Benteng Vastenburg adalah salah satu destinasi wisata bersejarah di Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah. Benteng ini dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Baron van Imhoff, sebagai pusat pertahanan dan pengawasan terhadap wilayah kerajaan Surakarta. Terletak di pusat kota, tepatnya di kawasan Gladak, benteng ini memiliki daya tarik yang kuat karena arsitekturnya yang megah dan bernuansa kolonial. Dengan luas sekitar 31.500 meter persegi, Benteng Vastenburg menawarkan suasana yang membawa pengunjung kembali ke masa penjajahan Belanda. Tempat ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin menikmati sejarah, fotografi, maupun kegiatan seni dan budaya.
Salah satu kelebihan Benteng Vastenburg adalah lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau. Benteng ini dikelilingi oleh berbagai fasilitas umum seperti hotel, restoran, pusat perbelanjaan, dan akses transportasi yang memadai. Sebagai situs sejarah, benteng ini juga sering digunakan untuk berbagai acara seperti pameran seni, konser musik, dan festival budaya. Bangunan benteng yang kokoh dengan halaman luas memberikan ruang yang ideal untuk aktivitas tersebut. Namun, kekurangannya adalah beberapa bagian bangunan benteng kurang terawat, dengan dinding yang mengalami pelapukan dan area tertentu yang terlihat terbengkalai. Selain itu, informasi sejarah di lokasi cukup minim, sehingga pengunjung harus mencari panduan tambahan untuk memahami latar belakang benteng ini.
Akses menuju Benteng Vastenburg sangat mudah karena lokasinya yang berada di pusat kota Surakarta. Pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, atau bahkan berjalan kaki dari beberapa titik utama seperti Pasar Gede atau Keraton Surakarta. Stasiun Kereta Api Solo Balapan dan Terminal Tirtonadi juga berjarak kurang dari 3 km dari benteng, sehingga wisatawan luar kota dapat mencapai tempat ini dengan cepat. Bagi pengunjung yang menggunakan transportasi online, banyak titik penjemputan dan penurunan yang strategis di sekitar benteng. Jalan menuju lokasi sangat baik dengan rambu-rambu yang jelas.
Fasilitas di Benteng Vastenburg cukup memadai untuk sebuah situs sejarah. Area parkir tersedia untuk kendaraan roda dua dan roda empat, meskipun kapasitasnya terbatas saat ada acara besar. Di sekitar benteng, pengunjung dapat menemukan toilet umum, area istirahat, dan beberapa warung kecil yang menjual makanan dan minuman. Meskipun fasilitas dasar ini tersedia, pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut sangat diperlukan agar kenyamanan pengunjung semakin meningkat. Selain itu, tempat ini dikelilingi oleh berbagai fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan Solo Paragon dan Solo Grand Mall, yang memberikan opsi tambahan bagi wisatawan untuk bersantai atau berbelanja.
Harga tiket masuk Benteng Vastenburg biasanya gratis untuk pengunjung yang hanya ingin berjalan-jalan dan menikmati suasana. Namun, pada acara tertentu seperti pameran atau konser, tiket masuk dapat dikenakan biaya mulai dari Rp10.000 hingga Rp50.000 tergantung acara yang diselenggarakan. Untuk parkir, kendaraan roda dua memiliki area khusus di dekat pintu masuk, sedangkan kendaraan roda empat seperti mobil pribadi dapat diparkir di area yang lebih luas di sekitar benteng. Kendaraan besar seperti bus pariwisata juga dapat diparkir di kawasan Gladak atau area parkir alternatif lainnya di sekitar pusat kota.
Di sekitar Benteng Vastenburg, terdapat banyak fasilitas umum yang mudah diakses, seperti rumah sakit, ATM, dan masjid. Beberapa fasilitas terdekat adalah Rumah Sakit Kasih Ibu dan Masjid Agung Surakarta. Pengunjung yang ingin menikmati wisata kuliner atau belanja dapat menuju ke Pasar Gede yang hanya berjarak beberapa menit berjalan kaki. Selain itu, benteng ini juga dekat dengan destinasi wisata lain seperti Keraton Surakarta dan Museum Radya Pustaka, sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi beberapa tempat sekaligus dalam satu perjalanan. Secara keseluruhan, Benteng Vastenburg adalah destinasi wisata sejarah yang...
Read moreWhat's the story'? History? You can read it at any file by internet or books. Today i enjoy 'Soto Kwali at Galabo culinarry' with Advocado Juice and a mineral water. The employee are very nice, she slowly talk to me and remind me of a friend. After it, i walk through 'Trotoar' to reach Vastenburgh Castle. Then, i enjoy 'Dawet Ayu' Ice Made by Mr. Warno or Parno (i don't know how to spell it). He have a 'Gerobak' to sell His Ice. The taste of 'Dawet Ayu' are sweet and a little salty in the end. If someone see all this, you should try this one. And i forgot to tell that Mr. Warno always moving from some place into another. He told me the story' of the Castle, civil society, politics, some land problem, and of course He told me about tourism. Yeaaah... Hopefully all tourism can be open like old Times. The 'Pandemi' made all things down. He want anything could be happened like as usual. Live life normally.. i guess you can try buy something here. Food, drinks or anything and so the economy can be up and shiny (He told me that). That's it for today. May you can enjoy this City, The City of the Kings, Surakarta, Solo, Central Java,...
Read moreGerbang yang Tak Pernah Tertutup”
Surakarta, tahun 2025.
Benteng Vastenburg tampak tenang di siang hari, dikelilingi aktivitas kota yang ramai. Namun bagi Ki Bagus Sujiwo, budayawan dan peneliti spiritual Jawa, tempat ini menyimpan riwayat yang belum selesai. Sudah tiga malam berturut-turut ia didatangi mimpi aneh: seekor lembu bersayap berdiri diam di tengah lapangan benteng, sementara suara gamelan tua terdengar dari balik tanah.
Ia memutuskan menyelidiki.
Penemuan Arsip Terlarang
Dengan izin dari dinas kebudayaan, Ki Bagus memasuki ruangan arsip tua di dalam benteng. Di sana ia menemukan kotak kayu tua bertulis “Van Der Zee, 1776”. Di dalamnya: surat-surat dalam bahasa Belanda dan Jawa Kuno, serta sketsa kasar patung-patung yang kini masih berdiri di depan benteng — termasuk arca pria duduk dan lembu.
Isi surat mengejutkan:
“Kami mendirikan benteng ini di atas reruntuhan kuno. Tanah ini dulunya milik kerajaan besar — disebut Mataram. Penduduk lokal menyebut tempat ini ‘tapal batas dunia halus’. Arca yang kami temukan tampaknya bukan sekadar hiasan. Mereka menjaga sesuatu. Suatu malam, salah satu penjaga kami menghilang. Hanya ada bekas jejak kaki lembu menuju dinding barat...”
Ki Bagus membaca terus, hingga menemukan kalimat terakhir Van Der Zee:
“Jika seseorang yang benar-benar paham Jawa membacakan mantra di depan arca penjaga, maka pintu waktu mungkin terbuka. Aku takut itu benar…”
Mantra yang Terucap
Ki Bagus Sujiwo mencoba menelusuri lokasi asli arca itu. Ia menemukan bahwa tempat berdirinya patung sekarang bukan tempat awal. Belanda memindahkannya agar tampak simetris di depan gerbang. Ia mencatat lokasi asli arca berdasarkan peta kuno, lalu suatu malam — sendirian — ia berdiri di titik itu.
Dengan tenang, ia membaca kidung kuno dari naskah Jawa yang ia pelajari sejak muda. Saat mantra terakhir selesai, angin berhenti. Dunia menjadi sunyi, dan seketika suasana benteng berubah. Ia tidak lagi di tahun 2025.
Di hadapannya berdiri Kapten Van Der Zee, berwajah pucat namun tidak menakutkan, serta brahmana tua Mataram yang berdiri dengan tongkat berujung emas.
Kapten Van Der Zee berkata lirih:
“Aku hanya ingin pulang, tapi aku terikat janji.”
Brahmana itu menatap Ki Bagus:
“Tiga kekuatan pernah beradu di sini: Hindu, penjajah, dan raja. Engkau adalah penyaksi zaman keempat. Kami hanya butuh satu hal... diingat.”
Benteng yang Bernapas
Ki Bagus terbangun di depan arca, keringat dingin membasahi punggungnya. Tapi sesuatu telah berubah.
Keesokan harinya, pengunjung Benteng Vastenburg melaporkan bau dupa samar di pagi hari, dan beberapa mengaku mendengar suara gamelan sangat pelan — seolah dari bawah tanah. Namun tidak ada yang merasa takut. Justru ada ketenangan yang aneh.
Ki Bagus Sujiwo tidak membongkar arca. Ia hanya menulis catatan kecil dan menempelkannya di pagar dekat patung:
“Ini bukan batu. Ini adalah gerbang.”
Dan sejak hari itu, arca-arca tua di depan Vastenburg tak lagi sekadar benda. Mereka adalah penjaga sejarah, roh, dan waktu — yang tak akan pernah benar-benar pergi, selama ada yang bersedia...
Read more