa saat zaman kolonial, Sunan Bungkul sengaja tidak mengungkap jati diri yang sebenarnya. Dalam buku yang diterbitkan pada 1931 itu, tertulis, orang akan celaka (kualat, bahasa Jawa), jika mencoba mengetahui siapa sebenarnya Sunan Bungkul.
Wawan Kawol

Wawan Kawol

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Surabaya

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Tempat ziarah makam di tengah taman kota Surabaya. Nama tempat ini adalah Makam Sunan Bungkul yang terletak di belakang taman Bungkul, jalan raya Darmo Surabaya. Makam Sunan Bungkul ini terbuka setiap hari. Dengan fasilitas masjid, toilet dan parkir kendaraan yang berada di luar tepi jalan. Tidak sedikit peziarah yang nyekar dan berdoa di area pemakaman Mbah Bungkul yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di akhir kejayaan kerajaan Majapahit. Konon katanya, disematkannya nama Bungkul karena jasadnya bungkul atau utuh. Dengan nama asli Ki Ageng Supo, yakni seorang bangsawan Majapahit yang memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah tidak hanya memerintahkan ziarah kubur, tapi juga menjelaskan manfaat-manfaat dalam melaksanakan ziarah kubur. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut: "Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah)." (HR. Hakim) Anjuran melaksanakan ziarah kubur ini bersifat umum, baik menziarahi kuburan orang-orang salih ataupun menziarahi kuburan orang Islam secara umum. Hal ini seperti ditegaskan oleh Imam al-Ghazali sebagaimana berikut: "Ziarah kubur disunahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang salih disunahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran. (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, hal: 521) Bahkan legalitas melaksanakan ziarah kubur ini telah disepakati oleh seluruh mazhab umat Islam. Hal ini seperti disampaikan dalam kitab Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah sebagaimana berikut: "Ziarah kubur diperbolehkan oleh seluruh mazhab umat Islam. (KH Ali Maksum Krapyak, Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah, hal: 53) Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas ziarah kubur merupakan salah satu ajaran agama Islam yang secara tegas dianjurkan oleh syariat. Dan sebaiknya seseorang pada saat melaksanakan ziarah kubur agar senantiasa menjaga adab agar yang dilakukan mendapatkan pahala dan kemanfaatan serta dilakukan dengan cara yang benar. Wallahu a’lam
Jeffry Risandy

Jeffry Risandy

See more posts
See more posts

Reviews of Makam Sunan Bungkul

4.7
(93)
avatar
5.0
6y

The pilgrims believe that Sunan Bungkul is a guardian, but the story of the Sunan Bungkul is too minimal to be traced. However, his tomb that is located in the complex of Taman Bungkul saves uneasily revealed historical mystery. There is a saga that mentions that Mbah Bungkul, or Sunan Bungkul, was also Empu Supa, a community and religious leaders in Majapahit kingdom in the 15th century. He is the elder of Bungkul village, which was ever visited by Raden Rahmat or Sunan Ampel, around 600 years ago, when he was traveling from Trowulan Majapahit towards Kalimas in Ampel Denta.

Ki Supa later converted to Islam and changed his nickname to Ki Ageng Mahmudin. Because he lived in Bungkul village, Ki Supa was better known as Sunan Bungkul. Their relationship grew stronger as Sunan Bungkul was later becoming Raden Rahmat’s father in law. This relationship became one of the reasons why Islam was spread faster in Southern Surabaya than in other regions. Mbah Bungkul is now believed to be one of the guardians in Surabaya. Pilgrims who visit the Ampel tomb will definitely visit this tomb complex which is located in Progo Street. Mbah Bungkul’s existence can be placed equal to Sheikh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Tembayat (Klaten), Ki Ageng Gribig (Klaten), Sunan Stage (Tegal), Sunan Prapen (Gresik), and other local guardians around of...

   Read more
avatar
5.0
1y

Sunan Bungkul atau Mbah Bungkul, tokoh yang menyebarkan agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Mbah Bungkul saat itu berdakwah di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Nama asli Sunan Bungkul adalah Ki Ageng Supo atau Mpu Supo, dan ia merupakan bangsawan di zaman Kerajaan Majapahit. Setelah mendapat hidayah dan memeluk Islam, Sunan Bungkul mengganti namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin/Syaikh Mahmuddin (1400-1481 M). Diketahui, dulunya Sunan Bungkul adalah seorang petinggi Kerajaan Majapahit, setingkat Tumenggung. Beliau diminta oleh Raja Majapahit, yang saat itu dipimpin Brawijaya, untuk menemani putra mahkota, yang lebih tertarik belajar agama dibanding mewarisi kerajaan, ke Sunan Bejagung di Tuban. Putra Mahkota dan Tumenggung akhirnya belajar agama ke Sunan Bejagung yang memiliki nama asli Syaikh Abdullah Asy’ari. Menurut sejarah, Syaikh Abdullah Asy'ari adalah adik dari Syaikh Maulana Ibrahim Asmoroqondhi, ayah Sunan Ampel dan kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Di kemudian hari, putra mahkota Majapahit tersebut dijadikan menantu oleh Sunan Bejagung. Hingga akhir hayatnya, sang putra mahkota tidak tertarik kembali ke Majapahit. Makam putra mahkota tersebut kini ada di Desa Bejagung, Tuban, dan lebih dikenal dengan makam Sunan Bejagung Kidul. Sedangkan makam Syaikh Abdullah Asyari atau Sunan Bejagung disebut makam Sunan Bejagung Lor. Selepas kepergian Sunan Bejagung Kidul, Sunan Bungkul kembali ke Majapahit. Dalam perjalanannya, dia terus menyebarkan ajaran Islam hingga ke daerah Pati, Jawa Tengah. Menurut kisah, Sunan Bungkul usianya mencapai sekitar 300 tahun. Bahkan Sunan Bungkul mempunyai banyak murid hingga di daerah Pati, Jawa Tengah. Sesampainya di Majapahit, Sunan Bungkul hidup di daerah Bungkul. Karena itu dia lebih dikenal sebagai Susuhunan Bungkul atau Sunan Bungkul. Tidak diketahui pasti bagaimana makam Sunan Bungkul ada di Surabaya, sedangkan dulu dia hidup di Majapahit (daerah Trowulan, Mojokerto). Buku Oud Soerabaia yang ditulis GH Von Faber, ahli sejarah asal Belanda, menyebut bahwa saat zaman kolonial, Sunan Bungkul sengaja tidak mengungkap jati diri yang sebenarnya. Dalam buku yang diterbitkan pada 1931 itu, tertulis, orang akan celaka (kualat, bahasa Jawa), jika mencoba mengetahui siapa sebenarnya...

   Read more
avatar
4.0
1y

Tempat ziarah makam di tengah taman kota Surabaya. Nama tempat ini adalah Makam Sunan Bungkul yang terletak di belakang taman Bungkul, jalan raya Darmo Surabaya. Makam Sunan Bungkul ini terbuka setiap hari. Dengan fasilitas masjid, toilet dan parkir kendaraan yang berada di luar tepi jalan.

Tidak sedikit peziarah yang nyekar dan berdoa di area pemakaman Mbah Bungkul yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di akhir kejayaan kerajaan Majapahit. Konon katanya, disematkannya nama Bungkul karena jasadnya bungkul atau utuh. Dengan nama asli Ki Ageng Supo, yakni seorang bangsawan Majapahit yang memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Ki Ageng Mahmuddin.

Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah tidak hanya memerintahkan ziarah kubur, tapi juga menjelaskan manfaat-manfaat dalam melaksanakan ziarah kubur. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadis berikut: "Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah)." (HR. Hakim)

Anjuran melaksanakan ziarah kubur ini bersifat umum, baik menziarahi kuburan orang-orang salih ataupun menziarahi kuburan orang Islam secara umum. Hal ini seperti ditegaskan oleh Imam al-Ghazali sebagaimana berikut: "Ziarah kubur disunahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang salih disunahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran. (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, hal: 521)

Bahkan legalitas melaksanakan ziarah kubur ini telah disepakati oleh seluruh mazhab umat Islam. Hal ini seperti disampaikan dalam kitab Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah sebagaimana berikut: "Ziarah kubur diperbolehkan oleh seluruh mazhab umat Islam. (KH Ali Maksum Krapyak, Hujjah Ahlissunnah Wal Jama’ah, hal: 53)

Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas ziarah kubur merupakan salah satu ajaran agama Islam yang secara tegas dianjurkan oleh syariat. Dan sebaiknya seseorang pada saat melaksanakan ziarah kubur agar senantiasa menjaga adab agar yang dilakukan mendapatkan pahala dan kemanfaatan serta dilakukan dengan cara yang benar....

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next