Keraton Surakarta atau juga dikenal sebagai Keraton Solo jadi salah satu kerajaan atau keraton yang masih eksis di Jawa Tengah. Terdapat cerita panjang di balik berdirinya Keraton Surakarta yang ternyata bermula dari Keraton Kartasura yang rusak.
Meskipun berdirinya Keraton Surakarta disebut bermula dari Keraton Kartasura yang rusak, tetapi berdirinya keraton yang dipimpin oleh Pakubuwono ini tak terlepas dari sejarah panjang Kerajaan Mataram.
Adapun perpindahan dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta juga disebabkan oleh adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740-an.
Berikut ini informasi lengkap mengenai sejarah Keraton Surakarta dikutip dari skripsi 'KONFLIK RAJA KEMBAR KERATON SURAKARTA HADININGRAT (2004-2012)' yang disusun oleh Risti Eviana dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), diakses detikJateng dari situs eprints.uny.ac.id pada Rabu (8/2/2023).
Sejarah Berdirinya Keraton Surakarta
Berdirinya Keraton Surakarta tidak terlepas dari Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini didirikan oleh Panembahan Senapati Ing Ngalogo pada tahun 1575 dan menjadi sultan pertama. Kerajaan Mataram berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung pada tahun 1613-1645.
Dari Kerajaan Mataram ini kemudian melahirkan keturunan dinasti berikutnya, yaitu Keraton Surakarta yang didirikan oleh Pakubuwono II dengan gelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama.
Geger Pecinan Pada masa pemerintahan Pakubuwono II terjadi peristiwa Geger Pecinan. Pemberontakan ini dimulai sejak tahun 1740 saat VOC memberlakukan kebijakan untuk mengurangi jumlah orang Cina di Batavia yang kemudian membuat banyak orang Cina mengungsi ke wilayah Jawa Tengah dan membentuk laskar-laskar perlawanan.
Pelarian laskar Cina tersebut mendapat dukungan dari para bupati di wilayah pesisir serta secara diam-diam Pakubuwono II juga mendukung gerakan perlawanan laskar Cina terhadap VOC ini melalui Adipati Natakusuma selaku seorang patih Kerajaan Kartasura dengan tujuan untuk memukul mundur kekuasaan VOC di wilayah kekuasaan Mataram Kartasura.
Namun, usai melihat Kota Semarang yang menjadi pusat VOC di Timur Batavia tidak jatuh ke tangan orang-orang Cina, Pakubuwono II menarik dukungannya dan kembali memihak VOC untuk memerangi perlawanan laskar Cina.
Pakubuwono II kemudian menangkap Adipati Natakusuma yang akhirnya dihukum buang ke Sailon (Srilanka) untuk menutupi kecurigaan VOC terhadapnya. Namun, kekuatan pasukan Cina semakin kuat dengan adanya dukungan Bupati Pati, Grobogan, dan beberapa kerabat raja.
Bahkan, laskar Cina ini mampu mengangkat Mas Garendi sebagai penguasa yang baru atas kerajaan Mataram Kartasura dengan gelar Sunan Kuning.
Pada tahun 1742 pihak kerajaan semakin terdesak, sehingga membuat raja, kerabat, dan pengikutnya yang masih setia harus mengungsi ke Ponorogo.
Para pemberontak berhasil menduduki dan merusak bangunan Keraton Kartasura. Pemberontakan tersebut kemudian dapat dipadamkan oleh Pakubowono II dengan bantuan pasukan VOC. Pakubuwono II berhasil merebut kembali Kerajaan Kartasura yang sebelumnya berhasil diduduki oleh laskar Cina.
Berpindah ke Surakarta Usai kembali bertakhta, Pakubuwono II merasa bahwa Keraton Kartasura sudah tidak layak untuk menjadi pusat kerajaan. Hal ini karena menurut kepercayaan Jawa, keraton yang sudah rusak telah kehilangan wahyu.
Akhirnya, usai melalui berbagai pertimbangan, Desa Solo dipilih menjadi tempat pengganti Keraton Kartasura yang sudah rusak yang kemudian diberi nama Keraton Surakarta oleh Pakubuwono II. Secara resmi Keraton Surakarta berdiri pada 17 Februari...
Read moreI would like to share my opinion about Keraton Surakarta. Keraton Surakarta is located in the center of Surakarta city, precisely inside the Baluwarti fort.
I was impressed with Keraton Surakarta. Keraton Surakarta is very amazing because it contains historical and art collections. Keraton Surakarta building has beautiful and interesting traditional architecture.
I was disappointed because of the lack of better handling of the existing heritage. Some access to Keraton Surakarta is limited, especially for people with disabilities. In addition, the information available is still limited regarding Keraton Surakarta.
For tourists who want to visit Keraton Surakarta, I recommend activities that must be done, namely the Surakarta Museum collection, exploring the architecture of the palace, and enjoying the beauty of parks such as Taman Sriwedari and Bale Kambang. And don't forget for tourists who want to visit must pay attention to the dress code and behavior while in Keraton Surakarta.
for that I will give 4 stars. I give 4 stars because Keraton Surakarta is very beautiful, there is a lot of history and interesting things there. for that this place...
Read moreThe official Surakarta Hadiningrat Palace residence of the Kasunanan Surakarta located in the heart of Solo City, blends traditional Javanese architecture with subtle European touches. Inside, a museum displays royal heirlooms, golden chariots, traditional attire, and historical collections from past kings. Stepping into the palace grounds, you are immediately greeted by a serene and sacred atmosphere. Friendly guides share stories from each room, making the visit more meaningful. The collection is impressive, although certain parts of the building could use more maintenance. Visitors are expected to dress modestly and follow the rules, such as refraining from entering restricted areas or taking photos in prohibited spots. The soft sound of gamelan music and the lingering scent of aged wood in every corner add to the magical charm. Despite minor shortcomings, the historical value and unique atmosphere make the Surakarta Hadiningrat Palace well worth visiting—especially for history and culture enthusiasts who wish to experience the living heritage of a Javanese...
Read more