Masjid Al Wustho merupakan salah satu dari tiga masjid tua dan bersejarah di Kota Surakarta, selain Masjid Darusallam dan Masjid Agung Surakarta. Pembangunan Masjid Al Wustho diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegara I (1725-1795).
Mula-mula pada awal didirikan, masjid Al Wustho bernama Masjid Mangkunegaran atau dikenal dengan masjid negara yang kala itu lokasinya berada di wilayah Kauman, Pasar Legi. Namun, pada masa KGPAA Mangkunegara II (1796-1835) dipindahkan ke lokasi yang strategis yang dekat dengan Puro Mangkunegaran. Sebagai masjid Puro Mangkunegaran, maka pengelolaannya dilakukan oleh para abdi dalem.
Masjid Mangkunegaran dibangun secara modern pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916-1944) dengan melibatkan arsitektur Belanda bernama Herman Thomas Karsten. Bangunan masjid memadukan arsitektur Jawa dan Eropa. Sementara itu, pemberian nama "Al Wustho" pada masjid Mangkunegaran dilakukan pada warsa 1949 oleh Bopo Panghulu Puro Mangkunegaran Raden Tumenggung KH. Imam Rosidi.
Meski telah beruzia uzur, masjid yg hanya berjarak seperlemparan batu dari Pura Mangkunegaran ini masih sangat terawat dan tetap makmur dg kegiatan keagaaman. Area sekitarnya sangat adem, karena banyak ditumbuhi pepohonan. Lahan parkirnya luas dan sudah dilengkapi dg berbagai fasilitas penunjang. Oh ya, selama pandemi, terdapat pembatasan jarak...
Read moresetiap perencanaan tata kota di Jawa, masjid merupakan bangunan yang harus ada di samping kraton, alun-alun, dan pasar. Di Kasunanan ada Masjid Agung, sedang di Mangkunegaran ada Masjid Al Wustho. Masjid memiliki arti penting karena diartikan sebagai simbol perhatian raja kepada umat terkait dengan gelar panotogomo (penata agama).
Masjid Al Wustho merupakan salah satu dari tiga masjid tua dan bersejarah di Kota Surakarta, selain Masjid Darusallam dan Masjid Agung . Pembangunan Masjid Al Wustho diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegara I (1725-1795) .
Ketika awal didirikan, masjid Al Wustho bernama Masjid Mangkunegaran atau dikenal dengan masjid negara yang lokasinya berada di wilayah Kauman , Pasar Legi. Namun pada masa KGPAA Mangkunegara II (1796-1835) dipindahkan ke lokasi yang strategis yang dekat dengan Puro Mangkunegaran . Sebagai masjid Puro Mangkunegaran, maka pengelolaannya dilakukan oleh para abdi dalem .
Masjid Mangkunegaran dibangun secara modern pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII (1916-1944) dengan melibatkan arsitektur Belanda bernama Herman Thomas. Bangunan masjid memadukan arsitektur Jawa dan Eropa. Pemberian nama Al wustho pada masjid Mangkunegaran dilakukan pada tahun 1949 oleh Bopo Panghulu Puro Mangkunegaran Raden Tumenggung...
Read moreSebenarnya, sejak masa pemerintahan Mangkunagara I telah ada "masjid negara" untuk Praja Mangkunegaran yang terletak di Kauman, daerah Pasar Legi. Namun demikian, untuk kepentingan kemudahan fungsi "panatagama" (urusan agama), lokasi masjid dipindahkan ke lokasi sekarang. Pembangunan masjid secara modern dirancang oleh arsitek Belanda, Herman Thomas Karsten. Saat ini masjid beralamat di Jalan Kartini, di sisi barat Pura Mangkunegaran, secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Ketelan, Banjarsari, Surakarta. Masjid menempati lahan seluas luas 4.200 meter persegi, dengan bangunan bertipe "tajug", suatu bentuk bangunan khas Jawa yang dikhususkan untuk masjid. Bangunan dilengkapi serambi di sisi timur. Seperti juga Masjid Agung Kraton Surakarta, bagian serambi dilengkapi dengan tratag rambat, semacam lorong beratap yang menjorok ke depan. Kekhasan masjid Mangkunegaran, tratag rambat ini dihiasi dengan dinding tembok berkaligrafi. Sisi selatan ditambah ruang untuk salat Jumat bagi perempuan (pawastren). Di halaman terdapat menara (sisi timur laut), dan bangunan khusus untuk pelaksanaan khitanan yang...
Read more