HTML SitemapExplore
logo
Find Things to DoFind The Best Restaurants

Fort Vastenburg — Attraction in Surakarta

Name
Fort Vastenburg
Description
Fort Vastenburg, also Fort Surakarta, is an 18th-century Dutch fort located in Gladak, Surakarta, Central Java, Indonesia. A landmark of Surakarta, the fort faces polemics related with multiple owners claiming different parts of the fort.
Nearby attractions
Alun-Alun Lor Surakarta
CRGH+4GJ, Jl. Alun Alun Utara, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
Masjid Agung Keraton Surakarta
Jl. Masjid Agung No.1, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57122, Indonesia
Kampung Batik Kauman
Jl. K.H Hasyim Ashari No.1, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57112, Indonesia
Keraton Surakarta Hadiningrat
Jl. Kamandungan, Baluwarti, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57144, Indonesia
Dutch Era Bunker in Balaikota Surakarta
Kompleks Balaikota Surakarta, Jl. Jend. Sudirman No.2 ad. Dispendukcapil, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57111, Indonesia
Gerbang Utama Kampung Wisata Batik Kauman Solo
Jl. Wijaya Kusuma No.38, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57122, Indonesia
Museum Keraton Surakarta
Jl. Sidikoro No.1, RW.2, Baluwarti, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57144, Indonesia
Nearby restaurants
Nasi Liwet Bu Sarmi, Lojiwetan
Jl. Kapten Mulyadi, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57113, Indonesia
Gajah Mas Noodle
Jl. Suryopranoto No.1, Kepatihan Wetan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57129, Indonesia
Sate Kambing & Gule Goreng "Pak Samin"
Jl. Ronggowarsito No.10, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57111, Indonesia
Madbottle Coffee
Jl. RE. Martadinata No.83, Sudiroprajan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57121, Indonesia
Fai Kie Chinese Restaurant
Jl. Kapten Mulyadi No.29, Sudiroprajan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57121, Indonesia
Saffron Resto & Meatshop
Jl. Ronggowarsito No.38, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57131, Indonesia
Wedangan Mantap
Jl. Sugiyopranoto No.12, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
Palm Ethnic Resto
Jl. Ronggowarsito No.55a, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
Ramayana Indonesian Restaurant
Kp. Baru, Ps. Kliwon, Jl. Imam Bonjol No.49, Keprabon, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57131, Indonesia
Pak Jenggot Special Seafood
Jl. Jend. Urip Sumoharjo No.54, Sudiroprajan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57111, Indonesia
Nearby hotels
The Royal Surakarta Heritage - Handwritten Collection
Slamet Riyadi St No.6, Kampung Baru, Pasar Kliwon, Surakarta City, Central Java 57111, Indonesia
Petit Boutique Hotel
Beteng Trade Center, Jl. Mayor Sunaryo No.4, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57117, Indonesia
Horison Aziza Solo
Jl. Kapten Mulyadi No.115, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
Doeloerkoe Homestay
Jl. Kyai Gede No.28, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57113, Indonesia
Trio Hotel
Jl. Jend. Urip Sumoharjo No.25, Kepatihan Wetan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57129, Indonesia
RedDoorz Plus near Pasar Gede Solo
Jl. Bali No.32, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
Al Salam Syariah Guest House
Jl. Untung Suropati No.11, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57113, Indonesia
Kemuning Homestay
Jl. K.H Hasyim Ashari No.7, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57122, Indonesia
Syariah Wisma Kartika
Jl. Kapten Mulyadi No.140, Ps. Kliwon, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57118, Indonesia
Kusuma Sahid Prince Hotel
Jl. Sugiyopranoto No.20, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57111, Indonesia
Related posts
Keywords
Fort Vastenburg tourism.Fort Vastenburg hotels.Fort Vastenburg bed and breakfast. flights to Fort Vastenburg.Fort Vastenburg attractions.Fort Vastenburg restaurants.Fort Vastenburg travel.Fort Vastenburg travel guide.Fort Vastenburg travel blog.Fort Vastenburg pictures.Fort Vastenburg photos.Fort Vastenburg travel tips.Fort Vastenburg maps.Fort Vastenburg things to do.
Fort Vastenburg things to do, attractions, restaurants, events info and trip planning
Fort Vastenburg
IndonesiaCentral JavaSurakartaFort Vastenburg

Basic Info

Fort Vastenburg

Jl. Jend. Sudirman, Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133, Indonesia
4.5(6.6K)
Open 24 hours
Save
spot

Ratings & Description

Info

Fort Vastenburg, also Fort Surakarta, is an 18th-century Dutch fort located in Gladak, Surakarta, Central Java, Indonesia. A landmark of Surakarta, the fort faces polemics related with multiple owners claiming different parts of the fort.

Cultural
Family friendly
attractions: Alun-Alun Lor Surakarta, Masjid Agung Keraton Surakarta, Kampung Batik Kauman, Keraton Surakarta Hadiningrat, Dutch Era Bunker in Balaikota Surakarta, Gerbang Utama Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Museum Keraton Surakarta, restaurants: Nasi Liwet Bu Sarmi, Lojiwetan, Gajah Mas Noodle, Sate Kambing & Gule Goreng "Pak Samin", Madbottle Coffee, Fai Kie Chinese Restaurant, Saffron Resto & Meatshop, Wedangan Mantap, Palm Ethnic Resto, Ramayana Indonesian Restaurant, Pak Jenggot Special Seafood
logoLearn more insights from Wanderboat AI.
Website
surakarta.go.id

Plan your stay

hotel
Pet-friendly Hotels in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Affordable Hotels in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.
hotel
Trending Stays Worth the Hype in Surakarta
Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Reviews

Nearby attractions of Fort Vastenburg

Alun-Alun Lor Surakarta

Masjid Agung Keraton Surakarta

Kampung Batik Kauman

Keraton Surakarta Hadiningrat

Dutch Era Bunker in Balaikota Surakarta

Gerbang Utama Kampung Wisata Batik Kauman Solo

Museum Keraton Surakarta

Alun-Alun Lor Surakarta

Alun-Alun Lor Surakarta

4.4

(2.9K)

Open 24 hours
Click for details
Masjid Agung Keraton Surakarta

Masjid Agung Keraton Surakarta

4.8

(3.5K)

Open until 12:00 AM
Click for details
Kampung Batik Kauman

Kampung Batik Kauman

4.7

(1.1K)

Open 24 hours
Click for details
Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta Hadiningrat

4.6

(6.2K)

Open 24 hours
Click for details

Nearby restaurants of Fort Vastenburg

Nasi Liwet Bu Sarmi, Lojiwetan

Gajah Mas Noodle

Sate Kambing & Gule Goreng "Pak Samin"

Madbottle Coffee

Fai Kie Chinese Restaurant

Saffron Resto & Meatshop

Wedangan Mantap

Palm Ethnic Resto

Ramayana Indonesian Restaurant

Pak Jenggot Special Seafood

Nasi Liwet Bu Sarmi, Lojiwetan

Nasi Liwet Bu Sarmi, Lojiwetan

4.4

(513)

Click for details
Gajah Mas Noodle

Gajah Mas Noodle

4.3

(715)

Click for details
Sate Kambing & Gule Goreng "Pak Samin"

Sate Kambing & Gule Goreng "Pak Samin"

4.6

(432)

Click for details
Madbottle Coffee

Madbottle Coffee

4.6

(396)

Click for details
Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Wanderboat LogoWanderboat

Your everyday Al companion for getaway ideas

CompanyAbout Us
InformationAI Trip PlannerSitemap
SocialXInstagramTiktokLinkedin
LegalTerms of ServicePrivacy Policy

Get the app

© 2025 Wanderboat. All rights reserved.
logo

Reviews of Fort Vastenburg

4.5
(6,616)
avatar
5.0
48w

Benteng Vastenburg adalah salah satu destinasi wisata bersejarah di Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah. Benteng ini dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Baron van Imhoff, sebagai pusat pertahanan dan pengawasan terhadap wilayah kerajaan Surakarta. Terletak di pusat kota, tepatnya di kawasan Gladak, benteng ini memiliki daya tarik yang kuat karena arsitekturnya yang megah dan bernuansa kolonial. Dengan luas sekitar 31.500 meter persegi, Benteng Vastenburg menawarkan suasana yang membawa pengunjung kembali ke masa penjajahan Belanda. Tempat ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin menikmati sejarah, fotografi, maupun kegiatan seni dan budaya.

Salah satu kelebihan Benteng Vastenburg adalah lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau. Benteng ini dikelilingi oleh berbagai fasilitas umum seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan akses transportasi yang memadai. Sebagai situs sejarah, benteng ini juga sering digunakan untuk berbagai acara seperti pameran seni, konser musik, dan festival budaya. Bangunan benteng yang kokoh dengan halaman luas memberikan ruang yang ideal untuk aktivitas tersebut. Namun, kekurangannya adalah beberapa bagian bangunan benteng kurang terawat, dengan dinding yang mengalami pelapukan dan area tertentu yang terlihat terbengkalai. Selain itu, informasi sejarah di lokasi cukup minim, sehingga pengunjung harus mencari panduan tambahan untuk memahami latar belakang benteng ini.

Akses menuju Benteng Vastenburg sangat mudah karena lokasinya yang berada di pusat kota Surakarta. Pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, atau bahkan berjalan kaki dari beberapa titik utama seperti Pasar Gede atau Keraton Surakarta. Stasiun Kereta Api Solo Balapan dan Terminal Tirtonadi juga berjarak kurang dari 3 km dari benteng, sehingga wisatawan luar kota dapat mencapai tempat ini dengan cepat. Bagi pengunjung yang menggunakan transportasi online, banyak titik penjemputan dan penurunan yang strategis di sekitar benteng. Jalan menuju lokasi sangat baik dengan rambu-rambu yang jelas.

Fasilitas di Benteng Vastenburg cukup memadai untuk sebuah situs sejarah. Area parkir tersedia untuk kendaraan roda dua dan roda empat, meskipun kapasitasnya terbatas saat ada acara besar. Di sekitar benteng, pengunjung dapat menemukan toilet umum, area istirahat, dan beberapa warung kecil yang menjual makanan dan minuman. Meskipun fasilitas dasar ini tersedia, pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut sangat diperlukan agar kenyamanan pengunjung semakin meningkat. Selain itu, tempat ini dikelilingi oleh berbagai fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan Solo Paragon dan Solo Grand Mall, yang memberikan opsi tambahan bagi wisatawan untuk bersantai atau berbelanja.

Harga tiket masuk Benteng Vastenburg biasanya gratis untuk pengunjung yang hanya ingin berjalan-jalan dan menikmati suasana. Namun, pada acara tertentu seperti pameran atau konser, tiket masuk dapat dikenakan biaya mulai dari Rp10.000 hingga Rp50.000 tergantung acara yang diselenggarakan. Untuk parkir, kendaraan roda dua memiliki area khusus di dekat pintu masuk, sedangkan kendaraan roda empat seperti mobil pribadi dapat diparkir di area yang lebih luas di sekitar benteng. Kendaraan besar seperti bus pariwisata juga dapat diparkir di kawasan Gladak atau area parkir alternatif lainnya di sekitar pusat kota.

Di sekitar Benteng Vastenburg, terdapat banyak fasilitas umum yang mudah diakses, seperti rumah sakit, ATM, dan masjid. Beberapa fasilitas terdekat adalah Rumah Sakit Kasih Ibu dan Masjid Agung Surakarta. Pengunjung yang ingin menikmati wisata kuliner atau belanja dapat menuju ke Pasar Gede yang hanya berjarak beberapa menit berjalan kaki. Selain itu, benteng ini juga dekat dengan destinasi wisata lain seperti Keraton Surakarta dan Museum Radya Pustaka, sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi beberapa tempat sekaligus dalam satu perjalanan. Secara keseluruhan, Benteng Vastenburg adalah destinasi wisata sejarah yang...

   Read more
avatar
5.0
3y

What's the story'? History? You can read it at any file by internet or books. Today i enjoy 'Soto Kwali at Galabo culinarry' with Advocado Juice and a mineral water. The employee are very nice, she slowly talk to me and remind me of a friend. After it, i walk through 'Trotoar' to reach Vastenburgh Castle. Then, i enjoy 'Dawet Ayu' Ice Made by Mr. Warno or Parno (i don't know how to spell it). He have a 'Gerobak' to sell His Ice. The taste of 'Dawet Ayu' are sweet and a little salty in the end. If someone see all this, you should try this one. And i forgot to tell that Mr. Warno always moving from some place into another. He told me the story' of the Castle, civil society, politics, some land problem, and of course He told me about tourism. Yeaaah... Hopefully all tourism can be open like old Times. The 'Pandemi' made all things down. He want anything could be happened like as usual. Live life normally.. i guess you can try buy something here. Food, drinks or anything and so the economy can be up and shiny (He told me that). That's it for today. May you can enjoy this City, The City of the Kings, Surakarta, Solo, Central Java,...

   Read more
avatar
5.0
25w

Gerbang yang Tak Pernah Tertutup”

Surakarta, tahun 2025.

Benteng Vastenburg tampak tenang di siang hari, dikelilingi aktivitas kota yang ramai. Namun bagi Ki Bagus Sujiwo, budayawan dan peneliti spiritual Jawa, tempat ini menyimpan riwayat yang belum selesai. Sudah tiga malam berturut-turut ia didatangi mimpi aneh: seekor lembu bersayap berdiri diam di tengah lapangan benteng, sementara suara gamelan tua terdengar dari balik tanah.

Ia memutuskan menyelidiki.

Penemuan Arsip Terlarang

Dengan izin dari dinas kebudayaan, Ki Bagus memasuki ruangan arsip tua di dalam benteng. Di sana ia menemukan kotak kayu tua bertulis “Van Der Zee, 1776”. Di dalamnya: surat-surat dalam bahasa Belanda dan Jawa Kuno, serta sketsa kasar patung-patung yang kini masih berdiri di depan benteng — termasuk arca pria duduk dan lembu.

Isi surat mengejutkan:

“Kami mendirikan benteng ini di atas reruntuhan kuno. Tanah ini dulunya milik kerajaan besar — disebut Mataram. Penduduk lokal menyebut tempat ini ‘tapal batas dunia halus’. Arca yang kami temukan tampaknya bukan sekadar hiasan. Mereka menjaga sesuatu. Suatu malam, salah satu penjaga kami menghilang. Hanya ada bekas jejak kaki lembu menuju dinding barat...”

Ki Bagus membaca terus, hingga menemukan kalimat terakhir Van Der Zee:

“Jika seseorang yang benar-benar paham Jawa membacakan mantra di depan arca penjaga, maka pintu waktu mungkin terbuka. Aku takut itu benar…”

Mantra yang Terucap

Ki Bagus Sujiwo mencoba menelusuri lokasi asli arca itu. Ia menemukan bahwa tempat berdirinya patung sekarang bukan tempat awal. Belanda memindahkannya agar tampak simetris di depan gerbang. Ia mencatat lokasi asli arca berdasarkan peta kuno, lalu suatu malam — sendirian — ia berdiri di titik itu.

Dengan tenang, ia membaca kidung kuno dari naskah Jawa yang ia pelajari sejak muda. Saat mantra terakhir selesai, angin berhenti. Dunia menjadi sunyi, dan seketika suasana benteng berubah. Ia tidak lagi di tahun 2025.

Di hadapannya berdiri Kapten Van Der Zee, berwajah pucat namun tidak menakutkan, serta brahmana tua Mataram yang berdiri dengan tongkat berujung emas.

Kapten Van Der Zee berkata lirih:

“Aku hanya ingin pulang, tapi aku terikat janji.”

Brahmana itu menatap Ki Bagus:

“Tiga kekuatan pernah beradu di sini: Hindu, penjajah, dan raja. Engkau adalah penyaksi zaman keempat. Kami hanya butuh satu hal... diingat.”

Benteng yang Bernapas

Ki Bagus terbangun di depan arca, keringat dingin membasahi punggungnya. Tapi sesuatu telah berubah.

Keesokan harinya, pengunjung Benteng Vastenburg melaporkan bau dupa samar di pagi hari, dan beberapa mengaku mendengar suara gamelan sangat pelan — seolah dari bawah tanah. Namun tidak ada yang merasa takut. Justru ada ketenangan yang aneh.

Ki Bagus Sujiwo tidak membongkar arca. Ia hanya menulis catatan kecil dan menempelkannya di pagar dekat patung:

“Ini bukan batu. Ini adalah gerbang.”

Dan sejak hari itu, arca-arca tua di depan Vastenburg tak lagi sekadar benda. Mereka adalah penjaga sejarah, roh, dan waktu — yang tak akan pernah benar-benar pergi, selama ada yang bersedia...

   Read more
Page 1 of 7
Previous
Next

Posts

Beteng SBeteng S
What's the story'? History? You can read it at any file by internet or books. Today i enjoy 'Soto Kwali at Galabo culinarry' with Advocado Juice and a mineral water. The employee are very nice, she slowly talk to me and remind me of a friend. After it, i walk through 'Trotoar' to reach Vastenburgh Castle. Then, i enjoy 'Dawet Ayu' Ice Made by Mr. Warno or Parno (i don't know how to spell it). He have a 'Gerobak' to sell His Ice. The taste of 'Dawet Ayu' are sweet and a little salty in the end. If someone see all this, you should try this one. And i forgot to tell that Mr. Warno always moving from some place into another. He told me the story' of the Castle, civil society, politics, some land problem, and of course He told me about tourism. Yeaaah... Hopefully all tourism can be open like old Times. The 'Pandemi' made all things down. He want anything could be happened like as usual. Live life normally.. i guess you can try buy something here. Food, drinks or anything and so the economy can be up and shiny (He told me that). That's it for today. May you can enjoy this City, The City of the Kings, Surakarta, Solo, Central Java, Indonesia. Regards, Beteng
Indra MenangIndra Menang
Gerbang yang Tak Pernah Tertutup” Surakarta, tahun 2025. Benteng Vastenburg tampak tenang di siang hari, dikelilingi aktivitas kota yang ramai. Namun bagi Ki Bagus Sujiwo, budayawan dan peneliti spiritual Jawa, tempat ini menyimpan riwayat yang belum selesai. Sudah tiga malam berturut-turut ia didatangi mimpi aneh: seekor lembu bersayap berdiri diam di tengah lapangan benteng, sementara suara gamelan tua terdengar dari balik tanah. Ia memutuskan menyelidiki. Penemuan Arsip Terlarang Dengan izin dari dinas kebudayaan, Ki Bagus memasuki ruangan arsip tua di dalam benteng. Di sana ia menemukan kotak kayu tua bertulis “Van Der Zee, 1776”. Di dalamnya: surat-surat dalam bahasa Belanda dan Jawa Kuno, serta sketsa kasar patung-patung yang kini masih berdiri di depan benteng — termasuk arca pria duduk dan lembu. Isi surat mengejutkan: > “Kami mendirikan benteng ini di atas reruntuhan kuno. Tanah ini dulunya milik kerajaan besar — disebut Mataram. Penduduk lokal menyebut tempat ini ‘tapal batas dunia halus’. Arca yang kami temukan tampaknya bukan sekadar hiasan. Mereka menjaga sesuatu. Suatu malam, salah satu penjaga kami menghilang. Hanya ada bekas jejak kaki lembu menuju dinding barat...” Ki Bagus membaca terus, hingga menemukan kalimat terakhir Van Der Zee: > “Jika seseorang yang benar-benar paham Jawa membacakan mantra di depan arca penjaga, maka pintu waktu mungkin terbuka. Aku takut itu benar…” Mantra yang Terucap Ki Bagus Sujiwo mencoba menelusuri lokasi asli arca itu. Ia menemukan bahwa tempat berdirinya patung sekarang bukan tempat awal. Belanda memindahkannya agar tampak simetris di depan gerbang. Ia mencatat lokasi asli arca berdasarkan peta kuno, lalu suatu malam — sendirian — ia berdiri di titik itu. Dengan tenang, ia membaca kidung kuno dari naskah Jawa yang ia pelajari sejak muda. Saat mantra terakhir selesai, angin berhenti. Dunia menjadi sunyi, dan seketika suasana benteng berubah. Ia tidak lagi di tahun 2025. Di hadapannya berdiri Kapten Van Der Zee, berwajah pucat namun tidak menakutkan, serta brahmana tua Mataram yang berdiri dengan tongkat berujung emas. Kapten Van Der Zee berkata lirih: > “Aku hanya ingin pulang, tapi aku terikat janji.” Brahmana itu menatap Ki Bagus: > “Tiga kekuatan pernah beradu di sini: Hindu, penjajah, dan raja. Engkau adalah penyaksi zaman keempat. Kami hanya butuh satu hal... diingat.” Benteng yang Bernapas Ki Bagus terbangun di depan arca, keringat dingin membasahi punggungnya. Tapi sesuatu telah berubah. Keesokan harinya, pengunjung Benteng Vastenburg melaporkan bau dupa samar di pagi hari, dan beberapa mengaku mendengar suara gamelan sangat pelan — seolah dari bawah tanah. Namun tidak ada yang merasa takut. Justru ada ketenangan yang aneh. Ki Bagus Sujiwo tidak membongkar arca. Ia hanya menulis catatan kecil dan menempelkannya di pagar dekat patung: > “Ini bukan batu. Ini adalah gerbang.” Dan sejak hari itu, arca-arca tua di depan Vastenburg tak lagi sekadar benda. Mereka adalah penjaga sejarah, roh, dan waktu — yang tak akan pernah benar-benar pergi, selama ada yang bersedia mendengarkan.
Erik WahyuErik Wahyu
Benteng Vastenburg adalah salah satu cagar budaya kota Solo peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1745. Benteng ini dibangun atas perintah dari Baron Van Imhoff. Benteng ini digunakan oleh Belanda untuk mengawasi penguasa Surakarta kala itu dan sekaligus sebagai pusat garnisun. Ketika itu Belanda yang menguasai urasan di wilayah pribumi seperti, keamanan, perniagaan, pemukiman, tata kota, dan kebijakan-kebijakan. Bangunan yang berada di Jalan Jendral Sudirman ini dulunya bernama Grootmoedigheid. Bangunan benteng ini dikelilingi tembok batu bata dengan tinggi 6 meter dengan kontruksi bearing wall. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang di ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruangan yang disebut seleka. Di sekeliling tembok benteng kita akan mendapati parit yang difungsikan sebagai perlindungan dengan jembatan yang berada di pintu depan dan belakang. Di tengah terdapat lahan terbuka yang digunakan untuk upacara bendera. Sementara di dalam benteng terdapat petak-petak yang digunakan sebagai rumah tinggal para prajurit dan keluarganya. Selanjutnya setelah kemerdekaan, benteng ini dipakai sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 70-an digunakan untuk tempat pelatihan prajurit dan pusat Brigade Infanteri 6 untuk wilayah Karesidenan Solo dan sekitar. Meski sebelumnya benteng ini dibiarkan dan tidak terawat. Namun kini benteng Vastenburg telah menjadi perhatian Pemerintah kota Solo. Terbukti dengan adanya renovasi yang dilakukan pada Benteng Vastenburg, meski bangunan tidak berubah namun wajahnya sudah berseri kembali. Kini Benteng Vastenburg sering dijadikan tempat untuk mengadakan berbagai acara di kota Solo. mulai dari musik, berbagai festival sudah sering di adakan disini. letaknya yang sangat strategis, disebelah utara bersebelahan dengan Telkom Solo, di Selatan bersebelahan dengan PGS, sebelah Barat dengan Bank Indonesia, dan di sebelah timur dengan Luwes Sangkrah. Belum lagi tak jauh dari benteng ada Balai kota Solo,komplek Keraton Solo, Pasar Klewer dan Kampung Batik Kauman. Selain itu juga benteng ini semakin banyak yang tertarik mengunjunginya sebagai salah satu tempat untuk berwisata sejarah, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, dan para wisatawan yang ingin mempelajari segala aspek yang ada pada kota Solo. Nah, untuk itu tidak ada salahnya bagi warga Solo untuk tetap menjaga dan merawat Cagar budaya yang satu ini agar tidak dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
See more posts
See more posts
hotel
Find your stay

Pet-friendly Hotels in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

What's the story'? History? You can read it at any file by internet or books. Today i enjoy 'Soto Kwali at Galabo culinarry' with Advocado Juice and a mineral water. The employee are very nice, she slowly talk to me and remind me of a friend. After it, i walk through 'Trotoar' to reach Vastenburgh Castle. Then, i enjoy 'Dawet Ayu' Ice Made by Mr. Warno or Parno (i don't know how to spell it). He have a 'Gerobak' to sell His Ice. The taste of 'Dawet Ayu' are sweet and a little salty in the end. If someone see all this, you should try this one. And i forgot to tell that Mr. Warno always moving from some place into another. He told me the story' of the Castle, civil society, politics, some land problem, and of course He told me about tourism. Yeaaah... Hopefully all tourism can be open like old Times. The 'Pandemi' made all things down. He want anything could be happened like as usual. Live life normally.. i guess you can try buy something here. Food, drinks or anything and so the economy can be up and shiny (He told me that). That's it for today. May you can enjoy this City, The City of the Kings, Surakarta, Solo, Central Java, Indonesia. Regards, Beteng
Beteng S

Beteng S

hotel
Find your stay

Affordable Hotels in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Get the Appoverlay
Get the AppOne tap to find yournext favorite spots!
Gerbang yang Tak Pernah Tertutup” Surakarta, tahun 2025. Benteng Vastenburg tampak tenang di siang hari, dikelilingi aktivitas kota yang ramai. Namun bagi Ki Bagus Sujiwo, budayawan dan peneliti spiritual Jawa, tempat ini menyimpan riwayat yang belum selesai. Sudah tiga malam berturut-turut ia didatangi mimpi aneh: seekor lembu bersayap berdiri diam di tengah lapangan benteng, sementara suara gamelan tua terdengar dari balik tanah. Ia memutuskan menyelidiki. Penemuan Arsip Terlarang Dengan izin dari dinas kebudayaan, Ki Bagus memasuki ruangan arsip tua di dalam benteng. Di sana ia menemukan kotak kayu tua bertulis “Van Der Zee, 1776”. Di dalamnya: surat-surat dalam bahasa Belanda dan Jawa Kuno, serta sketsa kasar patung-patung yang kini masih berdiri di depan benteng — termasuk arca pria duduk dan lembu. Isi surat mengejutkan: > “Kami mendirikan benteng ini di atas reruntuhan kuno. Tanah ini dulunya milik kerajaan besar — disebut Mataram. Penduduk lokal menyebut tempat ini ‘tapal batas dunia halus’. Arca yang kami temukan tampaknya bukan sekadar hiasan. Mereka menjaga sesuatu. Suatu malam, salah satu penjaga kami menghilang. Hanya ada bekas jejak kaki lembu menuju dinding barat...” Ki Bagus membaca terus, hingga menemukan kalimat terakhir Van Der Zee: > “Jika seseorang yang benar-benar paham Jawa membacakan mantra di depan arca penjaga, maka pintu waktu mungkin terbuka. Aku takut itu benar…” Mantra yang Terucap Ki Bagus Sujiwo mencoba menelusuri lokasi asli arca itu. Ia menemukan bahwa tempat berdirinya patung sekarang bukan tempat awal. Belanda memindahkannya agar tampak simetris di depan gerbang. Ia mencatat lokasi asli arca berdasarkan peta kuno, lalu suatu malam — sendirian — ia berdiri di titik itu. Dengan tenang, ia membaca kidung kuno dari naskah Jawa yang ia pelajari sejak muda. Saat mantra terakhir selesai, angin berhenti. Dunia menjadi sunyi, dan seketika suasana benteng berubah. Ia tidak lagi di tahun 2025. Di hadapannya berdiri Kapten Van Der Zee, berwajah pucat namun tidak menakutkan, serta brahmana tua Mataram yang berdiri dengan tongkat berujung emas. Kapten Van Der Zee berkata lirih: > “Aku hanya ingin pulang, tapi aku terikat janji.” Brahmana itu menatap Ki Bagus: > “Tiga kekuatan pernah beradu di sini: Hindu, penjajah, dan raja. Engkau adalah penyaksi zaman keempat. Kami hanya butuh satu hal... diingat.” Benteng yang Bernapas Ki Bagus terbangun di depan arca, keringat dingin membasahi punggungnya. Tapi sesuatu telah berubah. Keesokan harinya, pengunjung Benteng Vastenburg melaporkan bau dupa samar di pagi hari, dan beberapa mengaku mendengar suara gamelan sangat pelan — seolah dari bawah tanah. Namun tidak ada yang merasa takut. Justru ada ketenangan yang aneh. Ki Bagus Sujiwo tidak membongkar arca. Ia hanya menulis catatan kecil dan menempelkannya di pagar dekat patung: > “Ini bukan batu. Ini adalah gerbang.” Dan sejak hari itu, arca-arca tua di depan Vastenburg tak lagi sekadar benda. Mereka adalah penjaga sejarah, roh, dan waktu — yang tak akan pernah benar-benar pergi, selama ada yang bersedia mendengarkan.
Indra Menang

Indra Menang

hotel
Find your stay

The Coolest Hotels You Haven't Heard Of (Yet)

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

hotel
Find your stay

Trending Stays Worth the Hype in Surakarta

Find a cozy hotel nearby and make it a full experience.

Benteng Vastenburg adalah salah satu cagar budaya kota Solo peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1745. Benteng ini dibangun atas perintah dari Baron Van Imhoff. Benteng ini digunakan oleh Belanda untuk mengawasi penguasa Surakarta kala itu dan sekaligus sebagai pusat garnisun. Ketika itu Belanda yang menguasai urasan di wilayah pribumi seperti, keamanan, perniagaan, pemukiman, tata kota, dan kebijakan-kebijakan. Bangunan yang berada di Jalan Jendral Sudirman ini dulunya bernama Grootmoedigheid. Bangunan benteng ini dikelilingi tembok batu bata dengan tinggi 6 meter dengan kontruksi bearing wall. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang di ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruangan yang disebut seleka. Di sekeliling tembok benteng kita akan mendapati parit yang difungsikan sebagai perlindungan dengan jembatan yang berada di pintu depan dan belakang. Di tengah terdapat lahan terbuka yang digunakan untuk upacara bendera. Sementara di dalam benteng terdapat petak-petak yang digunakan sebagai rumah tinggal para prajurit dan keluarganya. Selanjutnya setelah kemerdekaan, benteng ini dipakai sebagai markas TNI untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 70-an digunakan untuk tempat pelatihan prajurit dan pusat Brigade Infanteri 6 untuk wilayah Karesidenan Solo dan sekitar. Meski sebelumnya benteng ini dibiarkan dan tidak terawat. Namun kini benteng Vastenburg telah menjadi perhatian Pemerintah kota Solo. Terbukti dengan adanya renovasi yang dilakukan pada Benteng Vastenburg, meski bangunan tidak berubah namun wajahnya sudah berseri kembali. Kini Benteng Vastenburg sering dijadikan tempat untuk mengadakan berbagai acara di kota Solo. mulai dari musik, berbagai festival sudah sering di adakan disini. letaknya yang sangat strategis, disebelah utara bersebelahan dengan Telkom Solo, di Selatan bersebelahan dengan PGS, sebelah Barat dengan Bank Indonesia, dan di sebelah timur dengan Luwes Sangkrah. Belum lagi tak jauh dari benteng ada Balai kota Solo,komplek Keraton Solo, Pasar Klewer dan Kampung Batik Kauman. Selain itu juga benteng ini semakin banyak yang tertarik mengunjunginya sebagai salah satu tempat untuk berwisata sejarah, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, dan para wisatawan yang ingin mempelajari segala aspek yang ada pada kota Solo. Nah, untuk itu tidak ada salahnya bagi warga Solo untuk tetap menjaga dan merawat Cagar budaya yang satu ini agar tidak dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Erik Wahyu

Erik Wahyu

See more posts
See more posts